Dewa Perang Greget - Bab 36
Orang-orang dari Keluarga Lin yang diutus oleh Kak Leo segera kembali dengan luka di tubuh mereka.
Kak Leo sendiri sedikit merasa bingung, dia mengutus orang-orang yang pandai berkelahi, tetapi kenapa mereka kembali dengan begitu cepat.
Dan dipukuli sampai seperti ini.
Tetapi ketika dia memikirkan kejadian terakhir kali dimana Liam Lin datang untuk menolong Agatha, dia sudah mengakui fakta ini pada saat itu.
Entah kenapa, ketika memikirkan Liam Lin sangat pandai berkelahi, Kak Leo menjadi sedikit bersemangat.
Seseorang yang bisa bertarung seperti ini tentu saja sangat baik jika dia bisa memiliki hubungan yang baik dengannya.
Jika dia bermusuhan dengannya, maka pasti akan memakan banyak nyawa saudaranya di masa depan.
Lagipula, jika dirinya sendiri pergi melawannya, dia juga tidak bisa mengalahkannya, sebaliknya malah akan membuat dirinya merasa tidak nyaman.
Kak Leo memikirkannya baik-baik, mungkin masalah terbesar Keluarga Lin adalah mereka kekurangan uang.
Adam Lin berhutang begitu banyak hutang judi di luar, dia masih harus mengandalkan putranya untuk membayar hutangnya.
"Apakah kamu sudah mendapat kabar dimana Liam Lin sekarang?"
Kak Leo bertanya pada seorang pengawal di sebelahnya.
Dia mengangguk.
"Aku sudah memeriksanya, dia sekarang sedah bekerja sebagai satpam di sebuah perusahaan."
Menjadi satpam? Ketika mendengar bahwa dia benar-benar telah menjadi seorang satpam, Kak Leo menggelengkan kepalanya.
Dia bisa seni bela diri, tetapi malah menjadi seorang satpam, benar-benar tidak cocok.
Untuk apa perusahaan memiliki orang yang mempunyai kemampuan sebagus ini, para pria tua juga dapat menjadi satpam.
Tetapi jika dia memiliki kemampuan yang bagus dan ingin menjadi satpam, berarti dia benar-benar kekurangan uang.
Kak Leo tersenyum tipis.
"Memang benar orang tidak boleh terlalu sempurna, lebih baik memiliki sedikit kekurangan."
Setelah berbicara, dia melambai ke salah satu anak buahnya, kemudian berbisik kepadanya.
Kedua anak buahnya pergi setelah menerima perintahnya, Kak Leo duduk di kursi sambil tersenyum tipis.
Dia tidak percaya, akankah Liam Lin tidak setuju dengan syarat yang begitu baik?
Karena dia tidak memiliki selera untuk makan roti yang diberikan oleh Wenny Gao, Liam Lin menyerahkannya kepada orang lain.
Untungnya, dia tidak bertemu dengan Lily Wang dan Wenny Gao ketika dia sedang bekerja.
Jika tidak, dia akan merasa sangat canggung.
Segera sudah tiba waktunya untuk pulang kerja dan Lily Wang tidak kembali lagi ke sini sejak dia pergi di pagi hari.
Wenny Gao juga turun cukup larut, dia baru turun setelah menunggu para rekan kerjanya pergi.
Dan dia juga tidak langsung pulang, tetapi berdiri di depan Liam Lin lagi.
Tidak tahu apa yang sedang dia rencanakan, sehingga Liam Lin tidak berbicara.
Wenny Gao mendekati Liam Lin dan bertanya.
"Kamu sudah membantuku kemarin malam, bagaimana jika aku mentraktirmu makan hari ini? Anggap saja sebagai ucapan terima kasihku."
Liam Lin ragu-ragu sejenak, jika dia tidak pergi, sepertinya dia akan terlihat seperti tidak menghargainya.
Tetapi jika dia pergi sendiri dan hanya bersama dengan Wenny Gao, maka dia benar-benar tidak memiliki selera untuk makan.
Meskipun dia tidak berpikiran sempit, dia masih tidak memiliki toleransi untuk masalah perselingkuhan.
Dia tidak akan pernah melupakan hal-hal yang dilakukan Wenny Gao pada dirinya sendiri selama kehidupan ini.
"Aku tidak akan pergi, aku juga tidak banyak membantumu, jadi kamu tidak perlu berterima kasih padaku, aku hanya ingin kamu lebih memperhatikannya lain kali."
Setelah mengatakan ini, Liam Lin berbalik dan pergi, dia merasa bahwa dia bisa mengganti pakaiannya dan pulang kerja.
Setelah menolaknya, Wenny Gao berdiri diam di sana, selain merasa malu dia juga merasa tidak terima dan ada sedikit kemarahan di wajahnya.
