Air Mata Cinta - Bab 24 Pergi ke Inggris
Wanita bodoh ini, dia tidak tahu kalau Steven sengaja membeli hiasan lain tapi semuanya yang dibeli bukanlah cincin. Semua itu dilakukan untuk mempermalukan wanita itu dan wanita itu malah memakainya setiap hari dengan gembira.
Sebenarnya dia tahu, selama dia memberikannya ke Novita. Tak peduli apapun itu, Novita akan menyimpannya sama seperti barang berharga.
Karena sejak menikah, Steven tidak pernah memberikan Novita barang apapun.
Tubuhnya adalah milik Steven, seperti cincin itu juga. Maka dari itu bahkan jika hati Novita tahu dengan jelas maksud Steven membeli cincin, Novita hanya akan berpura-pura bodoh.
Dan semua barang yang diberikan Novita untuk Steven, tanpa terkecuali, semuanya masuk ke dalam tong sampah.
Dulunya, Steven membenci Novita dan menganggapnya seperti tidak ada harganya.
Kedua tangannya menutupi dadanya, kedua alisnya yang indah berkerut, rasa sakit hatinya hampir membuatnya kehabisan napas.
"Novita, aku menyesal..."
Aku menyesal, kehilangan bertahun-tahun bersamamu, sampai akhirnya kamu benar-benar meninggalkanku dan pergi, akhirnya aku baru menyadari kebenarannya.
Di momen ini, dalam perasaan sakit hebat yang tidak bisa diabaikan, Steven akhirnya berani menghadapi hatinya.
Suaranya terdengar sangat kacau.
Steven memegang cincin pernikahannya lalu meletakkannya di depan dadanya, mungkin seperti sedang memeluk orang yang memakai cincin itu.
Malam ini di ranjang Novita, tidak diduga Steven sangat tenang.
Sampai di hari kedua, dia membuka matanya. Begitu membuka kedua matanya, pandangan matanya terasa sangat jelas.
Cincin itu masih di genggaman tangannya. Satu tangan Steven membuka jendela, dari luar jendela ada cahaya matahari yang masuk. Cahaya matahari membias di atas cincin lalu memantulkan kilauan cahaya yang lembut.
Steven menempelkan cincin ke bibirnya lalu menciumnya dengan lembut.
Kemudian cincin itu dia pakai di jari kecil tangan kanannya.
Sebenarnya cincin itu baru saja muat dipakainya. Walaupun cincin itu adalah cincin wanita tetapi karena cincin itu terlalu sederhana, ketika Steven memakainya tidak ada perasaan tidak suka dengan cincin tersebut.
Steven bangkit dari ranjang lalu dengan hati-hati merapikan ranjang Novita.
Max sedikit terkejut ketika mengangkat telepon dari Steven, lalu bertanya:"Sudah sadar?"
"Max, untuk sementara waktu, aku titipkan perusahaan padamu." Suara Steven kembali dingin, berubah menjadi suara berat dia yang biasanya.
"Hah?" Max sangat terkejut, lalu mengkonfirmasi lagi:"Stev? Coba kau ucapkan sekali lagi?"
"Ku bilang, sementara waktu ini aku menitipkan perusahaan padamu. Max, baik-baik menggantikan peranku menjaganya."
Max berteriak di ponselnya:"Jika kamu masih mabuk, segera mandi dan segarkan dirimu dengan air dingin! Steven, apakah kamu menjadikan perusahaan ini sebagai bahan bercandaan? Memberikan perusahaan kamu padaku? Bagaimana bisa? kamu mau membuat kecewa keluargamu?"
Kondisi jiwa Steven kelihatan lumayan bagus,"Max, aku hanya ingin pergi menghilangkan stress. Tentang perusahaanku, aku hanya sementara waktu menitipkan untuk kamu urus. Jika kamu bermain-main, kamu juga akan mendapatkan konsekuensinya, Max."
"Kau ingin pergi kemana?" Max bertanya dengan ragu. Walaupun dari nada bicaranya sangat normal, Max takut kalau Steven akan melakukan hal-hal gila.
Steven langsung menjawab:"Inggris."
“Untuk apa kamu ke Inggris? Steven, apakah kamu menerima semacam hasutan?"
"Sudah lama Novita ingin pergi ke Inggris. Ketika menikah dia sangat ingin ke Inggris tetapi tidak ada kesempatan. Aku tidak ingin membuatnya menunggu."
"No...Novita?” Max tidak merespon ucapan Steven. Nada bicaranya seperti baru saja bertemu hantu:"Dia kembali?"
Sempat hening sejenak, lalu Steven kembali menjawab:"Tidak, aku sendirian. Kamu harus merawat perusahaan dengan benar."
Begitu selesai bicara Steven memutuskan panggilan. Max menatap ponselnya dengan wajah penuh pertanyaan.
"Apakah dia sudah mengakui perasaannya sendiri?"
Tidak benar. Sikapnya setelah mengakui perasaannya sendiri, bukankah terasa sangat menakutkan?
Steven mengatakan bahwa dirinya hanya sendiri, tetapi sebenarnya dia selalu merasa bahwa Novita selalu di sisinya. Steven membawa cincin milik Novita lalu memulai perjalanannya ke London, Inggris.
Novel Terkait
Blooming at that time
White RoseWahai Hati
JavAliusMenunggumu Kembali
NovanCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensAir Mata Cinta×
- Bab 1 Seberapa Pantaskah Dirimu?
- Bab 2 Beri Aku Seorang Anak
- Bab 3 Cium Dia
- Bab 4 Pembalasan
- Bab 5 Benci Hingga Ingin Kamu Meninggal
- Bab 6 Bunuh Diri Dengan Mengemudi
- Bab 7 SURAT PERCERAIAN
- Bab 8 Mengikuti
- Bab 9 Telah Menghilang
- Bab 10 Orang Jahat Berumur Panjang
- Bab 11 Di Dalam Hatinya Sudah Ada Orang Lain
- Bab 12 Kamu Lagi-Lagi Dibohonginya
- Bab 13 Buku Harian
- Bab 14 Tidak Mencintainya Lagi!
- Bab 15 Mengejar Orang
- Bab 16 Krisis Perusahaan Novita
- Bab 17 Steven Telah Gila
- Bab 18 Novita Telah Mati
- Bab 19 Bantu Aku Selidiki
- Bab 20 Kamu Menyesal?
- Bab 21 Pemakaman
- Bab 22 Kamu Lebih Kejam Dariku
- Bab 23 Dari Awal Sudah Jatuh Cinta
- Bab 24 Pergi ke Inggris
- Bab 25 Menebus Kesalahan
- Bab 26 Penipuan
- Bab 27 Rasa Yang Familier
- Bab 28 Kalau masih hidup…….
- Bab 29 Mengontrol Seseorang
- Bab 30 Telah Kembali
- Bab 31 Jangan Melepaskannya
- Bab 32 Melunasi Dengan Hidupnya
- Bab 33 Menyalakan Kembali Harapan
- Bab 34 Susah Untuk Menghindari Pencuri Yang Ada Di Rumah
- Bab 35 Menculiknya di Tengah Jalan
- Bab 36 Lelucon Terbesar
- Bab 37 Dia Tidak Pantas Mendapatkannya!
- Bab 38 Membawa Gelar Seorang Istri
- Bab 39 Membuatnya Mati Lagi
- Bab 40 Merasa Dia Adalah Miliknya
- Bab 41 Tujuan
- Bab 42 Keluarkan Amarah
- Bab 43 Dikunci Selamanya
- Bab 44 Strategi Yohanes
- Bab 45 Pukul Dia Sampai Mati
- Bab 46 Nyonya Besar
- Bab 47 Syarat
- Bab 48 Aku Merasa Kamu Menjijikkan
- Bab 49 Tidak Akan Bertemu Lagi
- Bab 50 Yang Dia Tunggu Bukanlah Aku
- Bab 51 Kebeneran
- Bab 52 Bertemu Lagi Dengan “GADIS”
- Bab 53 Melawati Begitu Saja
- Bab 54 Mengakui Kesalahan Didepan Umum
- Bab 55 Kembali Bersamaku
- Bab 56 Diculik
- Bab 57 Mengungkap Identitas
- Bab 58 Menghalang Tembakan
- Bab 59 Cintaku
- Bab 60 Puncak Akhir