Sang Pendosa - Bab 4 Orang yang Selamat (2)

Dua orang itu berjalan di lorong dan pergi ke taman belakang rumah sakit.

Pohon yang hijau, sebuah sumber kehidupan, bahkan ketika saat itu adalah Bulan Desember, di sini pun masih tidak terlihat musim dingin yang suram.

Jeni Sun melihat Michael Fan dengan tatapan penuh harap, menunggu ucapannya yang belum selesai tadi.

Sebagai psikolog yang terkenal, Michael Fan memiliki pasien dari seluruh negeri, semuanya datang kemari. Penyakit pasien pun bermacam-macam, di antaranya tidak sedikit yang merupakan pasien yang menggunakan obat terlarang.

Michael Fan menghela nafas pelan, lalu bercerita secara perlahan-lahan:

“Di Kota Changzhi, Xishan, ‘garam mandi‘ disebut sebagai ‘otot‘, yang merupakan narkotika berisi Mekacetone sebagai bahan utama. Setelah menyerapnya, orang akan kehilangan intelektual dan membayangkan dirinya adalah ‘Superman‘, sedangkan orang lain dilihatnya sebagai ‘monster‘. Ini menyebabkan orang yang memakai narkotika tersebut melakukan penyerangan yang tidak terbayangkan serta menggigit orang lain hingga robek, dan sampai saat ini merupakan jenis narkotika paling berbahaya. Di Amerika, 10 tahun yang lalu pernah muncul kasus orang yang memakai ‘garam mandi‘ dan menggigit muka orang. Namun, mengenai mencongkel bola mata orang, tidak pernah ada kasus yang dilaporkan dari seluruh dunia, kecuali untuk 2 kasus ini. Aku pernah menangani banyak pasien yang memakai narkoba, di antaranya ada satu orang yang saat kambuh, memeluk anaknya sendiri yang berusia 1 tahun dan mencoba melompat dari gedung. Ada 1 kasus yang sama dengan kasus di Amerika, yaitu saat pasien sedang di MRT (Kereta Bawah Tanah), di hadapan begitu banyak penumpang, ia tiba-tiba menggigit wajah pria yang duduk di sebelahnya, seperti seekor anjing gila.“

Michael Fan berkata dengan sangat tenang, seakan-akan hanya sedang menceritakan satu fakta kejadian.

Bagi psikolong, dengan melihat banyaknya gejala penyakit pasien, dari awal sudah terlatih untuk memiliki hati yang kuat seperti baja, saat menangani satu masalah pasti jauh lebih tenang daripada orang biasa.

Walaupun Jeni Sun adalah seorang polisi, tidak sedikit pula menangani masalah, tetapi dia tetap saja sangat terkejut. Narkoba benar-benar menyeramkan, bisa membuat orang menjadi monster.

“Lalu, apakah dua pasien itu sudah sembuh?“

“Jika dibilang sembuh seratus persen dan kembali normal seperti orang pada umumnya, tentu saja itu tidak mungkin. Pasien pertama sangat kooperatif, ia minum obat dan menjalani pengobatan secara teratur. Ia butuh hampir 1 tahun untuk bisa berhasil keluar dari pemakaian narkoba, pola pikirnya pun jauh lebih normal dibanding sebelum pengobatan. Hanya saja, sisa-sisa efek konsumsi narkoba tidak dapat disembuhkan, misalnya : respon lambat, inkontinensia atau susah buang air kecil dan besar, dan lain-lain. Pasien kedua sudah memakai terlalu banyak narkoba, bisa dibilang sudah terlalu fatal. Meskipun aku dan dokter lainnya sudah berusaha keras, tetapi tetap saja tidak mampu menolongnya. Sebulan kemudian, kecanduannya kambuh, dia pun menjadi gila, lalu meninggal.“

“Berdasarkan ucapanmu, berarti penyerang bukan menggila karena memakai ‘garam mandi‘?“

“Benar, lagipula kedua kasus ini berselang waktu 4 bulan. Jika memakai ‘garam mandi‘ sampai pada tahap menggila dan membunuh orang, itu berarti umurnya tidak akan lama lagi, tidak mungkin ia bisa hidup selama itu. Jika mengesampingkan faktor ini, aku juga tidak terpikirkan cara apa lagi yang bisa membuat orang menjadi begini.“

“Dengar-dengar, psikolog tahu banyak tentang obat psikotropika, seharusnya kamu tahu obat apa yang bisa membuat orang berubah menjadi seperti ini, bukan?“, tanya Jeni Sun dengan pasti.

Selain meminta bantuan dari Michael Fan, mencari informasi obat adalah tugas lain dari Ketua Li untuknya.

Michael Fan mengerutkan alis, “Mana ada obat seperti itu? Tidak peduli obat psikotropika impor ataupun dari dalam negeri, semuanya harus melewati pemeriksaan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Obat seperti yang kamu bilang ini, BPOM tidak mungkin akan menyetujuinya. Tidak hanya itu saja, begitu obat ini ditemukan, pengguna maupun pengedar harus menerima sanksi hukum yang ada.

“Sungguh tidak ada?”

Michael Fan marah, “Jika kamu tidak percaya, silakan pergi dan periksa ke BPOM. Di sana pasti ada arsip dari semua obat yang dijual di pasaran.”

