Don't say goodbye - BAB 32 Aku Ingin Ayah

Fanny membuka pintu kamar Crystal dan melihat Crystal dengan kedua matanya yang besar menatap dirinya, di sampingnya ada pecahan kaca itu.

Fanny menghelakan nafas, tidak tahu apakah karena melihat putrinya baik-baik saja, atau karena ia dapat sekali lagi menghindar dari lamaran Nathan, tapi sebenarnya hatinya sungguh merasa tidak enak.

Putrinya yang baru berumur empat tahun menundukkan kepalanya, dengan sikap yang baik mengakui kesalahannya: “mami, maaf ya.”

Fanny pun tersenyum, dengan lembut ia memeluk putri kesayangannya kedalam pelukannya, tubuh nya yang harum dan lembut membuat Fanny langsung merasa tenang.

“Tidak apa-apa, asalkan Crystal baik-baik saja, lain kali harus lebih hati-hati ya?”

Crystal berulang-ulang menganggukan kepalanya, bola matanya yang besar dan terang seperti kaca menunjukan perasaannya yang senang: “Mami, Crystal rindu mami!”

Setelah mendengar perkataan itu, hati Fanny menjadi luluh dibuatnya, kepergiannya ke Milan kali ini, membuat ia dan putrinya tidak bertemu satu bulan lamanya. Setelah Crystal selesai mengungkapkan rasa rindunya, ia pun perlahan menyandarkan dirinya di dalam pelukan Fanny, ruangan yang sunyi itu terbungkus oleh suasana yang begitu hangat.

Fanny perlahan-lahan membelai rambut halus putrinya, dengan lembut berkata: “Crystal, kenapa kau ingin naik ke atas panggung?”

“Aku mau papa.”

Tangannya seketika terhenti membelai, di dalam pikirannya muncul sosok bayangan pria itu, dan membuat hatinya tiba-tiba merasa sakit hati yang begitu tajam.

Selama ini ia merasa sangat bersalah pada putrinya, saat Crystal berusia dua tahun, Fanny memberitahu Crystal bahwa Nathan Yan bukanlah ayahnya, tapi ia tidak memberitahukan siapa ayahnya yang sesungguhnya, mungkin karena ada dampak dari lingkungan di luar negeri, Crystal menjadi lebih cepat dewasa, mulai dari saat itu ia tidak pernah membahas hal ini lagi.

Fanny bukannya tidak pernah berniat untuk memberitahu Crystal, ia tahu putrinya begitu sangat mengerti, dan pasti dapat memahaminya, tetapi untuk seorang anak kecil hal itu terlalu kejam baginya.

Jadi apakah harus kuberitahu Crystal, kalau ayahnya menyuruh orang untuk membunuh ibunya? atau harus kukatakan bahwa kehadirannya tidak dinanti-nantikan, kelahirannya bukan karena cinta melainkan kebencian?

Empat tahun yang lalu Fanny mengira ia tidak memiliki kesempatan menjadi seorang ibu lagi, tetapi kehadiran Crystal membuat Fanny mendapatkan kembali semangat hidup di dalam keputus asaannya.

Demi Crystal, apapun dapat ia korbankan!

Akhirnya Fanny berkata: “Crystal, kau suka daddy?” daddy, adalah Nathan.

Crystal tanpa ragu menjawab, dengan suara lembutnya yang keras dan jelas ia berkata: “suka, Crystal paling menyukai mami dan daddy!”

Fanny memandangi wajah kecilnya yang lembut dan polos sambil berkata: "Jadi, mommy dan daddy akan menikah, biar daddy jadi papanya Crystal ya?"

Begitu perkataan itu terlontar, hatinya merasa begitu tenang, rasa ragu ia rasakan terakhir kalinya saat ia mendengar sebuah kalimat dari putrinya yang dengan gembira dan juga hati-hati bertanya kepadanya: "Apa benar boleh?" setelah itu keraguan itu pun menghilang.

Setelah dipikirkan dengan baik, Fanny menyentuh hidung Crystal, sambil tertawa ia berkata: “Tentu boleh.”

Crystal bersorak kegirangan, dan ia kembali masuk ke dalam pelukan Fanny lagi, di dalam hati anak kecil itu terpikir: di hari ulang tahunnya ia ingin memakai baju yang di rancang ibunya dan tampil di televisi, mungkin ayah yang belum pernah ia temui bisa jadi melihatnya di televisi, ia menginginkan ayah, tapi ia lebih ingin melihat mommy dan daddy bahagia!

Fanny menggendong putrinya turun ke bawah, kemudian ia melihat Nathan seperti tidak ada apapun yang terjadi, secara spontan seperti biasanya mengajak mereka berdua untuk makan.

Sifatnya yang begitu perhatian tidak pernah berubah.

Fanny melihat Nathan mengambil Crystal dari pelukannya, Crystal pun dengan begitu akrab memeluk leher Nathan: “daddy, iga babi asam manis yang Crystal suka mana? ”

Dengan penuh rasa sayang Nathan berkata: “Mana mungkin daddy lupa makanan kesukaan Crystal?”

Suasana seperti ini, bukankah itu yang Fanny dambakan dalam hidupnya, ada suara Crystal tertawa, sudah cukup untuknya.

Fanny memanggil: “Nathan”, matanya begitu yakin.

“Tunggu setelah hari ulang tahun Crystal, aku akan memberikan jawabannya kepadamu.”

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu