Dewa Perang Greget - Bab 54
Liam sangatlah yakin bahwa dirinya tidak akan melakukan hal seperti itu.
Sekalipun dirinya sudah tanda tangan kontrak dengan mereka, sekalipun setuju, itu juga adalah urusan mereka.
namun jika mau membiarkan dirinya melakukan hal seperti itu, dia tidak akan setuju.
Seketika keadaan menjadi tegang, Willy merasa dirinya sangatlah memalukan.
Dia tidak tahu mengapa Kak Yanto mengapa mau mempertahankan orang ini, namun dia sama sekali tidak suka dengan Liam.
Mungkin tadi awal-awal masih sedikit punya image bagus terhadap Liam, namun sekarang ketika melihat tampang Liam begini, dia sama sekali tidak punya image bagus lagi.
Orang seperti ini bisa juga jika tidak dia pertahankan, jka dipertahankan dan tidak mau mendengar perintah, itu juga tidak ada gunanya.
Liam menghempaskan nafasnya, dia juga tidak ingin seperti begini, namun dirinya memang tidak bisa melakukan hal seperti itu.
Disaat mereka berdua tegang, sebuah mobil menyetir kearah mereka.
Dari atas mobil turun seseorang yang bagaikan penyelamat bagi mereka berdua.
kak Yanto turun dari mobil dan menatapi mereka berdua tengah saling bertatapan, dan tidak tahu karena apa.
Dia lalu mendekat dan mempertanyakan kondisi.
Willy memberitahunya bahwa dirinya menyuruh Liam menagih biaya perlindungan, dia tidak mau pergi.
kak Yanto seusai mendengarkannya, dia mengerutkan keningnya, bukankah sudah tanda tangan kontrak?
"Ada apa ini? Bukankah kamu sudah tanda tangan kontrak, mengapa tidak mau pergi lagi?"
Nada bicara Kak Yanto masih tergolong baik, tampaknya dia tidaklah marah.
Mendengar nada bicara Kak Yanto masih terhitung sopan kepadanya, Liam memutuskan untuk memberitahunya.
"Bukan karena hal lain, tapi karena daerah sana adalah alamat rumahku, aku tidak ingin merusak hubungan dengan tetangga."
Awalnya karena tidak ingin menyinggung tetangga, hal ini masih bisa dimengerti.
Kak Yanto menganggukkan kepalanya, anak ini masih terhitung mementingkan persahabatan.
"Sudahlah, hari ini juga tidak hanya menagih biaya perlindungan kedaerah sini saja, pisah saja, aku bawa Liam kesana, kalian ketempatnya sana saja."
Yanto langsung menyelesaikan masalah mereka berdua, dia langsung setuju dengan permohonan Liam.
Ini membuat Willy merasa tidak puas, bagaimanapun juga dirinya adalah pengelola disini, mengapa Kak Yanto sama sekali tidak membantunya bicara.
ini secara tidak langsung membuat Liam menyinggung Willy.
Meskipun Liam pergi bersama Kak Yanto, namun diperjalanan dia tetaplah merasa tidak enakan.
Mengapa Kak Yanto akan membantunya bicara?
Bukankah katanya pengelola disini adalah Willy? Mengapa Willy akan mendengar perkataan Kak Yanto?
Mengapa cara bicara dia terhadap Willy sama sekali bukan sedang berdiskusi, melainkan langsung memberitahunya saja.
Liam langsung merasa bahwa Kak Yanto tidaklah biasa.
Jadi dia semakin ingin mencari tahu mengenai Kak Yanto.
Dan disisi lain, Willy sudah marah sekali, dirinya tidak pernah begitu tidak berkedudukan seperti begini.
Dulu sekalipun dia sembarangan menghabisi seorang bawahan, Kak Yanto juga tidak akan angkat suara.
Hanya ketika berhubungan dengan masalah besar, barulah dirinya akan pergi berdiskusi dengan Kak Yanto.
Sedangkan Kak Yanto, biasanya dia sangatlah menuruti saran dari dirinya, dan tidak pernah begitu tegas seperti hari ini.
Hari ini mengapa anehnya mendukung Liam, ada apa ini?
Meskipun Liam baru datang, namun dari sifat Kak Yanto bisa dirasakan berbeda.
