Air Mata Cinta - Bab 19 Bantu Aku Selidiki
Mulut Steven masih menganga, setelah beberapa menit berlalu dia baru menutup mulutnya.
Dari wajahnya terlihat tengah tersenyum dengan penuh sindiran, “Clara, kamu seharusnya cari alasan yang paling tidak bisa membuat orang percaya padamu.”
Steven sepenuhnya tidak percaya, Novita yang awalnya baik baik saja bagaimana bisa tiba-tiba mati?
Tapi wajah Clara terlihat begitu serius, dan saat dia mengatakan “Novita sudah mati”, air matanya juga turut luruh membasahi wajah.
Clara menggigit bibirnya menahan kepedihan atas kehilangan: “Steven, di hari kedua setelah kamu meninggalkannya, saat itu mobilnya menabrak truk besar, dan sesampai di rumah sakit dia sudah berhenti bernafas.”
Clara dengan tersedu-sedu menceritakan kronologis kematian kakaknya, dan punggung Steven terasa dingin, dia masih tidak percaya akan apa yang Clara katakan padanya.
“Clara, hanya demi membohongiku, kau benar-benar telah berupaya besar ya.”
Clara sudah menangis hingga sesenggukan, tapi sorot matanya begitu dingin: “Kamu yang telah menyakiti perasaannya, saat di jalan, dia sudah tidak berpikir untuk turun dari mobil dengan selamat, kamu...”
“Sudah cukup! Kebohongan yang kalian buat itu sangat bodoh!” Steven tiba-tiba memotong perkataan Clara, sorot matanya tidak seperti di awal begitu tenang, dari dalam sorot matanya terlihat api yang membara, tangannya mencengkeram erat pegangan kursi.
Suara Steven yang menggelegar mengundang perhatian orang-orang di luar, Max yang awalnya mendengar berita kalau Clara menerobos masuk baru mau melapor ke kantor Steven.
Dan Max baru saja sampai di depan pintu, lalu mendengar teriakan Steven.
Ekspresinya begitu serius mendorong pintu ruangan, ia melihat wajah Clara yang penuh dengan air mata tapi pandangannya pada Steven penuh dengan kebencian, dan dia juga tidak tahu Steven mengapa bisa semarah ini.
“Kenapa? Kalian berdua ada apa?”
Steven menghirup nafas dalam-dalam, memutar kepalanya lalu duduk di kursinya, tidak mengucap sepatah-katapun.
Clara juga tidak menjawab, dia menarik nafas, mengambil tasnya yang ada di meja, “Percaya atau tidak terserah kamu.”
Lalu dia pergi meninggalkan kantor.
“Sebenarnya ada apa?” Tanya Max.
Steven kembali pada keadaannya semula, kembali mengambil penanya, melihat satu dokumen yang ada di tangannya.
Max kehilangan kesabarannya: “Steven, kamu kalau ada masalah ayo bicarakan padaku, jangan selalu menyimpan masalah sendirian,ekspresimu saat ini tidak bisa menyimpan kemampuanmu hal seperti ini sebenarnya ingin kamu tunjukkan pada siapa!”
“Plak!” Pena dihempas kasar lalu jatuh ke lantai.
Ekspresi Steven tidak seperti barusan yang terlihat begitu tenang, tangannya menghempas dokumen hingga terbang ke sudut ruangan.
Dahinya mengkerut, dengan perasaan yang kalut tangannya memegang kepala dan mengurut-urutnya, kini wajahnya yang ganteng sempurna terlihat begitu menakutkan.
Max tidak menyangka akan respon Steven yang begitu besar dan ganas, suara Max terdengar begitu pelan: “Sebenarnya apa yang dikatakan Clara padamu? Bukannya hanya karena kamu ingin bergabung dengan perusahaan mereka? Steven, kamu bodoh ya, nilai perusahan mereka tidak layak untuk kamu...”
“Dia bilang, Novita sudah mati.” Steven menegakkan kepalanya, bola matanya begitu gelap, membuat orang yang melihatnya merasa hidupnya seperti tak bermakna lagi.
Perkataan Steven di potong Max, dari mata Max seperti tidak percaya atas apa yang baru dia dengar: “Apa yang kamu bilang?”
Steven: “Clara bilang, di hari kedua aku pergi ke Melbourne, Novita kecelakaan dan mati saat itu juga, dan semuanya telah direncanakan oleh Novita.”
Ini...Ini...
Berita ini sangat tiba-tiba, Max belum siap untuk mengetahuinya, dia hanya tiba-tiba ingat, saat itu di pintu kantor dia melihat bayangan seseorang yang begitu lemah sampai angin berhembus bisa menjatuhkannya...
