Dewa Perang Greget - Bab 14 Adik yang Baik
Karena tidak mengerti karena apa sesungguhnya Agatha menangis, Liam Lin pun tak lagi mengganggunya lalu berangkat bekerja.
Kebetulan hari itu akhir pekan, Agatha pun tak bersekolah dan seharian berada di rumah. Sepulang kerja, Liam Lin melihat Agatha seharian tidak keluar rumah pun bingung. Kenapa dia tak keluar bermain bersama kawannya? Apakah hatinya belum membaik? Liam Lim lalu pergi ke kamar Agatha melihat kondisinya.
Sesampai di kamar, terlihat Agatha yang sedang berbaring di atas ranjang tak berkata sepatah kata pun. Kelihatan jelas dari wajahnya bahwa dia masih tidak senang. Liam Lin sadar, kalau sampai saat ini juga dia tidak membujuk Agatha, suasana hati Agatha pun pasti tidak akan membaik.
Lalu dia pun mendekati Agatha sambil menepuk bahunya. "Kamu kecil-kecil begini jago juga ngambek yah? Ada apa sih sebenarnya?" tanya Liam Lin berusaha menenangkan. Agatha tahu kalau kali ini dia tidak menyampaikan isi hatinya kepada orang yang tidak peka seperti kakaknya ini, selamanya dia tidak akan dimengerti. "Kamu ngapain masih mencari ku? Sana, cari guru Sophia Miao. Bukannya kamu terlihat sangat dekat dengannya?" jawab Agatha ngambek.
Akhirnya Liam Lin tau mengapa Agatha mengambek. Rupanya karena merasa dia terlalu dekat dengan Sophia Miao.
"Dasar bocah ingusan. Kamu bukannya tidak tau mengapa aku dekat dengan guru Sophia Miao? Kalau bukan karenamu, karena apa lagi?" jawab Liam Lin menenangkan. Mendengar jawaban itu, ditambah lagi memang demi dia, hati Agatha pun menjadi sedikit membaik. Tetapi dia malah pura-pura ngambek dan marah sambil berkata, "Karena aku? Aku tak percaya! Kalian bukannya malah bertukaran wechat?"
Liam Lin tau lewat kata-kata barusan yang diucapkan Agatha, suasana hatinya sudah agak membaik. Dia lalu menarik tangannya dan membangunkannya sambil berkata di hadapan mukanya, "Aku sengaja bertukaran wechat dengannya dengan tujuan apabila nanti terjadi apa-apa denganmu dia langsung dapat memberitahuku. Coba, kalau tidak ada komunikasi, apabila nanti terjadi apa-apa denganmu, bagaimana? Kakakmu begini juga karena khawatir denganmu."
Namanya juga wanita, perlu dibujuk dulu barulah mereka senang. Agatha pun begitu, kemarahannya reda sepenuhnya setelah mendengar perkataan terakhir dari kakaknya. "Begitu dong, berikan jawaban yang benar. Coba saja beri penjelasan lebih awal lagi, kan aku tak perlu sampai marah seharian?" tutur Agatha.
Agatha dua hari ini terlihat tidak begitu bahagia, Liam Lin sedang berpikir apakah dia perlu tidak masuk kerja dulu besok menemaninya. Kemudian dia pun berkata, "Besok aku tidak perlu masuk kerja. Bagaimana kalau malam ini aku menemanimu jalan-jalan keluar?" tanya Liam Lin sambil tersenyum. Mendengarnya, Agatha sangat senang melihat kakaknya yang menawarkan permintaan ini duluan. Padahal sebenarnya, yang diharapkan Agatha adalah hanya berada terus di sisi kakaknya. Kakaknya biasa sibuk kerja, tak ada waktu menemaninya. Hari ini akhirnya mengajaknya keluar, yang dinanti-nanti akhirnya datang juga.
"Kalau begitu, aku ganti pakaian dulu sebentar. Lalu kita berangkat." kata Agatha sambil mendorong kakaknya keluar kamar bersiap mengganti pakaian.
"Halah, pergi denganku buat apa sampai ganti baju segala. Bukan kencan juga lagian, mau ganti baju apa?" Lanjut Liam Lin.
Tiba-tiba suasana menjadi kelam sejenak. Liam Lin sadar kata-kata ini tidak pantas diucapkannya, lalu dengan cepat dia melanjutkan, "Maksudku malam-malam keluar pakai pakaian bagus, bukannya tak aman?" Agatha karena omongan kakaknya itu pun tak jadi berganti pakaian. Kemudian mereka pun berangkat.
