Unperfect Wedding - Bab 8 Hamil
Hari terus berlanjut seperti dengan biasanya, Cindy sudah tidak pernah lagi datang ke rumah sakit, tetapi waktu Hendra semakin lama semakin sedikit.
Sungguh tidak mudah bertahan sampai hari ini, hari dimana Lisa akan keluar dari rumah sakit, Hendra tidak muncul, ia hanya menyuruh seorang asisten untuk menjemputnya.
Ia berpikir bahwa ia telah menjadi seorang wanita yang tinggal bersama lelaki, tetapi bukanlah siapa-siapanya.
Tetapi ia tidak berkecil hati, ia pasti dapat membuat Hendra berbalik kepadanya, Cindy hanyalah sebuah masa lalu kehidupan pernikahannya.
Dia terus mempersiapkan ujian-ujiannya, tiap hari pada waktu yang sama pergi mencari Hendra, membawa makanan masakannya sendiri, dia sungguh tau selera Hendra, dan ia merasa ini dapat merebut hati Hendra.
Meskipun Hendra tidak pernah berkomentar tentang masakan yang dibuat olehnya, tetapi ia selalu memakan habis setiap makanannya.
Cindy sudah tidak pernah muncul lagi, Lisa jelas merasa sangat senang, dengan begini dia dapat menyingkirkan Cindy dari hati Hendra, dan membawa dirinya menggantikan tempat itu.
Akhir-akhir ini dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, Asisten Aiden sudah mengatur waktunya dengan dokter.
Didalam rumah sakit banyak orang, ekspresi muka orang-orang juga ada yang dari sangat memiliki gairah hidup, sampai yang sudah tak bertenaga.
Lisa dengan perasaan yang tercampur aduk duduk di kursi di luar ruangan konsultasi, tangannya memegang kertas laporan yang sangat tidak terduga, dia hamil.
Berita ini jelas datang dengan sangat tiba-tiba, pada awalnya ia hanya ingin melakukan check up, tapi ternyata mendapat kabar bahwa ia telah hamil lima minggu, sungguh hatinya berdetak dengan sangat kencang.
Dalam pikirannya terlintas wajah Hendra yang dingin, ia pernah bilang sebelumnya, bahwa ia tidak suka anak.
Ia terduduk, merasa kecewa, dia sekarang telah mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian, gurunya pun sudah bertemu dengannya, tiba-tiba ia hamil, tidak mungkin tidak kaget.
Setelah tidak tau berapa lama ia terduduk, barulah hati dia mulai tenang.
Saat ia ingin berdiri, ia baru sadar bahwa ia duduk sampai kesemutan, ia menahan rasa itu dan beberapa saat kemudian mulai jalan.
Saat melewati ruang perawatan bayi, ia berusaha sekuat mungkin untuk menghiraukannya dan melewatinya, tetapi tidak sampai beberapa langkah, ia berjalan kembali.
Tatapannya tertuju pada jendela, anak-anak bayi yang baru lahir tampak tertidur di tiap baris kasur, mereka terlihat kecil-kecil, mereka terlihat mengerut, dan saat kita melihatnya sesaat semuanya terlihat sama.
Pada saat ini Lisa tiba-tiba merasa sangat gelisah, didalam perutnya terdapat sebuah kehidupan, dimana saat lahir ia akhirnya akan belajar untuk memanggil ayah dan ibu.
Setelah memikirkan hal ini, ia bernafas dengan tenang.
Memendam perasaan seperti ini, ia kembali pada apartemen yang Hendra berikan kepadanya, ini adalah tempat Hendra sesuka hatinya datang dan tidak pantas disebut "rumah".
Ia mengirim SMS kepada Hendra, memohon padanya untuk pulang pada hari ini, ia mempunyai sebuah berita yang sangat amat penting.
Dia menyiapkan makan malam di dapur, dia terpikir tentang banyak kata, kalimat, termasuk ia memikirkan tentang ekspresi dan perasaan Hendra saat ia tau bahwa dirinya telah hamil.
Pada saat ia berfikir, dia mendengar bunyi bel pada pintu, pasti Hendra telah pulang.
dia buru-buru berjalan ke arah pintu untuk membuka pintu, tidak menyangka seorang lelaki berdiri di depan pintu itu, lelaki itu merunduk kepala ingin mengambil kunci membuka pintu, pintu itu sudah terbuka..
