Dewa Perang Greget - Bab 46
Mereka melihat isi seluruh rumah hampir kosong.
Ternyata alat-alat elektronik yang dibeli Liam sudah tidak ada.
Seluruh rumah sangat berantakan, seperti tempat pembuangan sampah, barang-barang dibuang asal ke lantai, juga ada keping-keping pecahan di lantai.
Melihat keadaan ini, pikiran pertama orang biasa pasti rumah mereka dirampok, tapi pikiran pertama Liam adalah ayahnya lagi-lagi berjudi.
Meskipun dia sudah memperingati ayahnya berkali-kali jangan berjudi, apalagi sampai mempengaruhi keluarga karena berhutang.
Tapi ayahnya sama sekali tidak mendengar kata-kata Liam, juga menganggap kata-kata Liam sebagai angin lewat.
Hutang judi sebelumnya dibantu bayar oleh Liam, tidak disangka kali ini lagi-lagi berhutang begitu banyak.
Liam teringat uang sebelumnya juga dia pinjam dari Lily Wang, kali ini kalau ayahnya lagi-lagi berhutang begitu banyak, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana.
Tapi di saat ini, dia pun menyadari sesuatu yang lebih penting, ayahnya dimana?
Teringat sebelumnya ayahnya hampir dibawa pergi untuk dipenggal jari-jari tangannya, kali ini Liam benar-benar takut.
Apakah dia lagi-lagi dibawa pergi? Apakah sekarang sudah dilukai?
"Kamu beres-beres dulu disini, aku pergi cari ayah."
Liam memesan Agatha, kemudian pergi sendiri.
Sekarang yang paling penting untuk Liam adalah lebih dulu mencari ayahnya, bukan membereskan rumah, karena masalah rumah tidak penting.
Lagipula mereka sudah menghancurkan rumah sampai seperti itu, sudah bisa tahu akan sekasar apa kelakuan mereka terhadap ayahnya.
Liam dengan sangat panik berlari keluar, kemudian sambil berjalan sambil bertanya pada orang-orang di jalan, apakah mereka melihat ayahnya.
Dia juga tidak berani pergi ke tempat Kak Leo secara asal, karena kak Leo belum tentu ada disana.
Mungkin akhirnya akan seperti sebelumnya, ketika dia mencari Agatha.
Bagaimanapun, sebelum dia yakin ayahnya ada di tempat Kak Leo, dia sudah pasti tidak boleh kesana meminta ayahnya.
Oleh karena itu, dia pun menghubungi ponsel ayahnya, tapi tidak disangka yang menjawab bukanlah ayahnya.
"Eh, kamu siapa? Aku lihat Adam Lin memberi nama 'anakku', kamu anaknya, kan?"
Orang yang berbicara terdengar sangat kasar dan galak.
"Benar, aku adalah anaknya, dia sekarang ada dimana?"
Liam langsung ke inti pembicaraan, dia sekarang hanya ingin tahu ayahnya ada dimana.
"Aku beritahu kamu, ayahmu hari ini berjudi di tempat kita dan berhutang sangat banyak, kamu cepat datang dan bayar hutang."
Meskipun orang itu sudah berbicara panjang lebar, tapi Liam tetap bertanya hal yang sama.
"Kalau begitu kamu beritahu aku dulu, ayahku dimana?"
Orang itu sepertinya sedikit kaget dengan nada suara Liam ini, jadi dia pun berkata.
"Ayahmu sekarang dikurung disini, kamu sekarang cepat ambil uang dan datang untuk menebus dia, kalau tidak kamu akan membunuhnya?"
Begitu mendengar ayahnya memang ada di sana seperti perkiraannya, Liam pun merasa sedikit lega.
Karena dengar dari kata-kata orang ini, sepertinya bukan orang-orang kelompok Kak Leo.
Karena orang Kak Leo tahu semua tentang Adam Lin.
Tidak akan menanyakan pertanyaan yang terdengar bodoh seperti ini.
"Baik, kamu berikan alamatmu, aku langsung membawa uang kesana, dia berhutang berapa banyak?"
Orang itu mungkin tidak menyangka Liam segampang ini setuju, mereka takut ditipu, jadi dia berkata lagi.
"Kalau begitu aku beritahu kamu dulu, kamu tidak boleh melapor polisi, kalau kamu melapor polisi aku akan langsung membunuhnya, kemudian melarikan diri."
Liam tidak bodoh, situasi seperti ini dia mana mungkin bisa melapor polisi, dia saja tidak tahu mereka ada dimana.
Lagipula kalau dia melapor polisi dan menyuruh polisi kesana, masih lebih baik dia pergi kesana sendiri, setidaknya dia merasa dia lebih bisa berkelahi daripada mereka.
"Aku tidak lapor polisi, juga tidak akan lapor polisi, kalian berikan lokasi dulu, aku langsung membawa uang kesana, boleh?"
Orang itu dalam hati berpikir lagipula Liam hanya seorang diri, kalaupun datang, dia juga seharusnya tidak bisa melakukan hal-hal aneh.
Lagipula diluar mereka ada menaruh mata-mata, kalau polisi datang, mereka bisa lebih dulu melarikan diri.
Jadi tidak ada yang harus mereka takuti, dia pun langsung memberitahu Liam alamat mereka.
"Pabrik bekas paling ujung Jln. Utara kecil, kita di lantai 2."
Liam tahu daerah sana, Jln. Utara kecil sangat berantakan dan berbahaya, kontrol peraturan disana sangat parah, yang tinggal disana kebanyakan adalah mafia-mafia dan orang-orang pengangguran.
Dan pabrik bekas di ujung pun jadi tempat terjadinya banyak perkara, hampir setiap tahun terjadi banyak kasus disana.
Mendengar mereka mengatakan tempat itu, Liam merasa apa yang mereka katakan benar adanya, karena dia juga sangat mengenal tempat ini, situasi mereka juga cocok dengan tempat ini.
Oleh karena itu, Liam segera berkata.
"Aku sudah berkata aku akan kesana, aku tidak berkata aku tidak kesana, aku kesana, tapi kalian jangan menyentuh ayahku, mengerti?"
Meskipun orang itu tidak tahu mengapa, mengapa Liam berani berbicara sekasar itu pada mereka, tapi mereka tetap saja menyetujui permintaan Liam.
Novel Terkait
Akibat Pernikahan Dini
CintiaYama's Wife
ClarkAfter The End
Selena BeeCinta Tak Biasa
SusantiCinta Seorang CEO Arogan
MedellineHis Second Chance
Derick HoSang Pendosa
DoniCantik Terlihat Jelek
SherinDewa Perang Greget×
- Bab 1 Sandiwara
- Bab 2 Akhirnya Pulang ke Rumah
- Bab 3 Mencari Agatha
- Bab 4 Tiga Tahun Lalu
- Bab 5 Demi Sang Adik
- Bab 6 Kembali Bertemu
- Bab 7 Mencari Identitas
- Bab 8 Kecurigaan Wenny Gao
- Bab 9 Agatha Diculik
- Bab 10 Masalah di Tempat Karaoke
- Bab 11 Nafsu
- Bab 12 Tidak Perlu dibahas Lagi
- Bab 13 Adik Ngambek
- Bab 14 Adik yang Baik
- Bab 15 Helaan Napas yang Panjang
- Bab 16 Hujan yang Tidak Terencanakan
- Bab 17 Anak Asuh yang Akan Jadi Istri
- Bab 18 Pesta Malam
- Bab 19 Salah Sangka
- Bab 20 Mengerti Besar dan Kecil
- Bab 21 Bertahan
- Bab 22 Menari
- Bab 23 Alasan Lily Wang Bisa Menyukai Pria Ini
- Bab 24 Mengalihkan Perhatian ke Mukanya
- Bab 25 Membawa Wanita Lain Dua Hari yang Lalu
- Bab 26 Aku Sudah Memberimu Cukup Uang
- Bab 27 Yang Berlalu Biarlah Berlalu
- Bab 28 Utang
- Bab 29 Berani Berjudi Tidak Bisa Membayar
- Bab 30 Membayar dengan Tubuh
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70 Tamat