Don't say goodbye - Bab 31 Lamaran Keempat Kali
Fanny Xia merasa begitu lelah setelah semalaman terbang kembali menuju Paris, gejala penyakit yang masih ada di tubuhnya membuat Fanny memegang dadanya sambil bernafas terengah-engah kelelahan di depan pintu rumah, tapi asalkan dia teringat akan segera bertemu dengan Crystal, semua rasa lelah itu hilang begitu saja, dia mengatur nafasnya, menaruh senyuman di bibirnya, kemudian membuka pintu besar itu.
Aroma bunga tercium begitu harum di hidung, warna merah menghiasi pandangan mata, kelopak bunga yang tebal melapisi lantai, ruangan itu dipenuhi aroma harum dan bunga-bunga, hanya ada satu jalan kecil yang tersisa, di ujung jalan kecil itu Nathan Yan memegang seikat bunga mawar, seperti cahaya bulan putih keperakan, berkilau dan lembut, di belakang tubuhnya ada meja yang ia hias dengan sebegitu telitinya, cahaya lilin, memberikan kesan romantis dan hangat.
Senyuman di bibir Fanny Xia terhenti sesaat, lalu kemudian senyuman itu kembali terangkat lagi, ia pun berjalan menghampiri Nathan Yan, sambil terbersit sedikit rasa curiga di dalam hatinya.
Fanny membuka tangannya dengan lembut memeluk Nathan: “Nathan, aku sudah kembali”
Nathan dengan sangat lembut menatap Fanny, lalu kemudian ia memberikan bunga yang ada di genggamannya kepada Fanny: “Iya, selamat datang kembali ke rumah, ini sebagai hadiah untuk merayakan kedatanganmu”
Mereka berdua, dengan sendirinya menjadi lebih mengenal satu sama lain, chemistry diantara keduanya perlahan mengalir.
Dengan tersenyum Fanny Xia menerima bunga itu, tidak lama kemudian laki-laki yang ada di hadapannya berlutut di lantai, kemudian satu tangan nya menyodorkan sebuah cincin yang begitu berkilau. Fanny xia tiba-tiba terdiam, dengan kedua matanya Nathan menatap Fanny dengan serius dan penuh emosional, begitu lembutnya seperti benang sutra, sampai-sampai Fanny terdiam di tempatnya.
Perlahan Nathan mulai membuka mulutnya, dengan sangat serius sepatah demi sepatah ia berbicara: “Empat tahun lalu, di ruang kamar rumah sakit, kau berkata kepadaku kau adalah seseorang yang akan tiada, kau tidak ingin menyusahkanku, kau hanya minta kepadaku setelah melahirkan, kalau sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan, maka aku akan menggantikanmu untuk menjaga anakmu dengan baik, aku bilang kepadamu aku akan menunggu”
“Tiga tahun yang lalu, di ruangan isolasi yang sangat gelap, kau memegang tanganku dengan sepatah demi sepatah kau bilang padaku aku tidak boleh menikahi seorang istri yang memiliki gangguan mental, aku bilang kepadamu aku akan menunggu”
“Dua tahun lalu, di ruang lukis, kau bilang kepadaku hatimu sudah mati, kedua kakimu cacat dan kau tak layak untukku, hatimu hanya ingin mengasuh anak saja, kau tak bisa membalas perasaanku, kau minta aku untuk mencari kebahagiaan yang sesungguhnya, aku bilang kepadamu bahwa kebahagiaanku yang sesungguhnya adalah engkau, aku akan menunggu ”
“Sekarang, Crystal sudah mulai tumbuh dewasa, kau juga sudah sepenuhnya meninggalkannya, memulai kembali kehidupanmu. Fanny, berikan aku satu kesempatan, agar aku dapat mendampingimu, bersama-sama menjaga Crystal, maukah kau genggam tanganku untuk selamanya?”
Perkataan Nathan membuat Fanny begitu terhentak, dalam sekejap Nathan membuat Fanny teringat apa yang telah Nathan lakukan untuknya selama empat tahun ini. Empat tahun lalu pistol itu tidak menembak ke jantung Fanny, mungkin ibunya dari surga yang melindunginya, tetapi akhirnya itu melukai pembuluh darah jantungnya, di dalam ruang operasi Fanny sudah bersiap akan konsekuensi hidup atau mati, Nathanlah yang memberitahu Fanny sambil menggenggam tangan nya kalau Fanny sedang mengandung, hal ini membuat Fanny bertahan dan berhasil melewati operasi yang dapat merenggut nyawanya, akhirnya ia pun dapat bertahan hidup.
Sepuluh bulan lamanya ia mengandung, hampir selama itu ia lewati waktunya di rumah sakit, Fanny mengalami cedera yang hebat setelah operasi, dokter mengatakan anak yang ada di dalam kandungannya bisa jadi dapat menghabiskan seluruh tenaganya, pada akhirnya mungkin mautlah yang menunggunya, Nathan juga dengan penuh perhatian menjaga dirinya, ia terlibat menyaksikan pertumbuhan Crystal setiap saat mulai dari kandungan hingga ia dilahirkan, saat kondisi kritis melahirkan Fanny memohon kepada Nathan untuk menjaga anaknya, baru pertama kali Fanny melihat air mata menetes dari mata Nathan, Nathan memintanya agar jangan menyerah, dan pada akhirnya Fanny dapat bertahan hidup.