Hari ini Lisa sangat berbeda, tetapi Hendra tidak dapat melihat perbedaan itu, ia hanya merasa Lisa tersenyum lebar terlihat cukup menarik.
"Kenapa begitu senang?" dia hanya bertanya asal, tetapi dihati Lisa itu adalah sebuah bentuk perhatian.
Dia tertawa dan menggandeng Hendra, membawanya ke meja makan, "Kamu pasti lapar, silahkan makan dulu."
Dia memanaskan lauk, makan bersama Hendra, pada saat ia menyendok lauk, ia diam-diam melihat Hendra.
Hendra sadar akan tatapan Lisa, dan berkata: "Apa yang mau kau bicarakan?"
Hati Lisa berdetak dengan sungguh kencang, menarik nafas, menutup matanya dan berkata: "Hendra... Aku hamil!"
Novel Terkait
The Winner Of Your Heart
ShintaMy Perfect Lady
AliciaHabis Cerai Nikah Lagi
GibranKing Of Red Sea
Hideo TakashiThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlCinta Yang Tak Biasa
WennieUnperfect Wedding×
- Bab 1 Meninggalkannya
- Bab 2 Sumbangan
- Bab 3 Rencana Berhasil
- Bab 4 Tetap Tinggal
- Bab 5 Dibiarkan Mati
- Bab 6 Orang Ketiga
- Bab 7 Bukan Keputusanmu
- Bab 8 Hamil
- Bab 9 Tidak Boleh Dilahirkan
- Bab 10 Pemeriksaan
- Bab 11 Obat Penggugur Janin
- Bab 12 Kemunafikan
- Bab 13 Memutuskan Hubungan
- Bab 14 Membuatnya Marah Lagi
- Bab 15 Melihatnya Dengan Mata Kepala Sendiri
- Bab 16 Menyembunyikannya
- Bab 17 Aku yang Mengantarkan Pacarku
- Bab 18 Mainan
- Bab 19 Demam
- Bab 20 Sebaskom Air Dingin
- Bab 21 Sekali Lagi Memanfaatkanku
- Bab 22 Menggoda
- Bab 23 Kepribadian Palsu
- Bab 24 Tengelamkan Dia
- Bab 25 Ditinggalkan
- Bab 26 Kami Berpisah
- Bab 27 Berpindah
- Bab 28 Menyamar Menjadi Tahanan
- Bab 29 Mengingkari Kepercayaan
- Bab 30 Tidak Cukup Melihatnya.
- Bab 31 Menikahiku
- Bab 32 Melepaskannya Pergi
- Bab 33 Danau Yang Dalam
- Bab 34 Dia Mencintai Lisa
- Bab 35 Pernikahan Ini Kembali Gagal
- Bab 36 Kecelakaan Mobil
- Bab 37 Tidak Bisa Bangun
- Bab 38 Mau Meninggalkannya Lagi
- Bab 39 Hilang Ingatan
- Bab 40 Kenapa Tidak Disebutkan
- Bab 41 Bukan Tipe Yang Ku Suka
- Bab 42 Mengusirnya Dari Villa
- Bab 43 Bertemu Dengan Hendra Lagi
- Bab 44 Orang Yang Menolongnya
- Bab 45 Terjadi Sesuatu
- Bab 46 Tidak Bisa Hidup Lagi
- Bab 47 Perjalanan Terakhir
- Bab 48 Dari Ingatan yang Tidak Pernah Terjadi
- Bab 49 Dia Tidak Mati
- Bab 50 Siapa Yang Kamu Hindari?
- Bab 51 Bersandiwara
- Bab 52 Mengirim Orang Untuk Mengikutinya
- Bab 53 Mencintaiku Dari Awal Lagi
- Bab 54 Aku Akan Menemanimu
- Bab 55 Hendra Menyiapkan Makanan
- Bab 56 Ingin Menyakitiku Lagi?
- Bab 57 Sebuah Adegan
- Bab 57 Malaikat Di Balik Layar
- Bab 59 Berkencan
- Bab 60 Siraman Kopi
- Bab 61 Pelukan yang Hangat
- Bab 62 Kau Harus Menungguku