“Bantu aku periksa cctv hari itu, baik itu cctv jalan ataupun rumah sakit, cepat periksa semua!” Suara Steven begitu besar dan sorot matanya yang penuh akan amarah.
Dia tidak percaya, dia tidak akan percaya jika semua ini benar terjadi, kalau benar Novita mati karena tabrakan, bagaimana bisa dia tidak mendengar kabar?
Max masih belum sepenuhnya sadar dan menganggukkan kepalanya.
Dan dengan cepat, Steven berhasil mendapatkan hasil dari penyelidikan Max.
“Yohanes...”
Saat Steven membaca nama itu, ekspresinya gelap tak tergambarkan.
Max menganggukkan kepalanya, “Dari cctv terlihat, Yohanes juga ada di jalan dimana terjadinya kecelakaan, dan Yohanes ikut ambulan pergi membawa Novita ke rumah sakit.”
Steven membelakangi Max, dia berdiri di depan jendela, “Jadi, alasan aku tidak mendengar berita apapun karena ada Yohanes yang membatasinya?”
“Benar sekali.”
Melihat Steven, masalah mengenai Novita, dia sungguh tidak tahu harus berkata apa.
Tapi Steven malah bertanya: “Lalu bagaimana dengan Novita? Apakah dia tidak mati? Apa mungkin dia disembunyikan oleh Yohanes?”
Steven dengan cepat membalikkan badannya, ketika melihat ekspresi Max yang ragu, dalam hatinya tiba tiba merasa begitu takut.
Novel Terkait
Istri Yang Sombong
JessicaLove Is A War Zone
Qing QingBeautiful Lady
ElsaBehind The Lie
Fiona LeeCinta Yang Terlarang
MinnieSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiAir Mata Cinta×
- Bab 1 Seberapa Pantaskah Dirimu?
- Bab 2 Beri Aku Seorang Anak
- Bab 3 Cium Dia
- Bab 4 Pembalasan
- Bab 5 Benci Hingga Ingin Kamu Meninggal
- Bab 6 Bunuh Diri Dengan Mengemudi
- Bab 7 SURAT PERCERAIAN
- Bab 8 Mengikuti
- Bab 9 Telah Menghilang
- Bab 10 Orang Jahat Berumur Panjang
- Bab 11 Di Dalam Hatinya Sudah Ada Orang Lain
- Bab 12 Kamu Lagi-Lagi Dibohonginya
- Bab 13 Buku Harian
- Bab 14 Tidak Mencintainya Lagi!
- Bab 15 Mengejar Orang
- Bab 16 Krisis Perusahaan Novita
- Bab 17 Steven Telah Gila
- Bab 18 Novita Telah Mati
- Bab 19 Bantu Aku Selidiki
- Bab 20 Kamu Menyesal?
- Bab 21 Pemakaman
- Bab 22 Kamu Lebih Kejam Dariku
- Bab 23 Dari Awal Sudah Jatuh Cinta
- Bab 24 Pergi ke Inggris
- Bab 25 Menebus Kesalahan
- Bab 26 Penipuan
- Bab 27 Rasa Yang Familier
- Bab 28 Kalau masih hidup…….
- Bab 29 Mengontrol Seseorang
- Bab 30 Telah Kembali
- Bab 31 Jangan Melepaskannya
- Bab 32 Melunasi Dengan Hidupnya
- Bab 33 Menyalakan Kembali Harapan
- Bab 34 Susah Untuk Menghindari Pencuri Yang Ada Di Rumah
- Bab 35 Menculiknya di Tengah Jalan
- Bab 36 Lelucon Terbesar
- Bab 37 Dia Tidak Pantas Mendapatkannya!
- Bab 38 Membawa Gelar Seorang Istri
- Bab 39 Membuatnya Mati Lagi
- Bab 40 Merasa Dia Adalah Miliknya
- Bab 41 Tujuan
- Bab 42 Keluarkan Amarah
- Bab 43 Dikunci Selamanya
- Bab 44 Strategi Yohanes
- Bab 45 Pukul Dia Sampai Mati
- Bab 46 Nyonya Besar
- Bab 47 Syarat
- Bab 48 Aku Merasa Kamu Menjijikkan
- Bab 49 Tidak Akan Bertemu Lagi
- Bab 50 Yang Dia Tunggu Bukanlah Aku
- Bab 51 Kebeneran
- Bab 52 Bertemu Lagi Dengan “GADIS”
- Bab 53 Melawati Begitu Saja
- Bab 54 Mengakui Kesalahan Didepan Umum
- Bab 55 Kembali Bersamaku
- Bab 56 Diculik
- Bab 57 Mengungkap Identitas
- Bab 58 Menghalang Tembakan
- Bab 59 Cintaku
- Bab 60 Puncak Akhir