Don't say goodbye - Bab 10 berikan aku seorang anak
Fanny Xia di tahan di rumah.
Luka di kepala telah membaik, tetapi luka di wajah masih di tutupi dengan kain kasa, kata dokter mungkin akan berbekas.
Selama masa ini, Fanny kembali ke kehidupan pernikahan dua tahun yang lalu, tidak lagi memiliki tanda-tanda kambuh, juga tidak keluar rumah, setiap hari berkonsentrasi pada memasak, seperti istri yang penuh kasih sayang membuat makanan untuk suaminya, Marvin juga dengan senangnya menerima masakannya.
Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka, sejak dari pagi Fanny telah sibuk di dapur, ini adalah hal yang dia lakukan selama dua tahun, juga saat yang paling bahagia dalam pernikahannya, sayangnya, durasi Marvin pulang untuk makan sedikit, menghadapi respon Fanny yang penuh pengharapan, dia selalu bersikap acuh tak acuh.
Fanny mengaduk saus yang di siapkan dengan hati-hati, tetapi tidak teringat dengan masa lalu, dulu dia orang yang selalu tertawa dan penuh cinta, tetapi kali ini mulutnya bukan lagi senyum bahagia, tetapi mencela diri sendiri.
Seseorang yang berperan, bagaimana itu termasuk hari peringatan, dulu dia terlalu bodoh, cinta membuatnya tersenyum dalam mimpi, sekarang dia terbangun dari mimpinya.
Dia membuka pembicaraan: “Marvin, hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kita.”
“Benarkah?”Marvin melipat kerahnya dan menjawab dengan santai.
Di telepon, dia tersenyum sedih, suaranya dengan sedikit membujuk: “Pulang ke rumah untuk makan yah? Aku telah mempersiapkannya seharian, semuanya adalah makanan kesukaanmu, dan aku punya sesuatu untuk mengatakannya kepadamu.”
Nadanya yang merendah membuat Marvin merasa puas, wanita memang seharusnya patuh, dia terlalu malas untuk memikirkan perubahan sikap Fanny, hanya menganggapnya sedang berkompromi, lagipula hanya dengan satu katanya, akan memutuskan hidup atau matinya.
Dengan sukacita di matanya, membalasnya dingin, “Aku sudah tahu.”
Sayur di atas meja, lampu yang romantic di siapkan Fanny, Marvin dengan santai mencicipi sayurnya. Alisnya yang berkerut, rasanya telah berbeda!
Dengan sekilas, bagaimana dia tahu?
Segera meletakkan sumpitnya dan menatap Fanny Xia yang sama sekali tidak memegang sumpit, tangannya yang ramping berlipat di atas meja.
“Bukankah kamu bilang ingin mengatakan sesuatu?”
Tangan Fanny yang erat dan semakin erat, akhirnya berbicara.
“Berikan aku seorang anak.”
Setelah mengatakannya, menatapnya lekat-lekat, matanya terfokus.
Mata Marvin berkedip dan terkejut, tidak ada jawaban, tangannya berlipat di depan dada, menatap alisnya, seolah-olah sedang melihat bajunya.
“Bukankah kamu ingin saham yang di tanganku?”
Marvin acuh tak acuh menjawab:“tidak ada anak aku juga akan mendapatkannya.”
Dalam pandangan Fanny sama dengan mengakui apa yang di katakana Christin!
Teringat akan anak yang malang, Fanny semakin membencinya dan semakin sakit!
Bagaimana Marvin bisa begitu kejam! Harimau yang tidak menginginkan anaknya!
Fanny meneteskan air mata, dengan suara tercekat: “Tetapi Marvin, aku tidak peduli dengan saham, aku hanya ingin seorang anak dari kita, sudah sepuluh tahun, kita dari kecil tumbuh besar besama, perasaanku terhadapmu apakah kamu tidak bisa merasakannya? Aku berjanj, selama anak itu lahir, aku bersedia memberikan saham itu untukmu, jika kamu tidak menyukainya, aku boleh membawa anak itu pergi, tidak akan pernah mengganggumu, aku hanya ingin sebuah kenangan, bolehkah?”
