Don't say goodbye - Bab 48 Kau ingin menemuinya?
Lalu,Edbert tiba tepat waktu, Nathan langsung dilarikan ke Unit Gawat Darurat, Fanny tetap bersikeras ingin tetap di rumah sakit menunggu hasil keluar, Marvin harus menyelesaikan masalah dengan Christin terlebih dahulu, ia tahu bahwa jika Nathan tidak dapat diselamatkan, Fanny dan dia akan sulit untuk bersama lagi. Ia telah menyelidiki kehidupannya di luar negeri selama empat tahun dan ia tahu betapa pentingnya Nathan baginya.
Ini bukan cinta, tetapi sudah tidak ada pilihan untuk menyerah.
Edbert yang mengerti perasaannya, kemudian menepuk pundaknya sebelum memasuki ruang operasi: "Tenang saja, serahkan padaku, kau pergi saja temani Wilson, disana ia membutuhkanmu."
Setelah penyelamatan yang cukup lama, Nathan akhirnya bisa selamat, namun ia masih belum sadarkan diri, Fanny yang seharian dirumah sakit menjaganya, terkadang ia setengah berlari pergi melihat Wilson, Marvin sama sekali tidak mengatakan apa-apa.
Dia bertanya pada Edbert: "Bagaimana situasinya?"
Edbert melihat ke arah Nathan: "Masih dalam tahap pemulihan, ia kehilangan terlalu banyak darah, masih harus dirawat dengan sangat ekstra,ia beruntung bisa lolos dari maut, pisau yang Christin pakai sangatlah tajam.
Marvin menghela napas sejenak.
Edbert menoleh, "Proses pemulihan Wilson berjalan lancar. Ini juga merupakan berkah, kesadarannya mulai kembali, hanya saja kecerdasannya masih belum pulih."
Marvin mengangguk, menatap Fanny yang sedang membantu membersihkan Nathan, di dekat telinganya terdengar bisikan: "apa kamu tidak cemburu?"
"Dia telah menyelamatkan Fanny, setelah ia sadar bisa saja Fanny pergi bersamanya,jika itu terjadi aku akan lebih kejam dari Christin."
Edbert tersenyum, ia tahu bahwa dia telah berpikir terlalu jauh : "Aku mendengar kau telah menangkap Hendy Xia? Apa ia tidak mengaku bersalah?"
“Apakah kau sadar ada perbedaan?” Marvin masih tidak memandang Ayah Fany di matanya. Dia punya cara untuk menghadapinya. Hanya saja Hendy Xia adalah ayah dari Fany. Ada beberapa hal yang Marvin sengaja membiarkan Fany menyelesaikannya sendiri.
"Marvin, kau datang?"
Marvin masuk dan menarik tangannya: "Apa kah kamu lelah?"
Fanny tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Dia tahu bahwa sebenarnya Marvin tidak suka ia terlalu dekat dengan Nathan, jadi dia bersyukur atas toleransinya akhir-akhir ini, membuat ia benar-benar merasakan sakit hati nya Marvin. Dia menghormatinya.
"Ayahmu ada di penjara, apakah kau ingin menemuinya?"
Fany berhenti sejenak, setelah mengetahui tujuan baik Marvin, ia tak tahan langsung memegangi pinggangnya : "Marvin, terima kasih, aku harus menanyakan beberapa hal kepadanya, bagaimanapn caranya, kau tak perlu mengkhawatirkan aku."
Marvin menatapnya: "Baik."
"Aku berpikir untuk membawa Crystal bertemu dengannya. Bagaimanapun, ia adalah cucunya." Fanny mencium bau disebelahnya, suara yang sangat kecil, terdengar kelelahan.
Marvin menyesuaikan posisi tubuhnya, agar ia lebih nyaman berbaring di pelukannya, menggenggam tangannya, lalu dengan suara rendah dengan lembut berbisik: "Kau kelelahan, tidurlah sebentar, ada aku disini menemanimu, ya? "
"Ketika kamu bangun kita bawa Crystal bertemu dengan Wilson, Bibi bilang beberapa hari lagi Wilson akan segera pulih."