“Jika kamu bilang tidak ada, ya sudah tidak ada. Untuk apa semarah itu?”

“……”

Michael Fan benar-benar dibuat tidak berdaya oleh anak satu ini.

Jeni Sun adalah tipe orang yang ‘sesudah menampar orang dengan keras, lalu memberinya makan enak’.

Selama hidup 30 tahun ini, Michael Fan tidak pernah kalah secara lisan, ditambah lagi lawan bicaranya hanyalah gadis yang berusia dua puluh tahunan. Kalau dipikir-pikir lagi, Michael Fan merasa sangat emosi, tetapi juga tidak bisa berbuat apa-apa.

“Guru Fan, aku tahu kamu pasti merasa aku adalah orang yang sangat menyebalkan, tetapi kamu juga harus memberikan satu alasan yang dapat meyakinkanku.”, Jeni Sun membelalakkan matanya besar-besar, dengan melipatkan kedua tangan di depan dada, ia berkata dengan tegasnya.

“……” Michael Fan benar-benar tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawabnya.

Untuk sementara, tidak ada dari keduanya yang mulai bicara, hanya ada suara angin sejuk yang berhembus melewati pepohonan, terkadang ada beberapa daun yang tertiup terbawa angin ke langit.

Di dalam kamar pasien lantai 3, seseorang dengan muka yang tidak dapat dikenali, perempuan dengan mata tertutup kain berdiri di depan jendela. Dia menegakkan telinganya, mendengar suara dari taman belakang dengan seksama, sepertinya orang yang telah kehilangan penglihatannya sangat suka untuk mendengarkan hal-hal yang ada di sekitarnya.

“Kenapa dia bisa bangun?“

Michael Fan mendongakkan wajahnya ke atas, melihat perempuan di sebelah jendela. Jaraknya cukup jauh sehingga dia tidak dapat melihat ekspresinya dengan jelas, hanya saja ia dapat merasakan bahwa perempuan itu terlihat lebih tenang dibandingkan saat di dalam kamar tadi.

“Apa mungkin dia tidak dapat berpikir jernih, lalu melompat?” Jeni Sun bertanya dengan cemas.

“Mungkin saja, pasien dengan gangguan stres pasca trauma akan mempunyai kecenderungan untuk bunuh diri. Mari kita segera ke kamar pasien itu!“ Karena berkaitan dengan nyawa seseorang, Michael Fan pun tidak berani bertindak terlalu ceroboh.

Kedua orang tersebut dengan sangat cepat pergi ke kamar pasien, tetapi, yang membuat mereka curiga adalah perempuan itu sudah tidak lagi berdiri di depan jendela, melainkan sudah berbaring dengan tenang di atas ranjang.

Apa mungkin dia sudah bisa berpikir jernih dan tidak jadi bunuh diri?, pikir Jeni Sun dalam hati.

Michael Fan mengamati perempuan di atas ranjang itu dengan raut muka datar, tiba-tiba, ada sesuatu yang seakan melintas di otaknya, sangat cepat sampai dia sendiri pun tidak dapat menangkapnya.

Pada saat itu, perawat masuk ke dalam untuk mengganti kain penutup mata perempuan itu.

Perempuan yang ada di kasur pasien itu tiba-tiba melambaikan kedua tangannya, seolah menolak perawat itu untuk mendekat.

Kedua perawat tidak tahu harus berbuat apa, dengan mata meminta tolong, mereka melihat ke arah Michael Fan dan Jeni Sun.

“Jangan takut, jangan takut, mereka hanya ingin mengganti kain penutup matamu.”, Jeni Sun ke depan dan mencoba menurunkan tangan perempuan itu.

Namun, tidak peduli bagaimana Jeni Sun menenangkannya, perempuan itu seperti tidak mendengarnya dan tetap seperti orang gila.

“Kenapa dia, apakah kepalanya terluka?“ Wajah Jeni Sun panik.

Michael Fan tidak menjawab, lalu berjalan lurus ke arah ranjang pasien.

Perempuan itu seakan mengetahui ada orang yang mendekat, dia pun menjadi semakin panik, dengan sekuat tenaga merapatkan kakinya, kedua tangan mendekap kepala, lalu menjerit dengan suara yang sangat nyaring.

Suara teriakan yang memekakkan telinga itu seolah dapat menembus gendang telinga.

Kedua perawat pun terkejut hingga bersembunyi di pinggir.

Jeni Sun menutup telinganya dan berteriak kepada Michael Fan : “Kamu jangan ke sana, dia itu takut, tidak tahan dengan sesuatu yang terlalu ekstrem.”

Michael Fan mengabaikan teriakan perempuan itu, lalu mengulurkan tangan dan menempelkannya di atas kepalanya, satu demi satu, mulutnya mengucapkan kata-kata lembut : “Anak pintar, jangan takut, sebentar lagi sembuh. Anak pintar, jangan takut, jangan takut, sebentar lagi sembuh……”

Tiga orang lainnya hanya dapat melihat Michael Fan dengan kebingungan, terutama Jeni Sun. Dia begitu penasaran dengan psikolog, apalagi dengan Michael Fan yang terkenal ini. Dia ingin melihat apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh Michael Fan.

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu