Dewa Perang Greget - Bab 55

Ketika bersama Kak Yanto, Liam juga lega, dan ketika menagih biaya perlindungan, juga tidak terjadi hal yang tidak mengenakan.

Dan Liam menyadari bahwa biaya perlindungan yang mereka tagih itu bukan lah mengambil sia-sia saja, itu ada maksud tersendirinya.

Karena disini ada banyak sekali preman-preman, sungguh benar-benar sulit untuk berbisnis.

Dan ada beberapa orang yang kondisi keluarganya tidak begitu bagus, Kak Yanto mengembalikan sebagian uang kepada mereka.

Dia melihat Kak Yanto begitu baik, Liam sangatlah merasa puas.

meksipun memang tidaklah seharusnya mengambil uang perlindungan, namu karena dibandingkan dengan organisasi ilegal lainnya, mereka termasuk sangatlah baik.

Sedangkan hal yang mereka lakukan juga tidaklah sangat mempersulit mereka, jadi beberapa hari ini dia juga bisa menerimanya.

Kak Yanto dan Liam tidak lama kemudian kembali, setelah kembali, Willy dan lainnnya masih belum kembali.

Oleh karena itu, Liam dan duduk disamping untuk istirahat bersama beberapa bawahan, sedangkan Kak Yanto duduk disana dan mengeluarkan senjata apinya.

Liam sama sekali tidak kaget dengan mereka punya senjata api.

Namun yang lebih membuat Liam kaget adalah cara dan rasa Kak Yanto mengambil senjata.

Liam menatapi tampang kak Yanto ketika memegang senjata mriip seperti seorang professional.

Ketika dia membersihkan senajtanya, sinar tatapannya itu adalah tatapan yang hanya akan dimiliki orang yang sangatlah mencintai senjata api.

Orang yang akan begitu mencintai senjta api pasti bukanlah orang yang seperti mereka, karena mereka hanya menjadikan senjata sebagai salah satu alat untuk membantu mereka membunuh saja.

Namun berbeda dengan orang yang pernah berada didalam organisasi, mereka punya rasa suka terhadap senjata.

Jadi Liam semakin merasa Kak Yanto ini sangatlah tidak biasa, dia bahkan merasa Kak Yanto berasal dari organisasi.

"Kakak, kamu begitu hebat, mengapa kamu berada disini?"

Liam akhirnya tidak tahan dan bertanya, dia harus mencari tahu identitas Kak Yanto.

Kak Yanto bahkan tidak mengangkat kepalany dan langsung menjawab, "Aku seharusnya ada dimana jika tidak ada disini, apakah kamu merasa disni tidaklah cocok bagiku atau kenapa, apakah kamu sedikit menyesal?"

Liam mengerti perkataannya membuat Kak Yanto sedikit salah paham, dia lalu bergegas menjelaskan, "Tidak ada maksud seperti begitu, aku hanya merasa bahwa orang dengan identitas seperti kamu tidak seharusnya seperti orang yang berada disini, melainkan aku merasa kamu lebih mungkin berada di......"

Liam ragu-ragu sejenak namun tidak mengatakannya, dia menunggu reaksi apa dari Kak Yanto.

Namun Kak Yanto seolah sama sekali tidak banyak berpikir terhadap perkataannya, dia hanya menghempaskan nafasnya saja, "Aku beritahu kamu, kamu jika sudah setuju untuk menetap maka jangan menimbulkan amsalah ini itu."

Setelah mendengar nada bicara Kak Yanto sedikit mengancam, Liam lalu tidak mengatakan apapun lagi.

Willy tidak lama kemudian kembali, setelah kembali dia sengaja melirik Liam lagi.

namun dia tidak mengatakan apapun, dia membalikkan kepalanya dan seolah mendiskusikan sesuatu dengan Kak Yanto.

Liam merasa sudah tidaklah pagi, sudah saatnya baginya untuk pergi, jika tidak Agatha sendirian dirumah juga membuatnya merasa tidak tenang.

Dia lalu mengabari Kak Yanto dan mengatakan dirinya mau pulang.

Namun ketika dia membalikkan kepala, dia tiba-tiba teringat sesuatu, lalu berbalik badan lagi menyapa Willy.

Willy awalnya merasa Liam tidak menganggapnya karena tidak menyapanya.

Namun ketika Liam kembali berbalik badan dan menyapa dengannya, dia baru merasa sedikit puas.

Dia lalu sedikit tidak begitu memikirkan masalah tadi siang.

Mungkin juga karena Liam baru saja melakukan hal seperti begini, makanya dia sedikit tidak bersedia, ini masih normal.

Kedepannya banyaklah bawa dia pergi, dia pasti tidak akan seperti begini lagi.

Setelah Liam pergi, Kak Yanto menatapi sosok belakangnya sambil memikirkan sesuatu.

"Kak Yanto, apa yang kamu pikirkan? Aku merasa kamu sangatlah tertarik dengan anak ini."

Melihat Kak Yanto yang terus menatapi sosok belakang Liam, Willy lalu bertanya seperti begitu.

Kak Yanto menarik kembali tatapannya, dia mengerutkan keningnya.

"Anak muda ini adalah orang yang berbakat, ini harus berdasar kepada bagaimana cara kita memanfaatkannya."

Willy menghempaskan nafasnya dalam hati, bukankah hanya sedikit lebih besar saja, memangnya sebagus apa?

Namun Kak Yanto malah bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh Willy.

Kak Yanto jelas tahu bahwa Lian adalah orang yang datang dari organisasi, jadi dia punya banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang-orang lain.

Sedangkan sesuai dengan pengertian diri dan apa yang diketahui Liam, dia juga jauh lebih bagus daripada orang lain.

Jadi orang-orang ini tidak bisa dibandingkan dengannya, ini juga adalah alasan mengapa Kak Yanto mempertahankan Liam.

Asalkan dia memanfaatkannya dengan abik, maka kemungkinan besar akan menjadi pembantu yang sangat berguna baginya.

Tentu saja Willy tidak mengerti akan ini, dia hanya merasa Kak Yanto mulai memihak.

Oleh karena itu dia hanya bisa menggunakan segala cara untuk tidak membuatnya lebih untuk daripada dirinya.

Jika tidak kedepannya dia mungkin tidak bisa mengontrol anak muda ini lagi.

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu