Dewa Perang Greget - Bab 48
Orang itu mengamati Liam dari atas sampai bawah dengan tatapan merendahkan, tatapannya penuh dengan ancaman.
Liam tidak mempedulikan tatapannya, juga tidak peduli dengan apa yang dia lihat, dia sekarang hanya ingin bertemu dengan ayahnya.
"Sahabatku, nada suaramu begitu kasar, apakah kamu tahu tempat apa ini?"
Orang itu tertawa dingin dan berkata lagi.
"Jangan bilang kamu mau membawa ayahmu pergi, kalaupun aku ingin langsung mengambil uangmu dari tanganmu, aku juga bisa melakukannya."
Liam bisa mendengar dengan jelas dari kalimat ini, orang-orang ini pada dasarnya sama dengan mafia, mereka mana mungkin langsung menyerahkan ayahnya.
Jadi cara Liam sekarang sudah benar, tapi harus lebih dulu bertemu dengan ayahnya, baru boleh membicarakan masalah uang.
Karena kalaupun kamu memberikan uang kepada sekumpulan mafia ini, mereka juga belum pasti akan menyerahkan ayahnya.
Jadi intinya kalau kamu memberikan mereka uang lebih dahulu juga tidak ada gunanya, mereka juga tidak pasti akan melepaskan orang.
"Aku tidak peduli, kamu bisa langsung mengambil uangku, maka itu adalah keahlianmu, tapi sekarang kamu harus membiarkanku bertemu dengan ayahku, kalau kamu tidak membiarkanku bertemu dengannya, aku mana mungkin menyerahkan uangku kepadamu."
Orang itu mendengar nada suara Liam masih saja sama, dia tidak tahu mengapa anak muda ini begitu berani.
"Kamu kenapa begitu bersikeras? Apakah kamu pernah berpikir kalau kamu berbicara begitu keras, kita bisa langsung membuatmu dan ayahmu tidak bisa keluar dari sini."
"Aku tidak peduli kamu melakukan apa, sekarang aku hanya ingin bertemu dengan ayahku, kalau kamu tidak membiarkanku melihat ayahku, maka aku tidak akan memberikan kalian uang sepeser pun."
Liam tahu sekarang dia tidak boleh takut juga tidak boleh mengalah, dia sekarang harus mempertahankan prinsipnya, yaitu lebih dulu melihat ayahnya.
Orang itu melihat Liam berbicara begitu tegas, dia pun tidak mengatakan apa-apa lagi.
Karena sekarang mereka membunuh Liam Lin dan Adam Lin juga tidak ada maknanya, yang mereka inginkan adalah uang.
Jadi bisa menipu Liam membawa uang kesini adalah hasil yang paling bagus, tidak perlu terus bersikeras seperti ini.
Lagipula hal yang mereka katakan kepada Liam tadi juga hanya untuk menakuti Liam, melihat dia tidak takut, maka sudah tidak ada gunanya.
Oleh karena itu, lelaki tampan tadi berbicara sejenak dengan orang-orang lain, kemudian menyuruh orang di sampingnya membawa Adam kemari.
Di saat dia melihat ayahnya, hati Liam ngilu sejenak.
Ayahnya dipukuli parah, seluruh tubuhnya dipenuhi luka, kelihatannya mereka menggunakan tenaga penuh.
"Kalian bukannya sudah berjanji tidak akan menyentuhnya? Kenapa sekarang dia dipukul sampai seperti ini?"
Di nada suara Liam terdengar sedikit amarah, dia benar-benar merasa tidak bisa terima.
"Ini bukan dipukul barusan, ini sudah dari tadi, awal-awalnya dia berjudi di tempat kita, setelah berjudi menolak membayar kekalahannya, kemudian saat itu mereka pun memukulnya."
Liam menggertakkan giginya, tidak peduli apa alasannya, dia tetap tidak bisa menerima ayahnya dipukuli sampai seperti ini.
"Sudah, jangan banyak omong lagi, lagipula kamu sudah bertemu dengan ayahmu, keluarkan uangmu, setelah menyerahkan uang kamu boleh langsung membawa dia pergi."
Tatapan Liam penuh dengan amarah.
"Kalian bisa-bisanya masih menginginkan uang, kalian sudah berjanji padaku tidak akan menyentuh dia, tapi kalian memukulnya sampai seperti ini, kalian masih berani meminta uang?"
Begitu mendengar nada suara Liam, orang itu mencurigai Liam tidak berencana memberi uang, begitu keras kepala?
"Kalau kamu tidak mau menyerahkan uang, kita juga tidak meminta lagi, bukannya hanya hutang judi beberapa puluh juta? Kamu dan ayahmu masing-masing tinggalkan satu lengan saja sudah sangat menguntungkan."
Orang itu tertawa dingin, tidak disangka ayah seperti ini bisa melahirkan putra yang seperti ini juga.
Bisa-bisanya benar-benar tidak membawa uang sepeser pun kemari, bahkan ingin membawa ayahnya pergi, benar-benar terlalu polos.
Kalau seperti ini, maka biarkan kedua ayah dan anak ini membayar sedikit harga, mereka masing-masing membayar dengan satu lengan sepertinya masih lumayan menguntungkan untuknya.
Kemudian dia memberikan tanda dengan tatapannya ke orang di belakangnya, seketika sekelompok orang datang membawa golok.
Liam sedikit mengkhawatirkan ayahnya, tapi sekarang dia tidak bisa melindungi ayahnya.
Seketika, sekelompok orang menerjang ke arahnya, Liam sama sekali tidak takut dengan beberapa orang ini.
Liam menghindari serangan mereka menggunakan tubuhnya yang lincah, di saat yang sama membalas serangan mereka.
Kelompok pertama pun dipukul sampai terjatuh di lantai oleh Liam.
Beberapa orang itu bertatapan, merasa anak muda ini lumayan hebat, tapi satu orang tidak bisa melawan banyak orang, lihat dia bisa mengalahkan berapa orang.
Kelompok kedua pun digerakkan, jumlah orang di kelompok kedua lebih banyak, dan senjata yang mereka bawa lebih berbahaya.
Liam sama sekali tidak berani lengah, meskipun tidak seberbahaya di Organisasi, tapi kemungkinan bisa kehilangan nyawa.
Setelah beberapa kelompok, Liam juga sedikit terluka, tapi orang-orang ini juga tidak mendapatkan keuntungan sedikitpun, kedua belah pihak imbang, tidak maju dan tidak mundur.
Di saat ini, orang berjenggot yang ada di samping lelaki muda itu berbisik ke beberapa orang, tidak tahu apa yang dia katakan.
Beberapa orang itu pun melihat Liam dengan tatapan menilai, kemudian mengangguk.
Novel Terkait
Loving The Pain
AmardaAdieu
Shi QiAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanCinta Yang Tak Biasa
WennieAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaIstri kontrakku
RasudinThe Sixth Sense
AlexanderDewa Perang Greget×
- Bab 1 Sandiwara
- Bab 2 Akhirnya Pulang ke Rumah
- Bab 3 Mencari Agatha
- Bab 4 Tiga Tahun Lalu
- Bab 5 Demi Sang Adik
- Bab 6 Kembali Bertemu
- Bab 7 Mencari Identitas
- Bab 8 Kecurigaan Wenny Gao
- Bab 9 Agatha Diculik
- Bab 10 Masalah di Tempat Karaoke
- Bab 11 Nafsu
- Bab 12 Tidak Perlu dibahas Lagi
- Bab 13 Adik Ngambek
- Bab 14 Adik yang Baik
- Bab 15 Helaan Napas yang Panjang
- Bab 16 Hujan yang Tidak Terencanakan
- Bab 17 Anak Asuh yang Akan Jadi Istri
- Bab 18 Pesta Malam
- Bab 19 Salah Sangka
- Bab 20 Mengerti Besar dan Kecil
- Bab 21 Bertahan
- Bab 22 Menari
- Bab 23 Alasan Lily Wang Bisa Menyukai Pria Ini
- Bab 24 Mengalihkan Perhatian ke Mukanya
- Bab 25 Membawa Wanita Lain Dua Hari yang Lalu
- Bab 26 Aku Sudah Memberimu Cukup Uang
- Bab 27 Yang Berlalu Biarlah Berlalu
- Bab 28 Utang
- Bab 29 Berani Berjudi Tidak Bisa Membayar
- Bab 30 Membayar dengan Tubuh
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70 Tamat