Fanny yang sudah setengah terlelap, menjawab: "Ya, ok, Crystal pasti akan sangat senang ....... "
Di dalam penjara, Hendy terlihat sangat tenang. Namun, dalam hatinya sebenarnya ia sangat cemas. Marvin tidak akan membiarkannya keluar dengan mudah. Mereka semua menyalahkan si idiot Christin! Mengungkap masa lalunya, tapi untungnya! aku selalu berhati-hati dalam melakukan sesuatu, mereka tidak dapat membawanya tanpa bukti!
"Ayah! Tolong aku! Aku tidak mau tinggal di sini!"
Dari pintu sebelah, terdengar suara Christin yang memohon sambil memukul pintu berkali-kali.
Hendy dengan kesal berkata, "Diam kau! Aku tidak punya anak sepertimu! Kau sama saja seperti ibumu! Kau tidak bisa melakukan apa-apa!"
“Ayah!” Christin tidak bisa percaya. Meskipun sejak kecil ia dan Fanny saling mendukung satu sama lain, tapi ia tahu itu hanyalah akting, tapi bukankah dia selalu memikirkan dirinya sendiri? Sekarang malahan ia mengaku bersalah? Bagaimana mungkin!!
Novel Terkait
Perjalanan Selingkuh
LindaWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieBlooming at that time
White RoseDon't say goodbye×
- Bab 1 Anaknya sudah tiada
- Bab 2 Kamu tidak tau sifat nya?
- Bab 3 Bagaimana rasanya membunuh anak sendiri?
- Bab 4 Meninggal dengan tidak tenang
- Bab 5 Aku akan membawanya pergi!
- Bab 6 Pasti akan membalaskan dendam untukmu
- Bab 7 Barang yang ditinggalkan untuk Fanny Xia
- Bab 8 Ingin membuatnya benar-benar gila!
- Bab 9 Kamu membuatku merasa jijik!
- Bab 10 berikan aku seorang anak
- Bab 11 Operasi
- Bab 12 Aku Hamil!
- Bab 13 Dorong Dia!
- Bab 14 Wanita
- Bab 15 Transfusi Darah Secara Paksa
- Bab 16 Kehilangan Kemampuan Untuk Berjalan
- Bab 17 Kebenaran Yang Kejam
- Bab 18 Mendirikan Batu Nisan
- Bab 19 Memaksanya Kembali
- Bab 20 Matilah jika Kamu Tidak Mau Tanda Tangan
- Bab 21 Mengumumkan pertunangan
- Bab 22 Perang terakhir
- Bab 23 Dia membunuhnya!
- Bab 24 Tidak akan memberikan dia kepadamu!
- Bab 25 Sudah cukup ia lalui ini semua!
- Bab 26 Sejak awal sudah mengetahuinya!
- Bab 27 Anak itu bukanlah anakku!
- Bab 28 Mencintainya dan juga membencinya
- Bab 29 Pengkhianat
- Bab 30 Hidup Kembali
- Bab 31 Lamaran Keempat Kali
- BAB 32 Aku Ingin Ayah
- BAB 33 Pertemuan Yang Tak Disengaja
- BAB 34 Kematian Ibuku Bukanlah Kecelakaan
- BAB 35 Kembali Mencari Bukti
- Bab 36 Ditemukan di Rumah Sakit
- Bab 37 Dia Bukan Anakmu
- Bab 38 Aku Ingin Bertemu Dengannya!
- Bab 39 Tidak Akan Membiarkannya Pergi
- Bab 40 Kenapa Kamu Tidak Mati Saja!
- Bab 41 Ternyata dia telah salah paham
- Bab 42 Kebenaran kematian
- Bab 43 Fanny, Apakah kamu masih mencintainya?
- Bab 44 Ikatan Hati
- Bab 45 Anak itu tidak mati
- Bab 46 Aku ingin membunuhmu !
- Bab 47 - Kau cari mati !
- Bab 48 Kau ingin menemuinya?
- Bab 49 Bukan anak perempuannya!
- Bab 50 - Identitasnya.
- Bab 51 Ayah dan anak saling mengenal
- Bab 52 Kebahagian setelah penderitaan