Tidak tahu siapa yang memberinya begitu banyak bantuan sehingga membuat dia bisa melakukan begitu banyak hal sekarang.
Waktu itu ketika mereka sedang berkencan, dia masih sangat menuruti ucapannya.
Tetapi sekarang, dia sudah mulai sombong dan mulai mengabaikan dirinya.
Namun Wenny Gao tidak percaya, Liam Lin telah menghabiskan banyak pikiran untuk mengejar dirinya sendiri.
Sekarang malah dirinya yang mengejarnya, tetapi dia malah tidak bisa mengejarnya.
"Masih saja pura-pura dingin, huh, tunggu dan lihat saja."
Setelah berbicara, Wenny Gao menghentakkan sepatu hak tingginya yang setinggi 8 sentimeter dan berjalan meninggalkan kantor.
Liam Lin melihatnya pergi dari jendela ruang bertugas dan menghela napas lega.
Tidak tahu kenapa, dia tidak terlalu ingin bersama dengan Wenny Gao sekarang.
Jika dia tahu bahwa membantunya akan membawakan begitu banyak masalah kepadanya dalam 2 hari terakhir, dia lebih baik tidak pergi membantunya tadi malam.
Lagipula, yang terjadi tadi malam bukanlah Wenny Gao yang ditindas, melainkan masalah antara pasangan dan tidak perlu diselidiki lebih lanjut.
Tetapi masalah ini sudah berlalu dan tidak ada gunanya untuk menyesalinya, jadi Liam Lin hanya bisa menghela napas dan mulai berganti pakaian.
Di depan pintu kantor, beberapa orang berdiri dengan diam sambil mengawasi bagian dalam.
"Kak Lian, menurutmu kapan dia baru pulang kerja? Kenapa dia masih belum keluar padahal sudah selama ini dia masuk ke dalam?"
"Bisakah kamu bersabar, kita baru tiba beberapa saat, apa yang sebenarnya sedang kamu pikirkan."
Pria bernama Kak Lian ini memukul orang di sebelahnya dengan keras.
Dia benar-benar telah menghidupi sekumpulan orang yang tidak berguna, hal yang diperintahkan oleh bos malah tidak pernah bisa diselesaikan dengan baik.
Setiap kali dia harus berusaha membujuknya, semua orang baru saja dipukuli kemarin malam dan hari ini dia malah harus terjebak di sini.
Novel Terkait
Menantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaMy Lifetime
DevinaMr. Ceo's Woman
Rebecca WangPergilah Suamiku
DanisDewa Perang Greget×
- Bab 1 Sandiwara
- Bab 2 Akhirnya Pulang ke Rumah
- Bab 3 Mencari Agatha
- Bab 4 Tiga Tahun Lalu
- Bab 5 Demi Sang Adik
- Bab 6 Kembali Bertemu
- Bab 7 Mencari Identitas
- Bab 8 Kecurigaan Wenny Gao
- Bab 9 Agatha Diculik
- Bab 10 Masalah di Tempat Karaoke
- Bab 11 Nafsu
- Bab 12 Tidak Perlu dibahas Lagi
- Bab 13 Adik Ngambek
- Bab 14 Adik yang Baik
- Bab 15 Helaan Napas yang Panjang
- Bab 16 Hujan yang Tidak Terencanakan
- Bab 17 Anak Asuh yang Akan Jadi Istri
- Bab 18 Pesta Malam
- Bab 19 Salah Sangka
- Bab 20 Mengerti Besar dan Kecil
- Bab 21 Bertahan
- Bab 22 Menari
- Bab 23 Alasan Lily Wang Bisa Menyukai Pria Ini
- Bab 24 Mengalihkan Perhatian ke Mukanya
- Bab 25 Membawa Wanita Lain Dua Hari yang Lalu
- Bab 26 Aku Sudah Memberimu Cukup Uang
- Bab 27 Yang Berlalu Biarlah Berlalu
- Bab 28 Utang
- Bab 29 Berani Berjudi Tidak Bisa Membayar
- Bab 30 Membayar dengan Tubuh
- Bab 31
- Bab 32
- Bab 33
- Bab 34
- Bab 35
- Bab 36
- Bab 37
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41
- Bab 42
- Bab 43
- Bab 44
- Bab 45
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49
- Bab 50
- Bab 51
- Bab 52
- Bab 53
- Bab 54
- Bab 55
- Bab 56
- Bab 57
- Bab 58
- Bab 59
- Bab 60
- Bab 61
- Bab 62
- Bab 63
- Bab 64
- Bab 65
- Bab 66
- Bab 67
- Bab 68
- Bab 69
- Bab 70 Tamat