The Break-up Guru - Bab 30 Terbongkar

Paula Li menenangkan kakek tua itu, lalu keluar bersamaku, si kakek sudah seperti itu, tidak mungkin masih menyuruhnya memasak makanan untuk kami.

"Kita harus membantunya." Paula Li memperlihatkan foto cucu perempuan kakek itu dari dalam ponsel di tangannya, seorang gadis yang manis mengenakan kemeja putih, umur 18 tahun, umur yang masih belia, tapi malah mengalami sesuatu yang buruk.

Apalagi, ayah dari gadis itu mengalami kecelakaan secara begitu tiba-tiba, pasti ada orang yang melakukan sesuatu dari belakang.

Dari hal ini hanya bisa menyimpulkan, kerja sama di antara Carlos Nie dan Devian Liu itu telah mencelakakan banyak orang.

Melihat penampilan Paula Li yang sangat serius, saat aku baru saja hendak berkata untuk menenangkannya, punggungku malah dihajar keras oleh seseorang.

"Hei, Kak Paula, Kak Neil, kapan kalian sampai? Wade memikul tas ransel, berkata dengan sedikit terengah-engah, kelihatannya dia bergegas datang ke sini dengan buru-buru.

"Tidak begitu lama, Wade, ayo pergi, pergi mencari tempat untuk memasang peralatan." Aku tidak mengungkit masalah di warung makan, karena watak Wade begitu ceroboh dan gegabah, kalau mengatakan hal ini padanya, mungkin saja akan mengakibatkan masalah.

Ketiga orang itu pergi ke penginapan kecil yang ada di dekat stasiun bus, Wade mengeluarkan laptop, kamera, alat penyadap, dan 3 headset mini dari dalam tas ransel.

"Kak Paula, Kak Neil, kemari dan coba lihat, ini adalah peta Chengnan." Wade membuka peta satelit berkualitas jelas dari laptopnya, berbeda dari peta dua dimensi, peta satelit yang diperbesar oleh Wade berkali lipat bisa memperlihatkan gambaran tiga dimensi, hanya saja tidak mampu melihat gambaran di dalam ruangan.

Paula Li sebelumnya pernah meneliti di internet beberapa tempat pabrik yang diberitahukan oleh Grace Yin, lalu juga menandai beberapa tempat pabrik itu di internet.

"Hmm......" Setelah melihat beberapa titik merah di peta, aku segera menyadari keanehan.

Semua pabrik ini rata-rata berada di tempat dari mana angin berhembus, juga dekat dengan sungai.

Paula Li juga menyadarinya, sambil mengatakan sambil menggerakkan mouse di komputer.

"Kalian coba lihat, daerah ini, semuanya adalah pabrik besi, sebagian besar pajak daerah Chengnan sepertinya didapatkan dari beberapa pabrik besar ini, inilah kenapa pabrik ini tetap tidak ditutup sepenuhnya meskipun telah mendatangkan begitu banyak polusi udara dan air."

Aku menganggukkan kepala, jika pemerintah dalam suatu daerah tidak ditopang oleh pendapatan pajak, maka segala hal di berbagai bidang tidak akan bisa dikembangkan, meskipun pemerintah pusat akan memberikan dana bantuan, tapi tetap saja uangnya tidak akan sebanyak dan secepat yang didatangkan oleh investor luar seperti ini.

Dengan begini, mereka bisa menghasilkan prestasi kepemimpinan yang bagus dengan mengandalkan pabrik-pabrik ini, lalu, juga bisa meraup keuntungan untuk diri sendiri secara pribadi, lagipula mereka tidak akan tinggal di sini. Apalah hubungan mereka dengan seberapa parahnya polusi udara dan polusi air di sini?

Saat berpikir seperti ini, hatiku mulai sedikit dingin, tak tertahankan untuk mengutarakan pendapatku sendiri.

Mata Paula Li bersinar setelah mendengarkan perkataanku, kemudian membalikkan badan melihat Wade.

"Kita untuk sementara ini tidak sempat mempedulikan orang-orang yang mendapatkan uang haram itu, duluan pergi ke pabrik besi untuk menyelidiki kondisi sebenarnya dulu, Wade, barangnya sudah selesai dibereskan belum?"

Saat Wade mendengar kami memanggilnya, langsung mengangkat kepala dari tumpukan peralatan itu, "Kurang lebih sudah siap, satu per masing-masing orang, coba lihat efeknya."

Headset diselipkan ke dalam telinga, alat penyadap yang dirancang begitu mini di masukkan ke dalam lengan baju, kamera mini di pasang di dasi pita, setidaknya bisa merekam kepala orang dan keadaan di lingkungan sekitar, sedangkan Paula Li memasang kameranya di simpul kupu-kupu yang ada di depan dadanya.

Setelah kurang lebih telah siap, melihat waktu telah jam 4 lebih, dan setelah menyepakati kode rahasia, kami langsung keluar.

Kami bertiga pergi ke depan pintu pabrik bersama-sama, sangat mudah menarik perhatian, Paula Li melemparkan Wade kepadaku, pergi ke pabrik yang lain sendirian.

"Kalian berdua terlihat seperti sekeluarga." Paula Li melontarkan kalimat ini dengan datar kepada kami saat pergi.

