Dewa Perang Greget - Bab 13 Adik Ngambek
Dikarenakan dua hari ini Wenny Gao tidak datang mencari masalah, pekerjaan Liam Lin pun dapat diselesaikan dengan lancar. Walaupun Liam Lin sesekali berpapasan dengan Lily Wang, tapi dia sama sekali tidak tahu bahwa di perusahaan ini Lily Wang adalah seorang General Manager.
Waktu itu, senyuman Lily Wang kepada Liam Lin membuat dia bingung tak mengerti dan tersipu malu. Melihat respon dari Liam Lin, Lily Wang pun jadi merasa ingin tertawa lucu. Asisten di sebelah Lily Wang pun merasa aneh, ini pertama kalinya Lily Wang pagi-pagi datang dengan begitu bahagianya.
"Oh, rupanya karna satpam biasa ini. sepertinya dia lumayan juga. Ke depannya aku harus sering dekati satpam ini, siapa tahu nanti aku bisa ikut naik jabatan." pikir asisten Lily Wang.
Tetapi Liam Lin yang tak mengerti apa-apa ini, yang paling ditakutinya adalah Wenny Gao. Wenny Gao tahu Liam Lin datang bekerja di perusahaan ini pasti dengan tujuan memancing emosi dia. "Dia pasti hanya ingin pamer karena sedang dekat dengan atasan. Sengaja pamer di hadapanku." pikir Wenny Gao. Terpikirkan akan hal itu, Wenny Gao pun menjadi kesal. Dia tidak langsung naik, dia lalu berdiri di hadapan Liam Lin. "Kenapa seorang satpam harus terus-menerus berada di depan pintu menghalangi jalan? Kamu tidak tahu kalau aku itu mau masuk? Kamu tahu tidak, keberadaan kamu di sini sungguh amat menghalangi jalan?" Kata Wenny Gao ketus.
Liam Lin tahu Wenny Gao sedang mencari masalah, tetapi dia mengalah dan membiarkan Wenny Gao masuk. "Aku sudah menyingkir, silakan masuk." jawab Liam Lin.
Melihat sikap Liam Lin yang dingin seperti itu membuat Wenny Gao semakin kesal dan marah. "Dia kira dia siapa? Di depanku berani bersikap dingin seperti itu. Dia kira dia siapanya Lily Wang?" pikirnya kesal. "Lagipula wanita seperti Lily Wang, pria seperti apa sih yang tidak bisa didapatkan. Malah mendekati seorang satpam seperti dia. Dasar! Bisa saja kan Lily Wang sedang perlu dengan dia? Atau malah sengaja dimanfaatkan jadi hiburan belaka pun kan kita tidak tau. Eh... Liam Lin malah baper, melihatnya aja sudah membuatku kesal!" Pikir Wenny Gao yang tidak terima dengan sikap dingin Liam Lin.
"Satpam sepertimu itu tidak usah banyak urusan deh. Biar kuberitahu ya, lain kali di depanku sopan sedikit, jangan sampai membuatku kesal." kata Wenny Gao.
Selesai berkata seperti itu kepada Liam Lin, Wenny Gao pun naik ke atas. Liam Lin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Untung waktu itu Liam Lin putus dengannya, kalau tidak, mungkin saat ini mereka akan lebih susah lagi untuk berbaikan. Bagi Liam Lin wanita seperti Wenny Gao sangat jauh berbeda dengan wanita yang diimpikannya. Ada perpisahan jugalah baik, karna biasanya yang berpisah adalah orang yang belum tepat.
Sepulang kerja Liam Lin langsung pulang ke rumah, karena setelah itu dia masih perlu menjemput Agatha pulang sekolah. Tetapi sesampainya di rumah, dia malah melihat Agatha sudah di rumah diantar oleh Sophia Miao. Sophia Miao karena khawatir dengan Agatha, melihat Liam Lin belum juga datang, makanya dia langsung mengantarkan Agatha pulang. Tidak tahu mengapa, sikap Sophia Miao yang seperti ini membuat Liam Lin merasakan sangat hangat. Dia merasa wanita sepertinya memiliki hati yang sangat mulia.
