Don't say goodbye - Bab 36 Ditemukan di Rumah Sakit
"Ibu, Crystal sakit."
Tubuh Crystal yang lemah itu langsung terjatuh di pelukan Fanny, Fanny terkejut, dia baru menyadari muka anaknya memerah, dahinya keringatan, bibirnya memucat, dan sedikit sesak.
Fanny langsung menggendongnya, memanggil taksi dan menuju ke rumah sakit, sepanjang perjalanan, Fanny sangat cemas dan kasihan, dia membenci dirinya sendiri yang sering sibuk dan tenggelam dalam kenangan masa lalu setelah kepulangannya, dia sama sekali tidak sempat memperhatikan kesehatan anaknya.
Sewaktu dia hamil, kondisi kesehatannya sangat buruk, ditambah lagi proses kelahirannya yang sangat membahayakan itu, membuat Crystal terlahir lemah, selama beberapa tahun di luar negeri Crystal dirawat dengan sangat baik, mungkin ini terjadi karena ketidakcocokan badan Crystal dengan cuaca di dalam negeri.
"Crystal, jangan takut ya nak, sebentar lagi kamu nggak sakit lagi."
Fanny membawa Crystal ke rumah sakit dimana ibunya dulu pernah bekerja disana. Sambil menunggu dokter memeriksa, dia pun sambil menenangkan Crystal.
"Ibu, Crystal nggak mau nginap di rumah sakit!"
"Oke, nggak nginap kok, nanti juga ibu bawa kamu pulang ke rumah." Fanny menepuk ringan punggung Crystal, hatinya sakit ketika melihat jarum suntik yang ada di tangan anaknya, kenapa bukan dia saja yang menanggung sakit ini!
"Kalau nggak nginap di rumah sakit, kamu harus jagain dia dengan baik, beberapa hari ini harus lebih berhati-hati." Dokter menasehatinya.
Setelah infus habis, Fanny menggendong Crystal, membayar biaya berobat sambil mencari tahu kejadian dulu.
"Yang kamu maksud itu Dokter Chen? Lima tahun yang lalu beliau sudah keluar negeri melanjutkan studinya."
"Kalau begitu boleh tidak saya lihat data pasien waktu itu, terus boleh tidak saya lihat video rekaman kamera CCTV di kamar pasien itu?"
"Maaf ya" Suster itu tersenyum: "Semua data mengenai pasien harus ada surat bukti dari anggota keluarganya beserta cap dari kepala rumah sakit, video rekaman CCTV juga termasuk rahasia rumah sakit, kamu harus minta izin juga dari kepala rumah sakit."
Surat bukti anggota keluarga? Kartu keluarga dia sendiri juga dibuat oleh Nathan, kartu keluarganya yang di dalam negeri harusnya sudah dicabut setelah kematiannya.
Fanny menghela nafas dan merasa kecewa, ternyata tidak semudah itu, sepertinya susah untuk mendapatkan bukti-bukti dari rumah sakit, dan juga kepala rumah sakit, dia hanya bisa menunggu kepulangan Nathan, mungkin dia bisa meminjam kekuasaan keluarga Yan untuk bisa mendapat informasi lainnya.
Fanny menggendong Crystal dan berjalan keluar, pikiran yang ada di kepalanya hanyalah kematian ibunya dan kesehatan anaknya, saat itu juga dia tidak memperhatikan ada orang yang melihatnya kaget dari kejauhan berjarak tiga meter.
Edbert dipaksa orang tuanya datang ke rumah sakit, tapi sekarang ekspresi wajahnya seperti baru saja melihat setan.
Dia, apa yang telah dilihatnya? Fanny?!
Bukannya dia sudah mati? Apa matanya bermasalah?
Setelah beberapa waktu, dia menutup mulutnya yang terbuka lebar tadi, dan berjalan lurus ke arah suster yang tadi ditanyain Fanny.
"Tuan muda?!"
Edbert tidak berbasa-basi lagi, "Wanita yang menggendong anak itu tadi ngomong apa?"
