Don't say goodbye - Bab 18 Mendirikan Batu Nisan
Sudah tiga hari, Fanny Xia tidak mengatakan sepatah kata pun. Ketika dia bangun, dia hanya duduk di kursi roda dan diam seperti patung. Matanya terpaku ke satu arah, tetapi tatapannya kosong
Ariel Lin yang diundang oleh Nathan Yan untuk melakukan memberinya konseling sama sekali tidak membantu.
"Nona Xia, biarkan aku menemanimu bicara, oke?"
Fanny Xia tidak menanggapinya.
Ariel Lin melihat dirinya seperti ditutupi oleh sebuah lapisan abu, matanya kehilangan cahaya, dan hatinya kosong.
Sementara itu situasi di luar sudah tidak terkendali lagi! Perusahaan besar Luo dan Perusahaan besar Bai saling bersaing, dan semua segmen perusahaan tersebut ikut terseret ke dalamnya, sangat kacau. Opini publik terhadap Fanny Xia menjadi semakin buruk, sudah sampai titik di mana mereka menyumpahinya.
Nathan Yan mendorong pintu dan bertanya dengan tatapan matanya, Ariel Lin menggelengkan kepalanya.
Fanny Xia telah benar-benar menutup diri, terus seperti ini.
"Fanny, cuaca hari ini sangat baik, bagaimana kalau aku mengajakmu jalan-jalan?"
Nathan Yan merapikan rambutnya dan berkata: "Kemana kamu ingin pergi?"
Dia sebenarnya tidak berharap Fanny akan meresponsnya, tidak disangka Fanny Xia membuka mulut dan berkata: "Taman, Pemakaman." Kata-katanya terdengar seperti mesin tua yang macet, tidak jelas.
Nathan Yan sangat terkejut Fanny meresponnya, tetapi setelah mendengar dua kata ini, hatinya terasa tegang.
Sampai di taman pemakaman, Nathan Yan memberi isyarat kepada beberapa pengawal dan mobil untuk tetap tinggal di luar, dan mendorong Fanny Xia masuk ke dalam.
Dia tahu bahwa Fanny ingin mengunjungi pemakaman ibunya, tetapi dia lebih khawatir bahwa Fanny akan melakukan hal bodoh.
Sepanjang jalan, tanpa sepatah kata pun, mereka menuju batu nisan ibu Fanny Xia. Fanny Xia mengulurkan tangan untuk menyentuh foto ibunya yang ada di batu nisan.
"Nathan, bantu aku mendirikan sebuah batu nisan."
"Fanny!"
"Aku ingin membuat sebuah batu nisan untuk anakku sehingga dia bisa menjadi pendamping untuk ibuku."
Setelah Nathan Yan mendengar kata-kata itu, tatapan matanya yang cemas kembali dia sembunyikan.
"Baik."
Membeli sebuah batu nisan dalam waktu singkat bukanlah hal yang sulit bagi Nathan Yan, tetapi Fanny Xia bersikeras untuk memahat huruf di atas batu nisan sendiri.
Saat Fanny Xia mulai memahat batu itu, air matanya setetes demi setetes jatuh ke bekas pahatannya di batu nisan.
Tangannya sudah lecet dan merah, tetapi dia tetap lanjut mengukir, tanpa berbicara, dan gerakannya sepertinya sedang mengatakan seribu kata:
"Nak, maaf, semua salah ibu karena tidak melindungimu baik-baik."
"Nak, maaf, ibu tidak berguna, tidak bisa membantumu membalas dendam."
"Nak, maaf, ibu salah. Aku seharusnya tidak jatuh cinta pada ayahmu. Seharusnya tidak mengandungmu. Tidak seharusnya membiarkanmu datang ke dunia ini, tetapi malah membuatmu tidak memiliki kesempatan untuk melihat dunia ini."
"Nak, maaf, ibu bahkan tidak sempat melihat rupa dirimu seperti apa."
"Nak, maaf, Ibu sangat merindukanmu!"
Maaf maaf.
Semakin banyak air di lubang pahatan kata, seolah -olah kesedihannya akan ikut terbawa bersama air mata ini.
Dia menangis!
Nathan Yan berdiri di belakangnya dengan tenang dan menemaninya bersedih.
Di sini tempat:
Makam Kesayanganku, Wilson Luo,
Ayah: Marvin Luo
Ibu: Fanny Xia
Dia selalu membayangkan, dia akan menemani anaknya bertumbuh besar dari tahun ke tahun.
Putranya memiliki ayah dan ibu, tidak akan menjadi hantu liar, selama ada batu nisan ini, akan selalu mengingatkan Marvin Luo selamanya, kalau dia memiliki seorang putra! Tidak peduli berapa banyak anak yang dia miliki di masa depan, tidak mungkin untuk melupakan keberadaan putranya yang ini!