Liam Lin pergi membawa Agatha ke taman bermain yang agak besar di tempat itu. Namanya juga anak gadis, pasti sukanya tempat yang begini. Ditambah lagi dari kecil Agatha memang suka dengan komedi putar.
Agatha terlihat begitu bahagia. Entah karena ditemani oleh kakaknya, atau karena bermain komedi putar, yang jelas di wajahnya terlihat senyuman bahagia. Terkadang, Liam Lin mau menemaninya bermain, namun ada beberapa permainan yang tak terlalu disukai Liam Lin, jadinya dia hanya berdiri saja dipinggir melihat Agatha bermain.
"Kak, aku mau ini." minta Agatha sambil menunjuk ke arah sebuah boneka barbie.
Rupanya boneka barbie itu adalah hadiah dari permainan tembak jitu. Kebetulan itu adalah keahlian Liam Lin. Dengan cepat dia setuju dan mereka pun berjalan mengarah ke sana.
Walaupun yang dibawa adalah senjata mainan, namun tak tau mengapa. Setiap kali memegang senjata selalu merasakan sesuatu yang tidak biasa. Serasa seperti perasaan dulu waktu di organisasi itu pun kembali padanya. Dengan percaya diri dia membidik senjatanya. Perasaan saat latihan pun kembali, tembakannya itu pun jitu langsung tepat sasaran. Agatha mendapatkan boneka yang diinginkannya. Melihat wajah pemilik tempat bermain tembak jitu itu cemberut, Liam Lin langsung menggenggam tangan adiknya membawanya pergi dari situ. Kalau saja tetap di situ, pemiliknya bagaimana melanjutkan bisnisnya, pikirnya.
Agatha berjalan sambil memeluk bonekanya. Senyumnya tampak lebih bersinar kali ini. "Kak, menurutmu, ke depannya kita akan sering main seperti ini lagi tidak?" tanya Agatha. Nampak jelas bahwa Agatha sangat senang sekali ditemani kakaknya bermain. Dengan yakin Liam Lin mengangukkan kepalanya. "Boleh saja, asalkan kakak ada waktu, kakak pasti akan mengajakmu keluar. Tapi, kamu juga harus belajar baik-baik." lanjut Liam Lin. Agatha dengan sedikit cemberut sambil menggelengkan kepala seakan tidak mengerti perkataan kakaknya.
"Asalkan kamu belajar dengan baik, kamu nantinya pasti akan menemukan pacar. Kalau sudah punya pacar, kamu juga pasti tidak akan aneh-aneh lagi." Lanjut Liam Lin menjelaskan.
Novel Terkait
My Lady Boss
GeorgeThe Richest man
AfradenWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiCinta Seorang CEO Arogan
MedellineTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniCinta Tapi Diam-Diam
RossieYama's Wife
ClarkDewa Perang Greget×
- Bab 1 Sandiwara
- Bab 2 Akhirnya Pulang ke Rumah
- Bab 3 Mencari Agatha
- Bab 4 Tiga Tahun Lalu
- Bab 5 Demi Sang Adik
- Bab 6 Kembali Bertemu
- Bab 7 Mencari Identitas
- Bab 8 Kecurigaan Wenny Gao
- Bab 9 Agatha Diculik
- Bab 10 Masalah di Tempat Karaoke
- Bab 11 Nafsu
- Bab 12 Tidak Perlu dibahas Lagi
- Bab 13 Adik Ngambek
- Bab 14 Adik yang Baik
- Bab 15 Helaan Napas yang Panjang
- Bab 16 Hujan yang Tidak Terencanakan
- Bab 17 Anak Asuh yang Akan Jadi Istri
- Bab 18 Pesta Malam
- Bab 19 Salah Sangka
- Bab 20 Mengerti Besar dan Kecil
- Bab 21 Bertahan
- Bab 22 Menari
- Bab 23 Alasan Lily Wang Bisa Menyukai Pria Ini
- Bab 24 Mengalihkan Perhatian ke Mukanya
- Bab 25 Membawa Wanita Lain Dua Hari yang Lalu
- Bab 26 Aku Sudah Memberimu Cukup Uang
- Bab 27 Yang Berlalu Biarlah Berlalu
- Bab 28 Utang
- Bab 29 Berani Berjudi Tidak Bisa Membayar
- Bab 30 Membayar dengan Tubuh
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70 Tamat