Namun dirinya mungkin akan mengalamai sedikit bahaya.
"Eh, Kak Willy, Kak Yanto sungguh tidak menghormatimu."
Kata salah satu bawahan, ini adalah seorang bawahan yang hubungannya lebih baik dengan bawahannya.
Jadi dia juga langsung mengatakan seadanya.
Willy mengertakkan giginya, dia tentu saja mengerti apa yang dikatakan oleh bawahannya.
Sekarang saja sudah bisa menjadi begini.
"Jangan sembarangan bicara, Kak Yanto hanya ingin membawanya saja, ini adalah orang yang diterima oleh Kak Yanto, membiarkannya membawanya juga tidak ada salahnya."
Willy berpikir, sekarang tidak seharusnya demi seorang anak baru dan memperburuk hubungan dengan Kak Yanto, jadi dia langsung mengatakan seperti begitu dengan bawahannya.
Maksudnya juga agar mereka tidak menyebarkan gsup dan sampai saat itu akan merusak hubungannya dengna Kak Yanto.
Masih belum pasti orang baru ini akan bertahan seberapa lama, namun dirinya dan Kak Yanto pasti akan terus bertahan.
Jika sampai saat itu membuat mereka berdua berhubungan canggung, lalu bagaimana dengan kerjasama mereka selanjutnya?
Bawahannya langsung mengiyakan, dia menganggukkan kepalanya, dia sangatlah mengerti dengan maksud Willy.
Jika Kak Willy tidak membiarkan kami bicara, maka mereka juga tidak seharusnya terus berkata, dengan kata lain, Willy saat ini sama sekali tidak mau bertengkar dengan Kak Yanto.
Melihat bawahannya begitu mengerti keadaan, Willy memutarkan kepalanya dan berpikir asalkan masalah ini tidak menjadi besar saja sudah cukup.
Namun jika masalah ini membuatnya merasa tidak enak lagi, dirinya pasti akan menyuruh Liam pergi.
Baik siapapun yang membiarkannya bertahan, dirinya pasti tidak akan menghormatinya.
Dirinya sudah berada begitu lama, dia tidak pernah takut dengan siapapun.
Dirinya adalah orang yang seperti begini, jadi tidak perlu mereka yang memberitahu dirinya bagaimana cara yang seharusnya dilakukan, tidak perlu itu.
Novel Terkait
Harmless Lie
BaigeKing Of Red Sea
Hideo TakashiJalan Kembali Hidupku
Devan HardiAdieu
Shi QiIstri Yang Sombong
JessicaMenaklukkan Suami CEO
Red MapleHusband Deeply Love
NaomiDewa Perang Greget×
- Bab 1 Sandiwara
- Bab 2 Akhirnya Pulang ke Rumah
- Bab 3 Mencari Agatha
- Bab 4 Tiga Tahun Lalu
- Bab 5 Demi Sang Adik
- Bab 6 Kembali Bertemu
- Bab 7 Mencari Identitas
- Bab 8 Kecurigaan Wenny Gao
- Bab 9 Agatha Diculik
- Bab 10 Masalah di Tempat Karaoke
- Bab 11 Nafsu
- Bab 12 Tidak Perlu dibahas Lagi
- Bab 13 Adik Ngambek
- Bab 14 Adik yang Baik
- Bab 15 Helaan Napas yang Panjang
- Bab 16 Hujan yang Tidak Terencanakan
- Bab 17 Anak Asuh yang Akan Jadi Istri
- Bab 18 Pesta Malam
- Bab 19 Salah Sangka
- Bab 20 Mengerti Besar dan Kecil
- Bab 21 Bertahan
- Bab 22 Menari
- Bab 23 Alasan Lily Wang Bisa Menyukai Pria Ini
- Bab 24 Mengalihkan Perhatian ke Mukanya
- Bab 25 Membawa Wanita Lain Dua Hari yang Lalu
- Bab 26 Aku Sudah Memberimu Cukup Uang
- Bab 27 Yang Berlalu Biarlah Berlalu
- Bab 28 Utang
- Bab 29 Berani Berjudi Tidak Bisa Membayar
- Bab 30 Membayar dengan Tubuh
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70 Tamat