Dewa Perang Greget - Bab 50
Setelah mencapai persetujuan, mereka pun melepaskan Liam dan Adam pergi.
Setelah keluar dari sana, Adalm Lin terus menunduk dan tidak bersuara.
Liam merasa ada yang aneh, dia merasa ayahnya seperti ini bukan karena merasa bersalah, namun karena dia mengkhianati dirinya.
"Kamu katakan dengan jujur apa lagi yang kamu lakukan, kamu tidak mungkin jadi seperti ini hanya karena berhutang."
Adam berpaling, berpura-pura tidak mendengar kata-kata Liam.
Liam menghela nafas, kalau ayahnya tidak ingin berbicara, dia pasti tidak bisa mendapatkan jawaban apapun.
Ya sudahlah, untuk apa bertanya terus, lagipula ayahnya tidak mau memberitahunya, dia bertanya juga sia-sia, lebih baik cari tahu sendiri.
Ketika pulang ke rumah, dia melihat Agatha duduk menangis di tepi kasur, sepertinya suasana hatinya masih bergejolak.
Melihat dua orang masuk, Agatha langsung berlari dan memeluk erat Liam.
"Kak, kamu membuatku takut, kamu kenapa pergi begitu lama, tidak memberi kabar sama sekali, aku pikir kamu kenapa-kenapa."
Melihat putrinya lebih dulu mengkhawatirkan Liam dan tidak berbicara dan menyentuhnya, Adam berpaling dan menghela nafas, kemudian lebih dulu masuk ke rumah.
Agatha sama sekali tidak mengkhawatirkan ayahnya, ayah mau bagaimana terserah, asalkan tidak menyusahkan dia dan kakaknya.
"Agatha, kamu pergi tanya keadaan ayah, bagaimanapun dia menemui masalah seperti itu, kamu kenapa tidak bertanya kabarnya sama sekali, kamu kenapa tidak mengkhawatirkan dia?"
Liam melihat gerakan dan kekecewaan Adam, oleh karena itu, dia pun menasehati Agatha untuk pergi bertanya keadaan ayahnya.
"Tidak mau, dulu ketika dia menjualku ke Kak Leo, kenapa tidak memikirkan keamananku? Dia kenapa tidak memikirkan aku bisa kenapa-kenapa tidak?"
Agatha menjawab dengan sangat langsung, jelas terlihat, dia sama sekali tidak menyukai ayahnya yang sekarang.
Dia merasa ayahnya sudah mati, dia sudah tidak punya ayah.
Mana ada ayah kandung yang menjual putrinya sendiri demi hutang judinya? Ayah seperti ini mana pantas disebut sebagai ayah?
Liam juga tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena mendengar kata-kata Agatha, dia juga tidak ada hak untuk menggantikan Agatha memaafkan ayahnya.
Malam hari, Liam semakin merasa ada yang aneh dengan kejadian hari ini, dia tidak menanyakan nama orang itu.
Kalaupun dia bertanya dan mengetahui namanya, pasti bukan nama yang ingin dia dengar.
Dia ingin mencari tahu mengenai orang ini, dia juga mencari tahu jenis organisasi ini.
Tapi dia tidak ada cara, karena dia baru saja pulang, tidak ada kenalan.
Setelah berpikir sekian lama, dia merasa satu-satunya orang yang bisa membantunya melakukan hal ini hanya Lily Wang.
Dilihat dari sikap semua orang terhadap Lily Wang sebelumnya, Liam bisa melihat, Lily mempunyai posisi dan kemampuan yang tidak rendah.
Dia tidak pernah mencari tahu tentang Lily, tapi dia merasa identitas Lily pasti tidak sederhana.
Jadi meminta tolong Lily mencari tahu tentang organisasi ini, mungkin lebih cepat daripada dia sendiri yang mencari tahu.
Berpikir begitu, Liam pun langsung menelepon Lily.
Tapi setelah mendengar dua suara deringan, Liam langsung menutup telepon, karena dia melihat waktu di layar ponselnya menunjukkan sekarang sudah jam 12 tengah malam.
Dia teringat besok Lily masih mau berangkat kerja, mungkin sekarang sudah tidur.
Tapi tidak disangka beberapa saat kemudian, telepon dari Lily datang.