"Dia bawa anaknya berobat, tapi dia juga menanyakan saya tentang data seorang pasien enam tahun lalu yang bernama Rissa Bai, dia juga mau melihat rekaman video kamera CCTV kamar pasien."
Rissa Bai? Itu bukannya ibu Fanny?
Edbert mengerutkan alisnya, sekarang dia sudah bisa memastikan kalau itu adalah Fanny, ternyata dia belum mati! Tidak ada kabar sama sekali selama empat tahun ini, sekarang dia tiba -tiba ingin mencari tahu tentang kejadian enam tahun lalu, ini pasti ada sesuatu.
Tanpa pikir panjang dia pun langsung mengeluarkan handphonenya dan menelepon Marvin Luo.
Teleponnya ditutup berkali-kali tapi dia tidak berhenti untuk meneleponnya lagi, dia hanya penasaran, kalau Marvin tahu bahwa Fanny masih hidup, apa reaksinya ya?
Telepon itu akhirnya tersambung, belum sempat Marvin menyahut, Edbert langsung saja melontarkan kata-kata ini.
"Aku lihat Fanny di rumah sakit, dia belum mati."
Novel Terkait
Waiting For Love
SnowHusband Deeply Love
NaomiGue Jadi Kaya
Faya SaitamaCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaThe Great Guy
Vivi HuangWonderful Son-in-Law
EdrickPengantin Baruku
FebiDon't say goodbye×
- Bab 1 Anaknya sudah tiada
- Bab 2 Kamu tidak tau sifat nya?
- Bab 3 Bagaimana rasanya membunuh anak sendiri?
- Bab 4 Meninggal dengan tidak tenang
- Bab 5 Aku akan membawanya pergi!
- Bab 6 Pasti akan membalaskan dendam untukmu
- Bab 7 Barang yang ditinggalkan untuk Fanny Xia
- Bab 8 Ingin membuatnya benar-benar gila!
- Bab 9 Kamu membuatku merasa jijik!
- Bab 10 berikan aku seorang anak
- Bab 11 Operasi
- Bab 12 Aku Hamil!
- Bab 13 Dorong Dia!
- Bab 14 Wanita
- Bab 15 Transfusi Darah Secara Paksa
- Bab 16 Kehilangan Kemampuan Untuk Berjalan
- Bab 17 Kebenaran Yang Kejam
- Bab 18 Mendirikan Batu Nisan
- Bab 19 Memaksanya Kembali
- Bab 20 Matilah jika Kamu Tidak Mau Tanda Tangan
- Bab 21 Mengumumkan pertunangan
- Bab 22 Perang terakhir
- Bab 23 Dia membunuhnya!
- Bab 24 Tidak akan memberikan dia kepadamu!
- Bab 25 Sudah cukup ia lalui ini semua!
- Bab 26 Sejak awal sudah mengetahuinya!
- Bab 27 Anak itu bukanlah anakku!
- Bab 28 Mencintainya dan juga membencinya
- Bab 29 Pengkhianat
- Bab 30 Hidup Kembali
- Bab 31 Lamaran Keempat Kali
- BAB 32 Aku Ingin Ayah
- BAB 33 Pertemuan Yang Tak Disengaja
- BAB 34 Kematian Ibuku Bukanlah Kecelakaan
- BAB 35 Kembali Mencari Bukti
- Bab 36 Ditemukan di Rumah Sakit
- Bab 37 Dia Bukan Anakmu
- Bab 38 Aku Ingin Bertemu Dengannya!
- Bab 39 Tidak Akan Membiarkannya Pergi
- Bab 40 Kenapa Kamu Tidak Mati Saja!
- Bab 41 Ternyata dia telah salah paham
- Bab 42 Kebenaran kematian
- Bab 43 Fanny, Apakah kamu masih mencintainya?
- Bab 44 Ikatan Hati
- Bab 45 Anak itu tidak mati
- Bab 46 Aku ingin membunuhmu !
- Bab 47 - Kau cari mati !
- Bab 48 Kau ingin menemuinya?
- Bab 49 Bukan anak perempuannya!
- Bab 50 - Identitasnya.
- Bab 51 Ayah dan anak saling mengenal
- Bab 52 Kebahagian setelah penderitaan