Sang Pendosa - Bab 3 Orang yang Selamat (1)
Dalam 4 bulan ini, tim satuan tugas khusus dan tim interpol sedang mencari orang tidak berlengan itu, mereka semua percaya bahwa orang tersebut adalah pelakunya. Jika berhasil menangkapnya, maka kasus ini dapat diselesaikan. Ini adalah hal yang sudah pasti dan tidak dapat diubah.
Tetapi, setelah mendengar perkataan Michael Fan, Jeni Sun merasa psikolog yang terkenal ini juga tidak begitu hebat.
Jika pelaku serangan bukanlah orang tidak berlengan, lalu siapa? Masih ada siapa lagi yang bisa berbuat begitu?
Demi membuat Michael Fan percaya akan perkiraan pihak kepolisian, Jeni Sun membuka HP dan memutar satu video.
“Ini adalah video CCTV jalan tol Meiji, demi pemeriksaan kasus ini, aku menyalinnya ke dalam ponselku.”
Michael Fan mengambil ponsel itu dan melihatnya dengan seksama. Rekaman CCTV ini sama dengan yang ada di internet, tidak ada bedanya.
Setelah videonya selesai diputar, Jeni Sun memutar video yang lain.
“Ini adalah kejadian yang terjadi beberapa hari ini, korban juga mendapat serangan yang serupa. Tim forensik telah melakukan pemeriksaan detail kepada korban, termasuk badan bagian bawah, tetapi tidak ada kerusakan selain bola mata yang dicongkel keluar dan wajah yang hancur. Jika ini adalah kasus pemerkosaan atau perampokan, ini bisa lebih masuk akal, tetapi pembunuh tidak tertarik terhadap tubuh dan harta korban, ini bukan merupakan kasus yang bisa kita pahami sepenuhnya. Sebenarnya, mengapa pembunuh berbuat demikian? Apa motivasinya?“
Michael Fan termenung, di dalam dua video, modus kejahatan yang dilakukan pelaku serangan sepertinya adalah mendorong jatuh korban terlebih dahulu, lalu mendekapnya hingga mati, mengambil matanya dan menuangkan asam sulfat.
Namun, dia merasa hal itu tidak semudah yang dibayangkannya, mengenai apa motivasi pelaku, sampai saat ini belum ia ketahui. Tetapi hanya ada satu hal yang ia ketahui, sudah menyerang orang dan tidak memberi celah bagi polisi untuk mengungkap kasusnya, pembunuh ini benar-benar seorang yang cerdik.
Semua orang yang cerdikpasti memiliki alasan di balik perbuatannya itu.
“Untungnya, korban kali ini tidak mati dan masih selamat.”, Jeni Sun menambahkan.
Michael Fan terlihat mengerutkan alisnya, dengan muka masam bertanya : “Karena dia masih selamat, seharusnya dia tahu rupa si pembunuh, lalu kalian menyuruhku untuk meneliti apa?“
Meskipun berkata demikian, tetapi dalam hati Michael Fan masih ada rasa penasaran dengan kasus tersebut, karena ini juga adalah kasus khusus yang susah dipecahkan dan ini adalah saatnya untuk membuktikan kemampuannya sendiri.
“Semua orang sekitar kami berkata kamu memiliki pengetahuan yang mendalam tentang psikologi kriminal, maka itu mereka dengan khusus mengutus aku untuk mengundangmu.“
“Kamu datang dari jauh hanya untuk menyuruhku menganalisa motivasi si pembunuh?“
Jeni Sun menganggukkan kepalanya.
“Jujur saja, aku sudah bertahun-tahun pelajari tentang psikologi kriminal, aku juga pernah berhadapan dengan seseorang yang berperilaku menyimpang, tetapi seperti kasus yang melubangi mata orang ini, aku benar-benar belum pernah menemuinya.”, ucap Michael Fan dengan jujur.
“Sebelumnya kamu pernah meyakinkan orang lain bahwa orang yang memakai "garam mandi" bisa mencongkel bola mata sendiri, ini sebenarnya asli atau palsu?”
“Penggunaan "garam mandi" yang berlebihan memang bisa membuat orang menyakiti diri sendiri ataupun menyerang orang lain. Ini ada dasar ilmiahnya, bukan aku karang sendiri.”
“Kalau begitu, misalnya saja penyerang memakai "garam mandi", tetapi kenapa dia bisa mencongkel bola mata orang lain? Mungkinkah orang yang memakai "garam mandi" saat menyerang orang, suka mencongkel bola mata?“
“Belum ada bukti medis yang menyatakan orang yang memakai "garam mandi" ada keinginan untuk menggali mata. Mungkin saja itu hanya suatu kebetulan, atau bisa jadi merusak mata itu dapat membuat pihak kepolisian tidak dapat mengonfirmasi identitas korban, karena wajahnya pun sudah hancur, maka mata pun juga harus dihancurkan, bukan?”, jawab Michael Fan berkata dengan tenang.