"Nathan, berikan aku waktu sendiri sebentar."
Fanny Xia tahu bahwa Nathan Yan adalah satu-satunya orang di dunia ini yang peduli padanya, jadi dia berkata: "Aku tidak akan melakukan hal-hal bodoh."
Langkah kaki di belakangnya berangsur-angsur menjauh.
Setengah terdengar, di taman pemakaman yang besar itu, suara putus dan nyambung Fanny Xia terdengar.
"Bu, aku datang untuk mengunjungimu, ini adalah Wilson, anakku."
"Bu, aku seperti kamu, aku tidak bisa berjalan lagi."
"Bu, apakah kamu tahu, Ayah dan adik ingin aku mati? Mereka adalah orang terdekatku. Aku tidak tahu mengapa ibu, aku tidak tahu mengapa kamu harus menyerahkan semua bagian saham kepadaku? Dan juga Marvin, aku sangat mencintainya, tetapi aku sangat lelah. Aku tidak tahu apa yang asli dan apa yang palsu, aku tidak tahu bagaimana terus hidup, aku merindukanmu. "
Suara itu semakin kecil dan semakin kecil.
Kepala Fanny Xia bersandar di batu nisan, seperti kembali ke pelukan ibunya, dia sepertinya merasakan tangan lembut ibunya membelai kepalanya dengan nyaman.
Pada saat ini, Fanny Xia membuat sebuah keputusan di dalam hatinya.
Novel Terkait
Awesome Husband
EdisonMy Charming Wife
Diana AndrikaVillain's Giving Up
Axe AshciellyPejuang Hati
Marry SuAir Mata Cinta
Bella CiaoMenantu Hebat
Alwi GoDon't say goodbye×
- Bab 1 Anaknya sudah tiada
- Bab 2 Kamu tidak tau sifat nya?
- Bab 3 Bagaimana rasanya membunuh anak sendiri?
- Bab 4 Meninggal dengan tidak tenang
- Bab 5 Aku akan membawanya pergi!
- Bab 6 Pasti akan membalaskan dendam untukmu
- Bab 7 Barang yang ditinggalkan untuk Fanny Xia
- Bab 8 Ingin membuatnya benar-benar gila!
- Bab 9 Kamu membuatku merasa jijik!
- Bab 10 berikan aku seorang anak
- Bab 11 Operasi
- Bab 12 Aku Hamil!
- Bab 13 Dorong Dia!
- Bab 14 Wanita
- Bab 15 Transfusi Darah Secara Paksa
- Bab 16 Kehilangan Kemampuan Untuk Berjalan
- Bab 17 Kebenaran Yang Kejam
- Bab 18 Mendirikan Batu Nisan
- Bab 19 Memaksanya Kembali
- Bab 20 Matilah jika Kamu Tidak Mau Tanda Tangan
- Bab 21 Mengumumkan pertunangan
- Bab 22 Perang terakhir
- Bab 23 Dia membunuhnya!
- Bab 24 Tidak akan memberikan dia kepadamu!
- Bab 25 Sudah cukup ia lalui ini semua!
- Bab 26 Sejak awal sudah mengetahuinya!
- Bab 27 Anak itu bukanlah anakku!
- Bab 28 Mencintainya dan juga membencinya
- Bab 29 Pengkhianat
- Bab 30 Hidup Kembali
- Bab 31 Lamaran Keempat Kali
- BAB 32 Aku Ingin Ayah
- BAB 33 Pertemuan Yang Tak Disengaja
- BAB 34 Kematian Ibuku Bukanlah Kecelakaan
- BAB 35 Kembali Mencari Bukti
- Bab 36 Ditemukan di Rumah Sakit
- Bab 37 Dia Bukan Anakmu
- Bab 38 Aku Ingin Bertemu Dengannya!
- Bab 39 Tidak Akan Membiarkannya Pergi
- Bab 40 Kenapa Kamu Tidak Mati Saja!
- Bab 41 Ternyata dia telah salah paham
- Bab 42 Kebenaran kematian
- Bab 43 Fanny, Apakah kamu masih mencintainya?
- Bab 44 Ikatan Hati
- Bab 45 Anak itu tidak mati
- Bab 46 Aku ingin membunuhmu !
- Bab 47 - Kau cari mati !
- Bab 48 Kau ingin menemuinya?
- Bab 49 Bukan anak perempuannya!
- Bab 50 - Identitasnya.
- Bab 51 Ayah dan anak saling mengenal
- Bab 52 Kebahagian setelah penderitaan