The Break-up Guru - Bab 28 Kami Adalah Polisi

Paula Li mengatakan sambil mendorongku ke samping, kemudian dia masuk ke dalam, dengan perlahan mengangkat kepala orang itu.

Kelihatannya merupakan seorang kakek tua, kerutan di keningnya begitu kasar.

Kulitnya jelas-jelas adalah kuning kecoklatan, tapi bibirnya kelihatan begitu putih, matanya terpejam rapat, sedangkan mulutnya sedikit menganga, air liur sedikit menetes keluar.

"Dia tertidur?" Aku menanyakan sebuah pertanyaan yang sangat bodoh, dia tetap tidak terbangun setelah mengangkat kepalanya seperti ini, bagaimana mungkin hanya sekedar tertidur, babi pun tidak mungkin tidur selelap ini.

Paula Li tidak meladeniku, mengulurkan tangan mengetes napas kakek tua itu, lalu keningnya berkerut, mengangkat kepala dan melihat ke arahku, "Kemari, bantu aku membaringkannya ke lantai."

Paula Li biasanya merupakan seseorang tanpa ekspresi, keningnya berkerut menandakan telah menghadapi hal yang rumit.

Aku segera menurutinya dan mengangkat kakek tua itu untuk membaringkannya di lantai.

"Pelan sedikit." Paula Li memperingatiku dari samping, setelah kakek tua telah berbaring sepenuhnya di lantai, dia segera berlutut di lantai, meninggikan dagu kakek tua itu, lalu menyumbat hidung kakek tua, membuka mulut sang kakek.

Sekarang baru kusadari Paula Li telah membuka maskernya, aku sebelumnya sepertinya pernah melihat gambaran situasi seperti ini di televisi, sebelum sadar sepenuhnya, aku telah melihat Paula Li langsung menurunkan kepalanya memeluk kepala sang kakek dan menghembuskan napas.

Melihat Paula Li begitu serius, otakku serasa ada satu saraf yang terputus.

Pergerakannya sangat cekatan, setelah menghembuskan napas, dia langsung menekan dada sang kakek, meluruskan lengannya dan menekan ke bawah dengan kuat, sambil menekan sambil melihat reaksi sang kakek.

Aku sama sekali tidak mampu membantu apapun, hanya bisa melihat dari samping, Paula Li sedang melakukan resusitasi jantung paru terhadap sang kakek.

Dulu di sekolah, pernah ada organisasi yang memperagakannya di alun-alun, aku melintas dengan cepat dan hanya melihatnya sekilas, tidaklah menganggapnya penting, selalu merasa masalah seperti itu tidak akan pernah terjadi pada diri sendiri, tapi dalam beberapa hari ini, aku baru menyadari, apa yang bisa kulakukan terlalu sedikit, saat benar-benar telah menghadapi masalah terkait kematian, diri sendiri malah hanya bisa melihatnya dari samping.

"Neil, ambilkan sebotol air untukku, juga arak putih."

Setelah menekannya sekitar 3 kali, sang kakek mulai batuk, aku masih belum sempat merasa senang, langsung mendengar Paula Li berteriak terhadapku, nada bicaranya sangat panik.

Di atas rak ada arak, aku segera mengambil dua botol dan menyerahkannya ke tangan Paula Li, dia langsung membuka bir Erguotou itu, dan menuangkannya ke dalam mulut, kemudian dimuntahkan keluar.

"Papah dia untuk bangun, seharusnya sudah tidak kenapa-napa lagi." Mulut Paula Li penuh dengan aroma bir, lalu membuka botol air mineral dan meminumnya, kemudian memakai masker, raut wajahnya masih tetap datar, tak terdapat ekspresi apapun.

Sekarang tidak leluasa menanyakan keadaannya, aku duluan memapah kakek itu untuk bangun dari lantai.

"Kalian siapa? Ingin melakukan apa?!" Tidak disangka kakek tua itu langsung melototkan matanya setelah bangun, melihatku dan Paula Li dengan tatapan galak.

"Kakek, kamu telah salah paham, adikku baru saja menyelamatkanmu, lalu apa maksud dari sikapmu ini?"

Aku saja masih belum sempat mencium wanita ini sekali pun, tapi malah telah dicium olehmu begitu lama, kenapa masih saja tidak tahu diri.

Mengomel dalam hati, tapi raut wajah kakek tua itu seketika langsung murung.

"Jangan mengarang cerita untuk menipuku, tubuhku sangat sehat, siapa juga yang menyuruh kalian menyelamatkanku, jangan kira aku tidak tahu kalian adalah orang yang diutus olehnya!"

Paula Li mendadak mengangkat kepala melihatku sekilas, aku juga melongo, ada maksud di balik ucapannya.

"Kakek, kamu tadi merebah di sini tak berkutik sama sekali, bagaikan mayat, kalau bukan karena adikku memberikan napas buatan untukmu, mungkin saja kamu tidak akan bisa bangun lagi! Tapi kamu terus menyangkalnya, sungguh tak berhati nurani!"

Kelihatannya ada cerita menarik dari kakek tua ini, aku langsung membuka masker dan membentaknya, harus duluan membuatnya mempercayai kami, baru masalahnya bisa mudah diurus.

Sang kakek melongo akibat bentakkanku, sebelum sempat berkata, Paula Li kembali mengulurkan tangan, membantuku memakaikan maskerku.