Pernah, ini adalah suara hatinya.
Dari kecil tumbuh besar bersama?Kata-kata ini tidak tahu muncul dari mana, Marvin mencibir: “Apakah aku pernah memintanya saat aku sedang sadar?”
Wajah Fanny pucat!
Fanny ingin saat Marvin sadar dari mabuknya, tubuhnya terdapat parfum wanita lain.
Kesedihan dan rasa malunya hampir membuatnya meledak, tiba-tiba pinggangnya terasa ketat, udara yang kosong, di samping telinganya terdengar suara yang hangat, mata Marvin memandang sinis terhadap Fanny: “Fanny, apakah kamu sedang merujuk kepadaku?”
Fanny melingkari leher Marvin, kepalanya menunduk rendah, tidak melihat dengan jelas, “Benar.”
Fanny terlempar ke atas ranjang, Marvin yang bertubuh kekar menimpanya:“Terserah kamu”
Cinta dan benci, adalah masalah yang paling primitive, sebenarnya siapa yang akan menghukum siapa?
Novel Terkait
Takdir Raja Perang
Brama aditioLove In Sunset
ElinaUnplanned Marriage
MargeryRahasia Istriku
MahardikaMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniMy Charming Lady Boss
AndikaMy Cute Wife
DessySang Pendosa
DoniDon't say goodbye×
- Bab 1 Anaknya sudah tiada
- Bab 2 Kamu tidak tau sifat nya?
- Bab 3 Bagaimana rasanya membunuh anak sendiri?
- Bab 4 Meninggal dengan tidak tenang
- Bab 5 Aku akan membawanya pergi!
- Bab 6 Pasti akan membalaskan dendam untukmu
- Bab 7 Barang yang ditinggalkan untuk Fanny Xia
- Bab 8 Ingin membuatnya benar-benar gila!
- Bab 9 Kamu membuatku merasa jijik!
- Bab 10 berikan aku seorang anak
- Bab 11 Operasi
- Bab 12 Aku Hamil!
- Bab 13 Dorong Dia!
- Bab 14 Wanita
- Bab 15 Transfusi Darah Secara Paksa
- Bab 16 Kehilangan Kemampuan Untuk Berjalan
- Bab 17 Kebenaran Yang Kejam
- Bab 18 Mendirikan Batu Nisan
- Bab 19 Memaksanya Kembali
- Bab 20 Matilah jika Kamu Tidak Mau Tanda Tangan
- Bab 21 Mengumumkan pertunangan
- Bab 22 Perang terakhir
- Bab 23 Dia membunuhnya!
- Bab 24 Tidak akan memberikan dia kepadamu!
- Bab 25 Sudah cukup ia lalui ini semua!
- Bab 26 Sejak awal sudah mengetahuinya!
- Bab 27 Anak itu bukanlah anakku!
- Bab 28 Mencintainya dan juga membencinya
- Bab 29 Pengkhianat
- Bab 30 Hidup Kembali
- Bab 31 Lamaran Keempat Kali
- BAB 32 Aku Ingin Ayah
- BAB 33 Pertemuan Yang Tak Disengaja
- BAB 34 Kematian Ibuku Bukanlah Kecelakaan
- BAB 35 Kembali Mencari Bukti
- Bab 36 Ditemukan di Rumah Sakit
- Bab 37 Dia Bukan Anakmu
- Bab 38 Aku Ingin Bertemu Dengannya!
- Bab 39 Tidak Akan Membiarkannya Pergi
- Bab 40 Kenapa Kamu Tidak Mati Saja!
- Bab 41 Ternyata dia telah salah paham
- Bab 42 Kebenaran kematian
- Bab 43 Fanny, Apakah kamu masih mencintainya?
- Bab 44 Ikatan Hati
- Bab 45 Anak itu tidak mati
- Bab 46 Aku ingin membunuhmu !
- Bab 47 - Kau cari mati !
- Bab 48 Kau ingin menemuinya?
- Bab 49 Bukan anak perempuannya!
- Bab 50 - Identitasnya.
- Bab 51 Ayah dan anak saling mengenal
- Bab 52 Kebahagian setelah penderitaan