Unperfect Wedding - Bab 10 Pemeriksaan
Hendra baru memberikan sedikit reaksi, reaksi yang tidak begitu bagus, wajahnya dengan cepat berubah menjadi sendu, sang asisten dapat menyimpulkan bahwa itu adalah tanda sebuah bencana.
Ternyata dia tidak pergi kesana? Apakah dia berniat untuk menentangnya dan mempertahankan anak itu?
Bagaimana bisa dia membiarkan hal ini terjadi, anak ini akan membuatnya semakin menjauh dengan Cindy.
Dia mengeluarkan telepon genggamnya menelepon Lisa, namun Lisa tidak mengangkat teleponnya.
Tanpa berkata apa-apa dia duduk dibangku sambil menghadap jendela yang ada disampingnya, dia berpikir sejenak, kemudian segera mengambil kunci mobilnya, memerintahkan asistennya, bersama asistennya yang berjalan dibelakangnya meninggalkan perusahaan.
Asistennya yang sedang mengemudi, mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya, “Direktur, apa harus sampai melakukan hal ini?”
Hendra berkata, “Kamu tidak perlu menanyakan hal yang tidak perlu ditanyakan.”
Sang asisten hanya menghelakan nafasnya, melanjutkan mengemudi dengan diam, namun hatinya merasa simpati pada Lisa.
Hati Lisa sangat tidak tenang, dia duduk termenung diatas sofa sambil memandang televisi yang ada dihadapannya, ingin menelepon Luke, namun beberapa hari yang lalu dia memberitahunya jika dia keluar negeri untuk melakukan penelitiannya, tidak ada waktu untuk menghubunginya, dia hanya dapat berdiam diri saat ini.
Ketika dia berada di kota A hanya ada Luke yang dekat dengannya, kemudian Hendra, orang yang dia cintai.
Namun saat ini orang yang dia cintai menyuruhnya untuk mengugurkan anak mereka, penyebabnya adalah demi wanita lain, hal ini membuat hatinya terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum, sungguh menyakitkan.
Dia tidak tau apa akibat dari menentang Hendra, dia hanya berharap pria itu dapat berpikir dengan jernih, apakah dia benar-benar tidak menginginkan anak ini?
Mungkin saja, dia akan merubah pemikirannya.
Tiba-tiba pintu terbuka, asisten Aiden masuk terlebih dahulu, dibelakangnya terdapat Hendra, dan seorang dokter yang memakai jas dokternya.
Menghadapi situasi yang mendadak seperti ini, kesadarannya belum sepenuhnya kembali, diwajahnya masih terlihat sedikit kebingungan, tidak mengerti dengan situasi yang terjadi saat ini.
Dia tercengang sejenak, kemudian memanggil dengan pelan, “Hendra.......”
Wajah Hendra tak dapat terbaca oleh orang lain, dia berucap: “Biarkan doktermu melakukan sedikit pemeriksaan padamu.”
“Oh.” Lisa menghela nafasnya merasa lega, asalkan tidak menyuruhnya untuk melakukan aborsi itu sudah cukup.
Dokter mengangkat kotak obatnya, mengeluarkan stetoskopnya, kelihatannya memang benar-benar ingin memeriksanya.
Lisa mencuri-curi pandang pada Hendra, kemudian bertanya dengan terbata-bata: “Hendra, apakah kamu telah membuat keputusan untuk mempertahankan bayi kita?”
Hendra yang mendengar ucapannya hanya memandangnya sekilas, duduk diatas sofa mengeluarkan laptopnya untuk memeriksa data-data yang masuk, terlihat tidak ingin menjawab pertanyaannya.
Lisa mengerucutkan bibirnya, matanya terpancar sebuah kesedihan, dia menundukkan kepalanya terdiam melihat dokter yang sedang memeriksanya.
Setelah dokter selesai merapikan peralatannya, dokter berucap: “Nona Lisa, kondisi janin anda sedikit bermasalah, saya sarankan anda untuk pergi ke rumah sakit melakukan pemeriksaan ultrasonografi.”
Hati Lisa menjadi gelisah, bertanya dengan khawatir: “Dokter, apakah anakku akan bermasalah?”
Dokter menjawabnya: “Bukan masalah yang terlalu besar, saya akan memberikan resep penguat janin terlebih dahulu, kita lihat dulu selama satu minggu, kemudian anda melakukan pemeriksaan kembali.”