Ucapannya yang masuk akal itu membuat Jeni Sun terdiam.
“Orang yang selamat itu di mana? Aku ingin melihatnya.”, Michael Fan tidak dapat menahan rasa penasarannya.
Rumah Sakit Rakyat Pertama di Kota Meijiang, Unit Perawatan Intensif.
Jeni Sun membuka pintu kamar rumah sakit, Michael Fan mengikutinya dari belakang, dua orang itu pelan-pelan memasuki kamar pasien.
Di dalam kamar pasien yang tenang itu hanya ada satu orang pasien, dari bentuk tubuhnya terlihat jelas dia adalah seorang wanita, tetapi tidak terlihat jelas bentuk wajahnya. Matanya dilingkari satu kain yang tebal, membuat orang tidak dapat melihat pemandangan mengenaskan dari orang buta yang hanya memiliki dua lubang itu. Seluruh wajahnya terbakar sehingga tidak dapat mengetahui bentuk wajah yang seharusnya dimiliki oleh seorang wanita.
Usia perempuan itu sepertinya tidak terlalu tua, dapat ditebak dari sepasang tangan yang ada di atas selimut, kulitnya mulus dan agak berisi, tidak terlihat seperti orang tua.
Michael Fan menggelengkan kepala, dengan suara sangat kecil sambil menghela nafas berkata : “Sangat disayangkan!”
Tanpa sepengetahuannya, perempuan itu berteriak kaget : “Siapa? Kamu siapa?”
Saat dia berkata, sepasang tangannya terus-menerus melambai di udara.
Jeni Sun segera ke depan dan berkata dengan lembut : “Ini aku, jangan takut. Dua hari yang lalu aku pernah datang kemari dan menceritakan sebuah kisah kepadamu. Bisakah kamu mendengarku?“
Perempuan itu menyampingkan telinganya dan mendengarkan tanpa bergerak, seolah-olah sedang mengingat kembali suara yang tak asing itu. Beberapa saat kemudian, dia menurunkan tangannya, lalu bertanya : “Apakah kamu kakak polisi wanita itu?“
“Benar, daya ingatmu sungguh bagus.“
Saat Jeni Sun baru saja bernafas lega, perempuan itu kembali berteriak ketakutan : “Di kamar ini masih ada orang, siapa dia?“
Terlihat jelas, perempuan itu mempunyai rasa waspada yang sangat kuat terhadap orang asing.
Itu pasti karena gangguan stres pasca trauma.
Berdasarkan responnya, Michael Fan langsung memberikan kesimpulan.
Pasien yang mengalami benturan keras atau kejadian yang menakutkanlah yang akan memberi reaksi tidak tenang, waspada berlebihan, respon kaget hingga melompat yang semakin kuat, panik untuk waktu yang lama, dan juga tanpa sadar mengingat kembali momen dan kejadian yang bersangkutan. Untuk yang lebih berat dapat mengalami depresi, bahkan ada keinginan untuk bunuh diri.
Tentu saja, ada pasien yang tanpa disadari menghindari hal-hal yang dapat merangsang otaknya sehingga menyebabkan amnesia.
“Jangan takut, dia adalah dokter yang kupanggil kemari.“
Mendengar ucapan Jeni Sun, perempuan itu lega dan mulai tenang.
“Mengenai kejadian ini, bagaimana tanggapannya?” Michael Fan bertanya.
Jeni Sun menggelengkan kepala, “Dia hilang ingatan, sama sekali tidak ingat apapun tentang kasus ini.”
Hilang ingatan, satu-satunya petunjuk sudah tidak ada, tidak salah jika polisi tidak dapat mengungkapnya.
“Apakah kalian pihak kepolisian yakin si pembunuh adalah orang yang sama?“
“Dilihat dari rekaman CCTV dan modus kejahatannya, pembunuh adalah orang yang sama, ini tidak mungkin salah.“
Michael Fan terdiam. Sebelumnya dia curiga pembunuh atau korban memakai "garam mandi" sehingga terjadi tindakan kriminal itu, tetapi dua kasus sudah melibatkan orang tidak berlengan itu, kalau begitu orang yang memakai "garam mandi" pasti hanya orang tidak berlengan itu.
Namun berdasarkan pemahamannya mengenai "garam mandi", kalau orang yang memakai sudah sampai tahap untuk melakukan penyerangan, itu berarti dia sudah berada di ambang kematian, anehnya lagi ia melakukan kejahatan 4 bulan kemudian, jelas-jelas sudah tidak mungkin!
Mungkinkah tebakannya salah dan ini semua tidak ada hubungannya dengan "garam mandi"?
Michael Fan mulai kebingungan.
“Guru Fan, kamu bilang mengonsumsi obat terlarang yang berlebihan dapat membuat orang berhalusinasi dan menggila, bukankah kamu sebelumnya pernah menangani pasien seperti ini?”