Tak peduli apakah aku bersedia atau tidak, setelah selesai memakaikannya, langsung memalingkan kepala melihat ke arah kakek itu.

"Kakek, aku tadi melihat napasmu sudah sangat lemah, di atas meja pun terdapat pil obat jantung, makanya aku langsung menyimpulkan jantung Anda bermasalah, dan langsung melakukan resusitasi jantung paru terhadap Anda, untung saja Anda tidak kenapa-napa, kalau Anda tidak senang, kami akan segera pergi sekarang juga."

Paula Li menarik tanganku dan hendak keluar setelah mengatakannya, tapi malah dihadang oleh kakek tua itu.

"Eh, gadis, kamu sungguh telah menyelamatkanku? Cucuku juga pernah melakukan apa yang kamu sebutkan tadi untukku, resusitasi jantung paru, aku percaya bahwa kamu tidak membohongiku." Sang kakek mengatakannya sambil berlinangan air mata.

Hehe, ada harapan, Paula Li mengisyarakatkanku untuk duduk, dia mendekat dan menarik kakek itu untuk duduk juga.

"Kakek, umurmu sudah begitu tinggi, jantungmu juga bermasalah, kenapa masih membuka warung sendirian, memangnya cucumu tidak datang membantu?"

Tidak disangka setelah ucapan ini terlontarkan, tubuh sang kakek langsung gemetaran, serasa akan segera kembali jatuh pingsan lagi, membuatku begitu takut dan segera pergi ke rak mengambilkan obat.

"Jangan panik, jangan panik, makan obat dulu."

Sang kakek melambaikan tangan, "Tidak masalah, aku hanya sekedar kembali teringat dengan cucu perempuanku itu, aku menetap sendirian di sini adalah demi dia, aku harus memberikan keadilan untuknya."

Ternyata, sang kakek adalah penduduk awal di Chengnan, mereka sekeluarga dulunya bercocok tanam, juga membuka warung makan kecil di samping stasiun bus, khusus menjual masakan dari hasil kebunnya, rasanya sangat enak, juga segar, bisnisnya selalu sangat baik.

Tapi kemudian, seluruh tanah Chengnan ini telah dibeli oleh orang lain, katanya ingin membangun perumahan, orang-orang di sini tidak bersedia menerimanya, lagipula semuanya kebanyakan adalah kakek nenek tua yang sedang membesarkan cucu kecil, hanya ingin menanam sedikit sayuran untuk biaya masa tuanya, kalau sampai semua tanah ini dijadikan bangunan perumahan, kalaupun diberikan sedikit uang, mereka tetap saja kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian, jadi bagaimana cara mereka melalui kehidupan.

"Awalnya, kebanyakan orang telah sepakat untuk sama-sama berjuang mengusir orang-orang ini keluar!"

Sang kakek mengepalkan tangannya, menghajar ke depan, seakan-akan telah melihat seseorang yang didendami."

"Setelah itu, kenapa semua orang telah setuju untuk pindah?" Aku sengaja memancing kakek tua itu untuk melanjutkan ceritanya.

Orang yang merampas tanah ini untuk dijadikan perumahan jelas merupakan Carlos Nie, dia yang terlihat selalu membawa pistol ke mana-mana untuk membunuh, juga memiliki pejabat sebagai penopang yang sangat kuat, tindakannya pasti tidak akan lembut untuk mengatasi para petani daerah pinggiran ini.

Ternyata benar, suasana hati sang kakek telah bergejolak.

"Mau tidak mau harus setuju! Orang yang bukan manusia itu melihat kami tetap tidak pergi, langsung datang menghantam rumah kami di tengah malam, menghancurkan ladang kami, pada awal tahun baru, cuaca masih belum kembali hangat, begitu banyak ladang yang bagus telah rusak di tangan mereka!"

Tidak apa jika hanya seperti ini, ladang telah dihancurkan masih tetap bisa kembali ditanami, paling tidak malam hari akan mengutus orang untuk berjaga secara bergiliran, tapi para bajingan itu langsung mencari kami dan memukuli kami, membawa pisau mengancam kami, mengganggu kami di setiap malam!"

Sang kakek mengepalkan tangan menghajar kepalanya sendiri, seakan-akan telah kembali mengingat semua memori yang tak menyenangkan di masa lalu.

Paula Li menarik tangannya, menenangkannya dengan menepuk pundaknya, "Kakek, kamu jangan panik, katakan seluruh hal ini dengan jelas, mungkin saja kami bisa membantumu."

Sang kakek menghela napas, melambaikan tangan, "Lupakan saja, kalian jangan menanyakannya lagi, kalian tidak akan mampu menghadapinya, tidak mampu mengalahkan para binatang jalang yang berhati busuk itu!"

"Hei, Kakek, kami dari pihak polisi, datang ke sini khusus untuk menyelidiki kasus ini, kalau kamu tidak mengatakannya dengan jelas, kami tidak akan mampu menolongmu"

Melihat kakek itu tidak bersedia mengatakannya, aku mulai panik, kepalaku berpikir sejenak, lalu sembarangan mengarang suatu alasan, kemudian raut wajah Paula Li mendadak terlihat berubah.

Ada apa, aku lagi-lagi salah berkata?

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu