Dewa Perang Greget - Bab 12 Tidak Perlu dibahas Lagi
Liam Lin bangun pagi-pagi keesokan harinya. Bagaimanapun, ia masih harus bekerja.
Tetapi dia tidak tahu apakah Agatha sudah sadar atau tidak. Dia merasa Agatha masih belum sadar sepenuhnya.
Ketika Liam Lin ingin bertanya kepada Agatha apakah dia ingin izin tidak masuk dengan Sophia Miao atau tidak, Agatha berjalan keluar dari kamarnya.
Sepertinya dia sudah sadar.
Liam Lin sedang menggosok gigi. Dia tidak berbicara banyak dengan Agatha dan hanya memberi isyarat padanya untuk segera bersiap-siap.
Setelah menggosok giginya, Liam Lin duduk di atas meja dan membereskan barang-barang. Agatha juga sudah selesai mencuci muka dan menggosok giginya.
Dia melihat kamar Adam Lin, dan sepertinya ayahnya tidak ada di sana, jadi dia berkata kepada Liam Lin.
“Kak, maaf. Kemarin malam memang salahku sudah membuatmu khawatir. Aku tidak akan pergi ke tempat seperti itu lagi.” kata Agatha.
Liam Lin marah karena dia pergi ke tempat seperti itu. Awalnya dia bermaksud untuk memberinya pelajaran hari ini, tetapi tidak disangka, dia sudah mengakui kesalahannya.
“Apa yang kamu lakukan di tempat seperti itu di tengah malam? Kamu masih mengikuti sekelompok anak laki-laki”, kata Liam Lin.
Liam Lin merasa perutnya penuh dengan amarah begitu dia mulai berbicara. Dia benar-benar takut dirinya tidak bisa menahan emosi dan menampar Agatha.
Jika kemarin malam dia tidak pergi ke sana, maka dia tidak berani menjamin seperti apa nasib Agatha sekarang.
Jika benar-benar terjadi sesuatu pada Agatha, apakah dia akan memaafkan dirinya sendiri? Itu tidak akan mungkin.
Selain itu, jika kemarin malam memang terjadi sesuatu pada Agatha, maka hidupnya mungkin sudah hancur.
“Awalnya tidak ada anak laki-laki, hanya ada dua siswa laki-laki, kemudian banyak perempuan yang pergi, jadi aku juga ikut”, kata Agatha.
Agatha tahu bahwa Liam Lin sangat marah, oleh karena itu dia menjelaskan dengan suara kecil.
Liam Lin menahan amarahnya dan bertanya kepadanya.
“Bukankah kamu bilang semuanya perempuan? Apakah hanya ada dua siswa laki-laki? Kenapa bisa begitu banyak laki-laki?”, tanya Liam Lin bertubi-tubi.
“Kak, jangan marah, aku akan menjelaskannya kepadamu. Setelah kami datang, dua siswa laki-laki itu menyuruh kami untuk minum bir, tetapi kami ingin tidak minum, lalu dia memanggil sekelompok orang”, kata Agatha.
Ketika Liam Lin mendengar ini, dia sudah tidak bisa menahan amarahnya. Dia benar-benar ingin pergi mencari sekelompok bocah itu dan memukuli mereka sekarang juga.
Tidak hanya memaksa gadis-gadis untuk minum bir, mereka juga ingin melakukan hal-hal kotor pada gadis-gadis itu dengan paksa.
Dan melihat situasi kemarin malam, sepertinya ada kemungkinan mereka menggunakan obat bius.
Mereka benar-benar tidak tahu tentang lelaki bajingan. Jika dia tidak pergi, nasib Agatha dan gadis-gadis lainnya pasti akan tragis.
“Kenapa gadis-gadis seperti kalian begitu bodoh dan dengan mudahnya mempercayai orang lain? Jika kemarin malam terjadi sesuatu pada kalian, bagaimana dengan masa depan kalian?”, kata Liam Lin.
Saat membicarakan hal ini, Agatha tampaknya mengingat sesuatu dan bertanya dengan lemah kepada Liam Lin.
“Kak, kemarin malam kamu membawaku pulang, lalu bagaimana dengan siswa perempuan lainnya? Mereka pergi kemana?”, tanya Agatha.
Terlihat dengan jelas bahwa Agatha masih peduli dengan mereka. Bagaimanapun, beberapa gadis itu tidak bersalah.
“Mereka baik-baik saja. Guru Miao membawa mereka pulang kemarin malam, hari ini dia akan langsung membawa mereka ke sekolah”, kata Liam Lin.
Mendengar mereka baik-baik saja, Agatha tampak lega. Dia mungkin takut Liam Lin membenci gadis-gadis itu, oleh karena itu, dia mulai menjelaskan lagi.
“Sebenarnya tidak ada yang bersedia, mereka juga terpaksa, mereka juga disuruh minum bir”, kata Agatha.