Sebelum pulang, mereka berdua bertukaran wechat. Nanti apabila terjadi apa-apa dengan Agatha bisa langsung berkabar. Tapi entah mengapa, Agatha tampaknya kurang senang terhadap guru yang penuh perhatian seperti Sophia Miao. Mereka berdua asyik berbincang-bincang di depan pintu, sementara itu Agatha terus berada di kamar dan tidak keluar. Walau tidak diberitahu mengapa, tetapi Liam Lin tetap dapat melihat bahwa Agatha sedang tidak senang. Liam Lin mengira Agatha masih ngambek karena hal yang terjadi dua hari yang lalu, sampai saat ini belum mau berbicara kepadanya.
Setelah Sophia Miao pulang, Liam Lin hendak ke kamar Agatha untuk memberitahunya bahwa sikapnya kepada guru Sophia Miao itu tidak sopan. Namun apa yang dilihatnya ketika dia masuk ke kamar Agatha? Agatha sedang menangis. Liam Lin dengan kaget berpikir bahwa ada orang yang membully adiknya. "Kamu kenapa menangis? Ada masalah apa? Apakah ada yang membullymu?" tanya Liam Lin bingung. Agatha tidak menjawab dan terus menangis. "Ada masalah apa sih? Coba bilang ke aku, kalau kamu tak bilang, aku mana bisa bantu?" tanya Liam Lin sekali lagi.
Sekali lagi Agatha tidak menjawab. Kali ini dia mendorong Liam Lin sampai keluar lalu mengunci pintu kamarnya. Liam Lin merasa semakin aneh. Dia pun langsung memberi pesan kepada Sophia Miao melalui wechat dan menanyakan akan hal yang terjadi hari ini pada Agatha di sekolah. Tetapi Sophia Miao mengatakan bahwa tidak terjadi apa-apa dengan Agatha di sekolah. Mendengarnya, Liam Lin pun menjadi tenang. Dia menguping sebentar di depan pintu kamar Agatha lalu pergi. Dia pikir nanti setelah menangis juga bakal baik sendiri. Setelah membaik, dia berharap Agatha dapat memberitahu sebenarnya karena apa dia menangis. Apakah karena kejadian dua hari yang lalu atau apa.
Agatha di kamar masih menangis, lalu tersadar bahwa di depan pintu kamarnya tidak ada lagi suara Liam Lin. Dia pun menjadi kesal. "Sudah tahu aku sedang menangis, kenapa tak masuk lalu membujuk aku? Sepertinya kakakku sudah tak peduli lagi denganku." pikir Agatha
Novel Terkait
Asisten Bos Cantik
Boris DreyBeautiful Love
Stefen LeeMy Superhero
JessiTakdir Raja Perang
Brama aditioHabis Cerai Nikah Lagi
GibranDewa Perang Greget×
- Bab 1 Sandiwara
- Bab 2 Akhirnya Pulang ke Rumah
- Bab 3 Mencari Agatha
- Bab 4 Tiga Tahun Lalu
- Bab 5 Demi Sang Adik
- Bab 6 Kembali Bertemu
- Bab 7 Mencari Identitas
- Bab 8 Kecurigaan Wenny Gao
- Bab 9 Agatha Diculik
- Bab 10 Masalah di Tempat Karaoke
- Bab 11 Nafsu
- Bab 12 Tidak Perlu dibahas Lagi
- Bab 13 Adik Ngambek
- Bab 14 Adik yang Baik
- Bab 15 Helaan Napas yang Panjang
- Bab 16 Hujan yang Tidak Terencanakan
- Bab 17 Anak Asuh yang Akan Jadi Istri
- Bab 18 Pesta Malam
- Bab 19 Salah Sangka
- Bab 20 Mengerti Besar dan Kecil
- Bab 21 Bertahan
- Bab 22 Menari
- Bab 23 Alasan Lily Wang Bisa Menyukai Pria Ini
- Bab 24 Mengalihkan Perhatian ke Mukanya
- Bab 25 Membawa Wanita Lain Dua Hari yang Lalu
- Bab 26 Aku Sudah Memberimu Cukup Uang
- Bab 27 Yang Berlalu Biarlah Berlalu
- Bab 28 Utang
- Bab 29 Berani Berjudi Tidak Bisa Membayar
- Bab 30 Membayar dengan Tubuh
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70 Tamat