"Halo, ada apa? Kamu kenapa telepon baru berdering 2 kali sudah kamu tutup, salah telepon?"
Melihat Lily langsung meneleponnya, dalam hati Liam merasa sedikit aneh.
Dia merasa perasaan Lily terhadapnya sepertinya lebih besar dari yang dia bayangkan.
"Tidak apa-apa, tadinya ingin mencarimu menanyakan sesuatu, tapi berpikir kamu mungkin sudah tidur, jadi kututup."
Mendengar Liam perhatian dengan jam tidurnya, Lily pun tertawa.
"Jarang-jarang kamu begitu perhatian dengan seseorang, coba katakan masalah apa?"
Liam tidak tahu apakah bagus dia memberitahu Lily, tapi dia kemudian berpikir lagipula sudah mencarinya, ya sudahlah, beritahu dia semuanya.
"Hari ini ayahku lagi-lagi berhutang judi, ketika aku kesana membayar hutang, mereka ingin merekrutku."
"Jadi kamu sudah setuju, sebelumnya kamu bukannya bilang kamu tidak akan menyetujui permintaan Kak Leo? Terlebih lagi anggota Kak Leo bukannya sudah berjanji padaku tidak akan membiarkan ayahmu pergi ke tempat judi mereka lagi?"
Mendengar kata-kata Lily, Liam pun menghela nafas panjang.
"Bukan tempat judi Kak Leo, juga bukan anggota dia, tapi perkumpulan lain, aku menyetujui mereka bukan karena uang, tapi karena alasan lain."
Dalam hati Lily berpikir apa alasan lain itu, selain masalah uang, masih ada alasan apa?
"Inilah yang ingin aku minta tolong padamu, menyelidiki hal ini, hari ini aku bertemu dengan seseorang, awalnya aku berpikir dengan kemampuanku berkelahi, tidak akan ada yang bisa mengalahkanku, tapi dengan orang itu, aku bahkan tidak bisa bertahan lebih dari 3 pukulan, aku merasa identitas orang ini seharusnya tidak sederhana, aku ingin meminta tolong padamu menyelidiki dia."
Lily mengerutkan kening, di kota ini, dari orang-orang yang pernah dia temui, kemampuan berkelahi Liam mungkin sudah yang paling bagus, kalau begitu seberapa hebat orang yang dikatakan Liam itu?
Novel Terkait
Aku bukan menantu sampah
Stiw boyMenunggumu Kembali
NovanHanya Kamu Hidupku
RenataCinta Yang Terlarang
MinnieUntouchable Love
Devil BuddyCinta Yang Berpaling
NajokurataDewa Perang Greget×
- Bab 1 Sandiwara
- Bab 2 Akhirnya Pulang ke Rumah
- Bab 3 Mencari Agatha
- Bab 4 Tiga Tahun Lalu
- Bab 5 Demi Sang Adik
- Bab 6 Kembali Bertemu
- Bab 7 Mencari Identitas
- Bab 8 Kecurigaan Wenny Gao
- Bab 9 Agatha Diculik
- Bab 10 Masalah di Tempat Karaoke
- Bab 11 Nafsu
- Bab 12 Tidak Perlu dibahas Lagi
- Bab 13 Adik Ngambek
- Bab 14 Adik yang Baik
- Bab 15 Helaan Napas yang Panjang
- Bab 16 Hujan yang Tidak Terencanakan
- Bab 17 Anak Asuh yang Akan Jadi Istri
- Bab 18 Pesta Malam
- Bab 19 Salah Sangka
- Bab 20 Mengerti Besar dan Kecil
- Bab 21 Bertahan
- Bab 22 Menari
- Bab 23 Alasan Lily Wang Bisa Menyukai Pria Ini
- Bab 24 Mengalihkan Perhatian ke Mukanya
- Bab 25 Membawa Wanita Lain Dua Hari yang Lalu
- Bab 26 Aku Sudah Memberimu Cukup Uang
- Bab 27 Yang Berlalu Biarlah Berlalu
- Bab 28 Utang
- Bab 29 Berani Berjudi Tidak Bisa Membayar
- Bab 30 Membayar dengan Tubuh
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70 Tamat