Tetapi masa lalu mengikat dirinya, syarafnya yang lemah berulang kali menyiksa dirinya, sampai akhirnya syarafnya mengalami kerusakan, dan Fanny mulai mengalami gangguan pada mentalnya, di dalam ruangan isolasi yang sangat gelap, Nathan jugalah yang memeluk dengan erat dirinya saat penyakitnya mulai kambuh agar ia tidak melukai dirinya sendiri, tapi malahan Nathan yang menjadi terluka dan lelah karenanya, suara Nathan saat menenangkan dirinya menjadi pertolongan untuk Fanny.
Setelah kondisi Fanny mulai pulih, Nathanlah yang menemani dirinya yang sedikit demi sedikit mulai bangkit dari kondisi lamanya, tidak peduli siang atau malam Nathan terus menolongnya memberikan pijatan di kedua kakinya hingga kondisinya pulih, Nathan jugalah yang mendukung dirinya untuk mulai membuat desain yang disukainya kembali hingga ia memperoleh hasil seperti saat ini.
Menghadapi kondisi yang begitu emosional seperti ini, membuat Fanny tak bisa berkata-kata, dalam beberapa tahun ini tanpa kehadiran Nathan, Fanny seharusnya sudah tiada, Fanny sungguh berterima kasih di dalam hatinya atas pengorbanan Nathan untuknya selama ini, di saat yang bersamaan ia juga dipenuhi rasa bersalah, karena Fanny tahu apa yang diinginkan Nathan, tak mampu ia berikan, Fanny telah menolaknya sebanyak tiga kali, tapi kali ini Fanny tidak dapat lagi melontarkan kata-kata penolakan untuknya.
Pikiran Fanny berputar ribuan kali, ia membuka mulutnya, ia perlahan berbicara tapi ia bingung mau bagaimana menyampaikannya.
Tiba-tiba, terdengar suara sesuatu yang jatuh pecah dari atas, ekspresi Fanny seketika berubah, belum sempat membalas, ia langsung berteriak “Crystal” kemudian bergegas naik ke atas.
Novel Terkait
My Perfect Lady
AliciaAir Mata Cinta
Bella CiaoMy Cold Wedding
MevitaUnperfect Wedding
Agnes YuSee You Next Time
Cherry BlossomAfter Met You
AmardaLove In Sunset
ElinaDon't say goodbye×
- Bab 1 Anaknya sudah tiada
- Bab 2 Kamu tidak tau sifat nya?
- Bab 3 Bagaimana rasanya membunuh anak sendiri?
- Bab 4 Meninggal dengan tidak tenang
- Bab 5 Aku akan membawanya pergi!
- Bab 6 Pasti akan membalaskan dendam untukmu
- Bab 7 Barang yang ditinggalkan untuk Fanny Xia
- Bab 8 Ingin membuatnya benar-benar gila!
- Bab 9 Kamu membuatku merasa jijik!
- Bab 10 berikan aku seorang anak
- Bab 11 Operasi
- Bab 12 Aku Hamil!
- Bab 13 Dorong Dia!
- Bab 14 Wanita
- Bab 15 Transfusi Darah Secara Paksa
- Bab 16 Kehilangan Kemampuan Untuk Berjalan
- Bab 17 Kebenaran Yang Kejam
- Bab 18 Mendirikan Batu Nisan
- Bab 19 Memaksanya Kembali
- Bab 20 Matilah jika Kamu Tidak Mau Tanda Tangan
- Bab 21 Mengumumkan pertunangan
- Bab 22 Perang terakhir
- Bab 23 Dia membunuhnya!
- Bab 24 Tidak akan memberikan dia kepadamu!
- Bab 25 Sudah cukup ia lalui ini semua!
- Bab 26 Sejak awal sudah mengetahuinya!
- Bab 27 Anak itu bukanlah anakku!
- Bab 28 Mencintainya dan juga membencinya
- Bab 29 Pengkhianat
- Bab 30 Hidup Kembali
- Bab 31 Lamaran Keempat Kali
- BAB 32 Aku Ingin Ayah
- BAB 33 Pertemuan Yang Tak Disengaja
- BAB 34 Kematian Ibuku Bukanlah Kecelakaan
- BAB 35 Kembali Mencari Bukti
- Bab 36 Ditemukan di Rumah Sakit
- Bab 37 Dia Bukan Anakmu
- Bab 38 Aku Ingin Bertemu Dengannya!
- Bab 39 Tidak Akan Membiarkannya Pergi
- Bab 40 Kenapa Kamu Tidak Mati Saja!
- Bab 41 Ternyata dia telah salah paham
- Bab 42 Kebenaran kematian
- Bab 43 Fanny, Apakah kamu masih mencintainya?
- Bab 44 Ikatan Hati
- Bab 45 Anak itu tidak mati
- Bab 46 Aku ingin membunuhmu !
- Bab 47 - Kau cari mati !
- Bab 48 Kau ingin menemuinya?
- Bab 49 Bukan anak perempuannya!
- Bab 50 - Identitasnya.
- Bab 51 Ayah dan anak saling mengenal
- Bab 52 Kebahagian setelah penderitaan