“Baiklah, terima kasih Dokter.” ini pertama kalinya Lisa menjadi seorang ibu, dia tidak mengerti apa-apa, hanya dapat mempercayai sang dokter.
Setelah dokter keluar dari ruangannya, sang asisten juga mengikuti sang dokter berjalan keluar, memberikan privasi kepada kedua orang itu.
Hendra bangkit berdiri dari duduknya, tidak ada yang ingin disampaikannya, langsung keluar meninggalkannya.
Lisa memanggilnya untuk menghentikannya: “Hendra.”
Hendra menghentikan langkah kakinya, tidak membalikkan badan sepenuhnya, hanya memutar kepalanya untuk menghadap Lisa.
“Kamu, sudah membuat keputusan untuk mempertahankan anak ini kan?” jika tidak dia tidak akan secara khusus memanggil dokter untuk memeriksanya, dan memberikan resep penguat janin.
Hendra terus menatapnya, setelah beberapa kemudian dia baru membuka mulutnya, “Minumlah obat itu tepat waktu.”
Ketika dia mengucapkan kalimat ini, dia tidak menatap Lisa sama sekali, malah membelakangi Lisa.
Novel Terkait
Asisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaBack To You
CC LennySiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiPenyucian Pernikahan
Glen ValoraThe Sixth Sense
AlexanderPernikahan Kontrak
JennyThis Isn't Love
YuyuUnperfect Wedding×
- Bab 1 Meninggalkannya
- Bab 2 Sumbangan
- Bab 3 Rencana Berhasil
- Bab 4 Tetap Tinggal
- Bab 5 Dibiarkan Mati
- Bab 6 Orang Ketiga
- Bab 7 Bukan Keputusanmu
- Bab 8 Hamil
- Bab 9 Tidak Boleh Dilahirkan
- Bab 10 Pemeriksaan
- Bab 11 Obat Penggugur Janin
- Bab 12 Kemunafikan
- Bab 13 Memutuskan Hubungan
- Bab 14 Membuatnya Marah Lagi
- Bab 15 Melihatnya Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 16 Menyembunyikannya
- Bab 17 Aku yang Mengantarkan Pacarku
- Bab 18 Mainan
- Bab 19 Demam
- Bab 20 Sebaskom Air Dingin
- Bab 21 Sekali Lagi Memanfaatkanku
- Bab 22 Menggoda
- Bab 23 Kepribadian Palsu
- Bab 24 Tengelamkan Dia
- Bab 25 Ditinggalkan
- Bab 26 Kami Berpisah
- Bab 27 Berpindah
- Bab 28 Menyamar Menjadi Tahanan
- Bab 29 Mengingkari Kepercayaan
- Bab 30 Tidak Cukup Melihatnya.
- Bab 31 Menikahiku
- Bab 32 Melepaskannya Pergi
- Bab 33 Danau Yang Dalam
- Bab 34 Dia Mencintai Lisa
- Bab 35 Pernikahan Ini Kembali Gagal
- Bab 36 Kecelakaan Mobil
- Bab 37 Tidak Bisa Bangun
- Bab 38 Mau Meninggalkannya Lagi
- Bab 39 Hilang Ingatan
- Bab 40 Kenapa Tidak Disebutkan
- Bab 41 Bukan Tipe Yang Ku Suka
- Bab 42 Mengusirnya Dari Villa
- Bab 43 Bertemu Dengan Hendra Lagi
- Bab 44 Orang Yang Menolongnya
- Bab 45 Terjadi Sesuatu
- Bab 46 Tidak Bisa Hidup Lagi
- Bab 47 Perjalanan Terakhir
- Bab 48 Dari Ingatan yang Tidak Pernah Terjadi
- Bab 49 Dia Tidak Mati
- Bab 50 Siapa Yang Kamu Hindari?
- Bab 51 Bersandiwara
- Bab 52 Mengirim Orang Untuk Mengikutinya
- Bab 53 Mencintaiku Dari Awal Lagi
- Bab 54 Aku Akan Menemanimu
- Bab 55 Hendra Menyiapkan Makanan
- Bab 56 Ingin Menyakitiku Lagi?
- Bab 57 Sebuah Adegan
- Bab 57 Malaikat Di Balik Layar
- Bab 59 Berkencan
- Bab 60 Siraman Kopi
- Bab 61 Pelukan yang Hangat
- Bab 62 Kau Harus Menungguku