Saat melihat sosok tubuhnya yang tinggi semampai, aku baru mulai sadar, dia sedang memaki orang dengan maksud tersirat?

Sudahlah, suasana hati Nona Besar ini sudah tidak bagus semenjak bertemu dengan kakek tua itu di warung makan kecil, aku sebaiknya tidak pergi menyinggungnya.

"Kak Neil, apa maksud Kak Paula? Apa yang dimaksud dengan kita mirip sekeluarga, dilihat bagaimana pun juga, aku setidaknya merupakan dua kali kamu."

Wade mengangkat sepasang matanya yang menyipit, melihatku dengan sedikit kesal, kemudian kupelototi, lalu dia ketakutan.

"Haha, Kak Neil, lakukan tugas utama, aku hanya bercanda denganmu!" Setelah mengatakannya, Wade langsung berjalan ke arah yang berlawanan dengan Paula Li.

Aku merasa lega, setelah diusik oleh mereka, aku malah tidak merasa begitu tegang lagi.

Gambaran perang menghadapi pistol sebelumnya masih muncul di otakku, sekarang pergi ke pabrik gelap untuk menyelidiki keadaan yang sebenarnya dengan tangan kosong dan hanya mengandalkan tonjokan, hatiku tentu saja merasa resah, tapi apa gunanya merasa resah, mumpung sudah datang, maka tebalkanlah muka dan majulah.

Aku pergi ke sebuah pabrik besar di pinggir sungai bersama Wade, pabrik ini tak memiliki nama, hanya terlihat ada sebuah pintu besi yang menutup dengan rapat, saat mendongakkan kepala, maka akan mampu melihat cerobong asap besar di dalam sana sedang mengeluarkan banyak asap hitam ke luar.

Asap hitam yang begitu banyak ini entah tertiup pleh angin apa, seketika langsung melayang ke arah kami, aku bahkan mampu melihat benda yang tersembunyi di balik kabut gelap itu dengan mata telanjang.

Ini, sedang menghirup asap beracun, aku merinding, mengulurkan tangan bersiap untuk menutupi wajah, sekarang baru menyadari, wajahku sendiri terdapat sebuah masker.

"Hei, Kak Paula sungguh pintar, dia memakaikan masker untukku." Wade berkata terhadapku, memuji Paula Li habis-habisan, tidak peduli Paula Li ada di sini atau tidak.

Hatiku juga diam-diam merasa kaget, dia langsung bisa menyadari keganjilan udara setelah turun dari mobil, bahkan telah mempersiapkan masker.

Kemampuan Paula Li dalam mengamati keadaan sungguh jauh lebih sensitif dibandingkan orang biasa.

"Kak Neil, lihat, pintu telah terbuka." Wade menarik lengan bajuku, aku segera menariknya untuk pergi bersembunyi di samping.

Seorang pria botak buncit yang memakai masker berjalan perlahan-lahan keluar dari dalam dengan dikawal oleh sekelompok orang dari belakang.

Samar-samar bisa mendengarkan perbincangan mereka.

"CEO Zhang, bagaimana dengan barang kali ini?"

"Kelihatannya bagus, tapi pesananku kali ini cukup banyak, kamu sanggup mempersiapkannya?"

"Haha, kalau tempatku saja tidak mampu memenuhi jumlah barang yang kamu perlukan, maka tempat lain pun tidak akan bisa menyanggupinya, CEO Zhang, kamu tenang saja, cukup memberikan setengah uang muka, setelah barangnya telah selesai, baru kamu membayarku penuh, bagaimana?"

"Sepakat, uangnya akan kutransfer ke rekeningmu."

"Baiklah, cepat, pergi antar CEO Zhang!"

Lalu sebuah mobil sedan hitam bergerak, aku takut orang itu akan segera pergi, langsung segera menggunakan ponsel memotret nomor plat mobil itu.

Saat baru saja menekan tombol memotret, ponsel langsung membunyikan suara "Ceklik", tanganku gemetaran, hampir saja menjatuhkan ponsel ke tanah.

Sialan, bahkan lupa mematikan suara.

"Hati-hati." Aku baru saja berhasil menenangkan hatiku, Wade malah tiba-tiba menarikku ke belakang.

Sudah disadari? Jantung yang baru saja kembali tenang mulai kacau lagi, aku bersembunyi di belakang tembok dan sedikit mengeluarkan kepala, terlihat pria yang mengantar kepergian CEO Zhang tadi sedang berjalan ke arah kami sambil mengamati keadaan.

Sialan, tidak mungkin, memangnya telinga dia begitu tajam?

Pria itu sepertinya benar-benar merasa curiga, dia melambaikan tangan terhadap orang di belakangnya, beberapa orang pria langsung berjalan ke arah kami.

Wade memperlihatkan ekspresi garang, mengepalkan tangan, kelihatannya dia berencana untuk menghadapinya dengan kekerasan.

Tapi, kalau begini, bukankah kami akan terbongkar? Jadi bagaimana caranya agar bisa lanjut melakukan penyelidikan.

Beberapa orang pria itu semakin lama semakin dekat, otakku berpikir, lalu terpikirkan sebuah cara bodoh.

Novel Terkait

Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu