Unperfect Wedding - Bab 61 Pelukan yang Hangat
Kembali ke coal hill Villa, dia seperti orang gila, mencari dari satu kamar ke kamar lain.
Mungkin dia tidak membuangnya, mungkin dia hanya menyimpannya untuk Lisa.
Setelah sampai di lantai 3, jika tidak ada di sini, dia benar-benar tidak tahu harus pergi kemana mencari.
Kamar di lantai tiga pada dasarnya kosong, dia tinggal di kamar tidur lantai dua dan jarang naik keatas.
Satu pintu demi satu pintu dibuka, sampai di pintu terakhir yang tidak ada harapan dia membuka pintu, memutar kunci pintu, tapi tidak bisa dibuka, ruangan itu terkunci.
Dengan cepat turun kebawah untuk mencari kunci, satu per satu, dan akhirnya pintu terbuka.
Dia menstabilkan detak jantungnya dan berjalan masuk ke kamar.
Dia disambut oleh foto seorang anak laki-laki dan di antara alis itu menggoreskan rasa yang akrab. Di atas meja tertata porselain giok putih dengan bunga biru. Di kedua sisi ada dupa yang sudah terbakar.
Dia menghela nafas lega, dia ingin menelpon Lisa dan mengatakan padanya bahwa dia tidak membuangnya.
Ketika dia menelpon tidak ada orang yang menjawab. Dia hanya bisa mengirim SMS dan menunggu jawaban Lisa.
Tepat ketika dia curiga bahwa teleponnya telah diblokir, dia pergi sendiri mencari Lisa, bel pintu berdering.
Di luar pintu Lisa berdiri dengan mata yang sedikit merah dan bengkak, hati Hendra melembut, ingin peduli padanya, lalu terpotong oleh suara dinginnya.
"Di mana?"
"Lantai tiga."
Lisa menghindarinya dan berjalan ke lantai tiga. Melihat bahwa tidak ada Adrian di belakangnya, hati Hendra merasa jauh lebih baik.
Pintu ditutup dan naik ke atas mengikuti Lisa.
Di dalam villa besar, hanya terdengar suara dua orang yang melangkahi tangga.
Pada saat Lisa melangkah ke dalam ruangan, akhirnya dia tidak bisa menahan tangis. Suara tangisan kecil yang menyakitkan. Sampai-sampai dia tidak berani menangis di depan Luke.
Hendra melihatnya seperti ini, tetapi dia tidak boleh bersedih. Dia berjalan ke arahnya dan memeluknya.
"Lisa, jangan menangis." Dia tidak memiliki pengalaman menghibur orang, tetapi bersedia belajar demi dia. "Lisa, dia tidak akan ingin melihatmu menangis, jangan menangis."
Lisa tidak bisa menolak pelukannya. Pada saat ini, dia tidak berdaya dan haus akan kehangatan, untungnya ada Hendra, untungnya pelukannya sangat hangat.
Dia menarik pakaian Hendra ke dadanya dan berteriak: "Aku minta maaf padanya, aku minta maaf Luke, hei, aku adalah kakak yang tidak berguna ..."
Hendra menepuk punggungnya dan berbisik pelan, "Jangan berkata seperti ini, Luke begini demi membuatmu tetap hidup. Jika kamu tetap berpikir seperti ini, maka semua yang dilakukannya tidak ada artinya. Dia tidak ingin kamu tahu, hanya takut kau akan begini. "
Lisa menangis cukup lama, menunggu emosinya yang menyakitkan hilang, hidungnya tersumbat, dan matanya membengkak.
Pakaian Hendra di dadanya basah, dia baru menyadari bahwa pakaiannya tidak pernah berganti, dan ada noda kopi di atasnya. Pantas saja ketika dia menangis, dia masih mencium aroma kopi.
Dia sedikit merasa bersalah dan suaranya canggung: "Aku minta maaf atas hari ini, aku sudah salah paham, cepatlah berganti pakaian."
Hendra menatapnya, matanya lembut, "Tidak apa-apa, tidak masalah."
Lisa dengan pelan bersuara "hmm", berbalik badan dan memeberi penghormatan kepada adik laki-lakinya, Hendra melakukan hal yang sama, memberikan dupa seperti dulu untuk Luke, pernah sering datang untuk memberinya penghormatan.