“Memang benar aku pernah mengobati pasien yang mengalami kegilaan akibat obat terlarang seperti ini, tetapi.....“
Jeni Sun terlihat sedikit kaget, saat sedang menunggu ucapan Michael Fan selanjutnya, dia malah terdiam, ini membuatnya curiga.
Michael Fan melihat sekilas perempuan di ranjang itu, lalu berkata kepada Jeni Sun : “Kita bicara di luar saja.”
Menimbang bahwa perempuan tersebut mengalami gangguan stres pasca trauma, Michael Fan memiliki beberapa kekhawatiran. Sebagai psikolog, menangani pasien semacam ini harus sebisa mungkin menghilangkan faktor yang menyebabkannya stres, walaupun dia hilang ingatan, juga tidak boleh ceroboh sedikitpun.
Novel Terkait
Suami Misterius
LauraUangku Ya Milikku
Raditya DikaIstri ke-7
Sweety GirlGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaSang Pendosa×
- Bab 1 Serangan di Tengah Malam
- Bab 2 Teror Kembali Terulang
- Bab 3 Orang yang Selamat (1)
- Bab 4 Orang yang Selamat (2)
- Bab 5 Orang yang Selamat (3)
- Bab 6 Hipnotis
- Bab 7 Semuanya Sudah Siap
- Bab 8 Tempat Kejadian Peristiwa
- Bab 9 Ruangan Bawah Tanah Tempat Pembuatan Narkoba
- Bab 10 Mayat dalam Dapur
- Bab 11 Orang yang Dicurigai (1)
- Bab 12 Orang yang Dicurigai (2)
- Bab 13 Orang yang Dicurigai (3)
- Bab 14 Robert Su dan Istrinya
- Bab 15 Keberadaan yang Tidak Diketahui
- Bab 16 Menghipnotis Lagi
- Bab 17 Penemuan yang Tak Terduga
- Bab 18 Berita dari Kedokteran Forensik
- Bab 19 Berburu Sosok Tidak Berlengan (1)
- Bab 20 Berburu Sosok Tidak Berlengan (2)
- Bab 21 Berburu Sosok Tidak Berlengan (3)
- Bab 22 Berburu Sosok Tidak Berlengan (4)
- Bab 23 Ternyata Seorang Wanita
- Bab 24 Identitas Orang Tidak Berlengan
- Bab 25 Musibah yang Diakibatkan oleh Narkoba
- Bab 26 Efek dari Kecanduan Narkoba
- Bab 27 Keanehan Monica Su
- Bab 28 Kebingungan Michael Fan
- Bab 29 Kebenaran di Bawah Godaan (1)
- Bab 30 Kebenaran di Bawah Godaan (2)
- Bab 31 Kebenaran di Bawah Godaan (3)
- Bab 32 Kebenaran di Bawah Godaan (4)
- Bab 33 Menyelidiki Robert Su
- Bab 34 Kekasih Robert Su (1)
- Bab 35 Kekasih Robert Su (2)
- Bab 36 Kekasih Robert Su (3)
- Bab 37 Menulis Surat untuk Julia Gu
- Bab 38 Kebodohan Julia Gu
- Bab 39 Pelakunya adalah Ibunya Julia Gu
- Bab 40 Ibunya Julia Gu Menyerang Polisi
- Bab 41 Ibunya Julia Gu Menyalahkan Dirinya Sendiri
- Bab 42 Menghipnotis Ibunya Julia Gu (1)
- Bab 43 Menghipnotis Ibunya Julia Gu (2)
- Bab 44 Menginterogasi Ibunya Julia Gu
- Episode 45 Partisipasi Reporter
- Episode 46 Pertemuan Ibu dan Anak
- Bab 47 Mencurigai Monica Su
- Bab 48 Kecurigaan yang Mulai Terungkap
- Bab 49 Percakapan di Dalam Penjara (1)
- Bab 50 Percakapan di Dalam Penjara (2)
- Bab 51 Perubahan Natalie Shen
- Bab 52 Bunuh Diri
- Bab 53 Penangkapan Michael Fan (1)
- Bab 54 Penangkapan Michael Fan (2)
- Bab 55 Penangkapan Michael Fan (3)
- Bab 56 Michael Fan Kabur
- Bab 57 Menginterogasi Michael Fan
- Bab 58 Berjalan Keluar dengan Langkah Besar
- Bab 59 Hasil Identifikasi yang Dicurigai
- Bab 60 Meminta Bantuan Stephen Tang
- Bab 61 Penemuan yang Luar Biasa
- Bab 62 Berterus Terang
- Bab 63 Kebenaran yang Mengejutkan
- Bab 64 Niatan yang Timbul Seketika
- Bab 65 Pengkhianat Tim Satuan Tugas Khusus
- Bab 66 Seekor Rubah Licik
- Bab 67 Membongkar Kebohongan (1)
- Bab 68 Membongkar Kebohongan (2) (Tamat)