Unperfect Wedding - Bab 12 Kemunafikan
Lisa merasakan suhu udara disekitarnya menurun, dingin dari bawah kakinya menjalah hingga hatinya, seperti tidak ada aliran darah diwajahnya, wajahnya pun tertekuk, sekujur tubuhnya lemas seperti hancur berkeping-keping.
Dia tidak tau bagaimana meninggalkan apotek, dia hanya merasa semakin sulit bernafas, setelah sekian lama, dia baru bereaksi, dia menangis dengan histeris dipinggir jalan. Hendra, kamu benar-benar kejam, membohongiku dengan obat penggugur janin, apa kamu benar-benar tidak menginginkan anak ini? Hendra, Hendra, bagaimana bisa kamu tidak berperasaan seperti ini? Apa kamu memiliki hati nurani? Kenapa kamu membuatku bertekuk lutut mencintaimu namun kamu dengan jahatnya menyakitiku? Apakah aku sangat tidak pantas untuk mendapatkan perhatianmu? Banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada Hendra mengenai segalanya, tapi dia pengecut, dia lemah, dia takut jika Hendra akan mengatakan tidak memiliki perasaan apapun padanya, dia takut kehilangan pria itu, takut jika detik itu juga hatinya akan hancur, takut jika dirinya penuh dengan rasa amarah dan kebencian, dia tidak berani menghadapi itu semua. Lisa jatuh pingsan dipinggir jalan, seseorang yang berbaik hati membantunya memanggil ambulance, dia kembali masuk ke rumah sakit. Masih menjadi pasien nomor 9, masih dengan perawat yangs sama. Perawat itu mengerutkan kedua alisnya, “Sudah dikatakan untuk tidak boleh keluar dari rumah sakit, akhirnya kembali berakhir disini.” Lisa telah sadar kembali, ingatan yang menyakitkan itu kembali terngiang dikepalanya, membuatnya sangat tertekan. Dia sangat berharap saat ini ada seseorang yang datang untuk menjadi sandarannya, dia takut jika dirinya tidak dapat bertahan. Tetapi tidak ada, tidak ada seorangpun yang datang, hidupnya begitu tenang, hingga bertemu dengan Hendra hidupnya mulai banyak gangguan. Kondisinya yang seperti sekarang, dia tidak berani untuk memberitahukan Luke, jika Luke mengetahui jika dia keguguran, Luke pasti sangat marah dan akan mencari Hendra, Hubungan mereka berdua menjadi semakin buruk. “Nona Lisa, bagaimana keadaan kamu saat ini?” entah sejak kapan Asisten Aiden masuk ke dalam ruang rawatnya, menenteng sebuah makanan. Mata Lisa terdapat tatapan kebencian, dia berucap dengan dingin: “Untuk apa kamu kemari?” “Direktur menyuruh......” Lisa tertawa dengan penuh kesakitan, “Menyuruhmu kemari untuk melihat anakku mati atau tidak?” Asisten Aiden tersedak hingga tidak dapat mengeluarkan kata apapun, sebenarnya Direktur menyuruhnya datang untuk melihat keadaannya, namun karena Lisa baru saja kehilangan anaknya, maka aura permusuhan sangat terlihat jelas.
Dialah yang memanggil dokter itu, hatinya merasa bersalah pada Lisa. Dia terdiam tidak berkata apapun, saat ini sebaiknya dia menutup mulutnya agar tidak memancing emosi Lisa, soup yang telah dibuat dia letakkan diatas meja Lisa. Lisa tetap berbaring tidak bergerak, tidak menunjukkan dia akan memakan soup itu. Sang asisten berucap: “Nona Lisa, kamu harus meminum soup ini untuk memulihkan tubuhmu.” dia membalikkan tubuhnya membelakangi Asisten Aiden, hanya menampilkan punggungnya yang kurus. Asisten Aiden menghela nafasnya, sebaiknya dia keluar menelepon, memberitahukan situasi yang ada kepada Hendra, mungkin karena rasa bersalahnya, dia menceritakan kondisi Lisa dengan sedikit dilebih-lebihkan. Hendra yang mendengar hal itu mengerutkan kedua alisnya, setelah menutup teleponnya, dia menjadi tidak fokus dengan dokumen-dokumen yang ada dihadapannya, dia menghempaskan dokumennya ke meja, dia bangkit meninggalkan perusahaan. Aroma obat-obatan yang tercium dirumah sakit membuat hatinya kesal, apalagi ketika dia melihat Lisa yang tidak berdaya, perasaan seperti ini semakin membuatnya kesal, beberapa hari tidak bertemu, wanita ini seperti berubah menjadi orang lain. Seperti tidak ada aliran darah yang mengalir diwajahnya,sepasang mata yang jernih itu kini berubah memerah tidak berdaya, tubuhnya seperti memancarkan aura kematian, orang yang tidak tahu apa yang terjadi dengannya akan mengira dia terkena sebuah penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Dia duduk di kursi yang tersedia disamping ranjang, “Kudengar kamu menolak untuk makan?” Lisa berucap dengan senyuman pahitnya: “Kamu masih mengkhawatirkan aku makan atau tidak?” “Tentu saja, bukankah kamu adalah wanitaku?” Hendra menatapnya, berucap sambil menaikkan alisnya. “Dulu aku akan sangat senang mendengar kalimat itu, namun sekarang aku hanya merasakan kepalsuan, kamu sangat munafik Hendra.”