Dia bangkit dari kasur dan memegang porselai abu di dadanya, sangat hati-hati.
“Terima kasih.” Dia berjalan ke depan Hendra dan memberi hormat sangat dalam.
Setelah menunggu lama, Hendra tidak berbicara, dan matanya yang datar membuat orang tidak bisa melihat apa yang dipikirkannya.
“Kalau begitu aku pergi dulu.” Dia memeluk dan meninggalkan porselain lalu berbalik dan pergi keluar.
Dia berjalan ke ruang tamu, dan dia tidak melihat Hendra yang turun untuk memberinya ucapan ingin mengantarnya. Dia bahkan tidak menyadari bahwa langkahnya melambat, dan hatinya ada sedikit rasa kehilangan.
“Tunggu!” Hendra berlari ke bawah dan berdiri di belakangnya dan berteriak.
Novel Terkait
CEO Daddy
TantoPrecious Moment
Louise LeeInnocent Kid
FellaTakdir Raja Perang
Brama aditioIstri Pengkhianat
SubardiKamu Baik Banget
Jeselin VelaniUnperfect Wedding×
- Bab 1 Meninggalkannya
- Bab 2 Sumbangan
- Bab 3 Rencana Berhasil
- Bab 4 Tetap Tinggal
- Bab 5 Dibiarkan Mati
- Bab 6 Orang Ketiga
- Bab 7 Bukan Keputusanmu
- Bab 8 Hamil
- Bab 9 Tidak Boleh Dilahirkan
- Bab 10 Pemeriksaan
- Bab 11 Obat Penggugur Janin
- Bab 12 Kemunafikan
- Bab 13 Memutuskan Hubungan
- Bab 14 Membuatnya Marah Lagi
- Bab 15 Melihatnya Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 16 Menyembunyikannya
- Bab 17 Aku yang Mengantarkan Pacarku
- Bab 18 Mainan
- Bab 19 Demam
- Bab 20 Sebaskom Air Dingin
- Bab 21 Sekali Lagi Memanfaatkanku
- Bab 22 Menggoda
- Bab 23 Kepribadian Palsu
- Bab 24 Tengelamkan Dia
- Bab 25 Ditinggalkan
- Bab 26 Kami Berpisah
- Bab 27 Berpindah
- Bab 28 Menyamar Menjadi Tahanan
- Bab 29 Mengingkari Kepercayaan
- Bab 30 Tidak Cukup Melihatnya.
- Bab 31 Menikahiku
- Bab 32 Melepaskannya Pergi
- Bab 33 Danau Yang Dalam
- Bab 34 Dia Mencintai Lisa
- Bab 35 Pernikahan Ini Kembali Gagal
- Bab 36 Kecelakaan Mobil
- Bab 37 Tidak Bisa Bangun
- Bab 38 Mau Meninggalkannya Lagi
- Bab 39 Hilang Ingatan
- Bab 40 Kenapa Tidak Disebutkan
- Bab 41 Bukan Tipe Yang Ku Suka
- Bab 42 Mengusirnya Dari Villa
- Bab 43 Bertemu Dengan Hendra Lagi
- Bab 44 Orang Yang Menolongnya
- Bab 45 Terjadi Sesuatu
- Bab 46 Tidak Bisa Hidup Lagi
- Bab 47 Perjalanan Terakhir
- Bab 48 Dari Ingatan yang Tidak Pernah Terjadi
- Bab 49 Dia Tidak Mati
- Bab 50 Siapa Yang Kamu Hindari?
- Bab 51 Bersandiwara
- Bab 52 Mengirim Orang Untuk Mengikutinya
- Bab 53 Mencintaiku Dari Awal Lagi
- Bab 54 Aku Akan Menemanimu
- Bab 55 Hendra Menyiapkan Makanan
- Bab 56 Ingin Menyakitiku Lagi?
- Bab 57 Sebuah Adegan
- Bab 57 Malaikat Di Balik Layar
- Bab 59 Berkencan
- Bab 60 Siraman Kopi
- Bab 61 Pelukan yang Hangat
- Bab 62 Kau Harus Menungguku