Liam Lin menghela napas tanpa daya.
“Kamu tidak perlu menjelaskan ini kepadaku. Aku tahu beberapa dari mereka sudah mabuk ketika aku pergi kemarin malam, aku tidak membenci mereka, aku hanya merasa kalian terlalu bodoh dan lugu”, kata Liam Lin.
Liam Lin melihat arlojinya. Tidak banyak waktu lagi, jika mereka terus berbicara, maka mereka berdua akan terlambat untuk masuk sekolah dan bekerja.
“Setelah masalah ini selesai, aku akan memberimu pelajaran perlahan-lahan. Ingat, kamu tidak boleh pergi lagi, aku akan mengantarmu ke sekolah lain hari”, kata Liam Lin.
Agatha tidak ingin Liam Lin mengantarnya ke sekolah karena takut dia akan terlambat masuk kerja, tetapi setelah melihat ekspresi Liam Lin, dia menelan kembali kata-katanya dengan diam.
Liam Lin sangat khawatir dengan keselamatannya sekarang, jika dia menolak untuk diantar, maka Liam Lin akan semakin marah.
Oleh karena itu, dia bergegas untuk berkemas dan pergi bersama dengan Liam Li.
Ketika sampai di pintu gerbang sekolah, mereka bertemu dengan Sophia Miao yang membawa beberapa siswa perempuan lainnya.
Beberapa gadis itu saling bertatapan dan menundukkan kepala dengan diam. Bagaimanapun, mereka tahu apa yang terjadi kemarin malam dan sudah membuat Liam Lin dan Sophia Miao kesulitan.
Liam Lin dan Sophia Miao juga saling bertatapan sebentar, lalu mereka pun menghela napas.
“Kamu membawa mereka ke sekolah kan? Kalau begitu aku pergi kerja dulu. Masalah kemarin malam sudah selesai dan tidak perlu dibahas lagi”, kata Liam Lin.
Dia tahu Sophia Miao ingin mengatakan sesuatu, oleh karena itu, dia berbicara duluan.
Sebenarnya Sophia Miao mempunyai pemikiran yang sama dengan Liam Lin. Dia juga bermaksud melindungi keselamatan dan privasi beberapa gadis ini kemarin malam. Itu semua sudah berlalu, dia juga tidak ingin membahasnya lagi.
Karena dia juga sudah melihat bahwa beberapa gadis ini benar-benar menyesalinya. Selain itu, jika bersikeras dengan masalah ini terus-menerus, mereka mungkin akan memiliki dampak psikologis pada pertumbuhan masa depan mereka.
Jika Liam Lin juga memikirkan hal yang sama, hatinya merasa cukup lega. Tanpa diduga, keduanya mempunyai pemikiran yang sama, jadi dia pun menganggukkan kepalanya.
Setelah melihat Sophia Miao dan beberapa gadis itu memasuki sekolah, Liam Lin berbalik dan pergi ke perusahaan.
Novel Terkait
My Charming Wife
Diana AndrikaMeet By Chance
Lena TanBlooming at that time
White RoseThick Wallet
TessaMenantu Hebat
Alwi GoLoving The Pain
AmardaPenyucian Pernikahan
Glen ValoraDewa Perang Greget×
- Bab 1 Sandiwara
- Bab 2 Akhirnya Pulang ke Rumah
- Bab 3 Mencari Agatha
- Bab 4 Tiga Tahun Lalu
- Bab 5 Demi Sang Adik
- Bab 6 Kembali Bertemu
- Bab 7 Mencari Identitas
- Bab 8 Kecurigaan Wenny Gao
- Bab 9 Agatha Diculik
- Bab 10 Masalah di Tempat Karaoke
- Bab 11 Nafsu
- Bab 12 Tidak Perlu dibahas Lagi
- Bab 13 Adik Ngambek
- Bab 14 Adik yang Baik
- Bab 15 Helaan Napas yang Panjang
- Bab 16 Hujan yang Tidak Terencanakan
- Bab 17 Anak Asuh yang Akan Jadi Istri
- Bab 18 Pesta Malam
- Bab 19 Salah Sangka
- Bab 20 Mengerti Besar dan Kecil
- Bab 21 Bertahan
- Bab 22 Menari
- Bab 23 Alasan Lily Wang Bisa Menyukai Pria Ini
- Bab 24 Mengalihkan Perhatian ke Mukanya
- Bab 25 Membawa Wanita Lain Dua Hari yang Lalu
- Bab 26 Aku Sudah Memberimu Cukup Uang
- Bab 27 Yang Berlalu Biarlah Berlalu
- Bab 28 Utang
- Bab 29 Berani Berjudi Tidak Bisa Membayar
- Bab 30 Membayar dengan Tubuh
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70 Tamat