Novel Terkait
Waiting For Love
SnowMy Only One
Alice SongDewa Perang Greget
Budi MaBeautiful Love
Stefen LeeAwesome Husband
EdisonCinta Tak Biasa
SusantiUnperfect Wedding×
- Bab 1 Meninggalkannya
- Bab 2 Sumbangan
- Bab 3 Rencana Berhasil
- Bab 4 Tetap Tinggal
- Bab 5 Dibiarkan Mati
- Bab 6 Orang Ketiga
- Bab 7 Bukan Keputusanmu
- Bab 8 Hamil
- Bab 9 Tidak Boleh Dilahirkan
- Bab 10 Pemeriksaan
- Bab 11 Obat Penggugur Janin
- Bab 12 Kemunafikan
- Bab 13 Memutuskan Hubungan
- Bab 14 Membuatnya Marah Lagi
- Bab 15 Melihatnya Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 16 Menyembunyikannya
- Bab 17 Aku yang Mengantarkan Pacarku
- Bab 18 Mainan
- Bab 19 Demam
- Bab 20 Sebaskom Air Dingin
- Bab 21 Sekali Lagi Memanfaatkanku
- Bab 22 Menggoda
- Bab 23 Kepribadian Palsu
- Bab 24 Tengelamkan Dia
- Bab 25 Ditinggalkan
- Bab 26 Kami Berpisah
- Bab 27 Berpindah
- Bab 28 Menyamar Menjadi Tahanan
- Bab 29 Mengingkari Kepercayaan
- Bab 30 Tidak Cukup Melihatnya.
- Bab 31 Menikahiku
- Bab 32 Melepaskannya Pergi
- Bab 33 Danau Yang Dalam
- Bab 34 Dia Mencintai Lisa
- Bab 35 Pernikahan Ini Kembali Gagal
- Bab 36 Kecelakaan Mobil
- Bab 37 Tidak Bisa Bangun
- Bab 38 Mau Meninggalkannya Lagi
- Bab 39 Hilang Ingatan
- Bab 40 Kenapa Tidak Disebutkan
- Bab 41 Bukan Tipe Yang Ku Suka
- Bab 42 Mengusirnya Dari Villa
- Bab 43 Bertemu Dengan Hendra Lagi
- Bab 44 Orang Yang Menolongnya
- Bab 45 Terjadi Sesuatu
- Bab 46 Tidak Bisa Hidup Lagi
- Bab 47 Perjalanan Terakhir
- Bab 48 Dari Ingatan yang Tidak Pernah Terjadi
- Bab 49 Dia Tidak Mati
- Bab 50 Siapa Yang Kamu Hindari?
- Bab 51 Bersandiwara
- Bab 52 Mengirim Orang Untuk Mengikutinya
- Bab 53 Mencintaiku Dari Awal Lagi
- Bab 54 Aku Akan Menemanimu
- Bab 55 Hendra Menyiapkan Makanan
- Bab 56 Ingin Menyakitiku Lagi?
- Bab 57 Sebuah Adegan
- Bab 57 Malaikat Di Balik Layar
- Bab 59 Berkencan
- Bab 60 Siraman Kopi
- Bab 61 Pelukan yang Hangat
- Bab 62 Kau Harus Menungguku