Air Mata Cinta - Bab 21 Pemakaman

Yohanes bahagia melihat ekspresi Steven yang saat ini kalut, di wajahnya terlukiskan senyuman mengolok, dan bagi Steven, rasa bencinya pada Yohanes melebihi rasa bencinya pada Clara.

Yohanes dan Steven sama-sama orang terkenal dan berkuasa di kota C, sama-sama orang yang mempunyai keberuntungan luar biasa, semua yang dimiliki Steven, Yohanes juga punya, tapi ada satu yang tak Yohanes miliki, yaitu Novita.

Dia merasa dirinya tidak kurang dari Steven, tapi masalah hati tidak memakai logika, dia menyukai Novita, tapi Novita malah mencintai Steven.

Kalau Steven juga cinta pada Novita, semuanya sudah tak jadi masalah, Yohanes pasrah dan rela melepas Novita.

Tapi kenyataannya, sikap Steven terhadap Novita begitu buruk dan tidak berperi-kemanusiaan, Steven bahkan mendorong Novita untuk bunuh diri, Yohanes melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Novita terbaring di aspal dengan darah yang bertumpahan membentuk genangan air, melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika Novita menutup matanya yang sudah kosong tanpa harapan juga hatinya yang sudah mati...

Suasana di ruangan Yohanes begitu mencekam, Yohanes dan Steven masih saling mencengkeram kerah baju masing-masing, sorot mata keduanya yang saling bertatapan seperti pedang yang tajam dan siap menusuk satu sama lain.

“Kamu jangan mengira bekerja sama dengan Clara untuk membohongiku akan berhasil dan kebohongan kalian akan tertutupi selamanya, Yohanes, suruh Novita datang temui aku, aku sudah muak dengan permainan kalian!”

“Steven, apa gunanya menyiksa dirimu sendiri, apa yang dikatakan Clara kamu masih tidak percaya ya? Baiklah, aku katakan padamu sekali lagi, Novita, dia sudah mati!”

Ketika Yohanes mengatakan “Dia sudah mati”, matanya seperti berkaca-kaca, tangan Steven yang mencengkeram kerah Yohanes mengendor, sorot matanya meredup.

Yohanes memanfaatkan kesempatan ini mendorong Steven kuat-kuat, “Steven, kamu yang mendorongnya untuk bunuh diri, kalau bukan kamu yang menyakiti hatinya, dia bagaimana mungkin bisa kehilangan harapan hidup dan memilih cara seperti ini untuk mengakhiri hidupnya.”

“Novita berbuat kesalahan apa sehingga kamu tega memperlakukannya seperti itu? Dan kenyataannya menyukaimu adalah kesalahan terbesarnya.”

“Sudah cukup! Plak!”

Steven tidak memberikan Yohanes kesempatan bicara lagi, satu baku tinjunya melayang dengan penuh tenaga ke dada Yohanes.

Yohanes mengerang, memegang dadanya dan mundur selangkah, mata Steven begitu gelap, dia sebelumnya tidak pernah semarah ini, Steven mengepalkan lagi tangannya dan melayangkannya ke Yohanes lagi.

Dan saat ini Yohanes sudah melakukan persiapan, ketika pukulan Steven hendak mendarat padanya, di waktu bersamaan tinjuannya melayang duluan ke wajah Steven.

Kedua pria ini seperti singa yang mengamuk, dan selanjutnya keduanya saling memukul satu sama lain.

...

Ketika pulang ke villa, Max sudah di luar menunggu Steven cukup lama.

Melihat Steven yang baru turun dari mobil, Max bergegas menghampirinya, dan ketika melihat wajah Steven, mulutnya yang menganga karena terkejut menganga begitu besar, satu mulutnya seperti bisa masuk satu buah telur.

“Steven, kamu berkelahi dengan siapa?”

Walaupun wajah Steven saat ini penuh luka, tapi ekspresinya yang begitu dingin tidak berubah sedikitpun, Max ingin menyentuh mukanya melihat luka di mukanya apakah nyata atau tidak.

Kepala Steven mengelak, sorot matanya begitu dingin, melewati Max berjalan hingga ke depan pintu dan menekan kode villanya.

Max mengikuti dari belakang, hingga sampai di ruang tamu, Steven seperti masih tidak mau merespon Max, Max hanya bisa bertanya lagi: “Steven luka di wajahmu sebenarnya karena apa, kamu beneran berkelahi dengan orang?”

Steven melepas jasnya, duduk di sofa menutup kedua matanya, dari wajahnya terlihat kelelahan, “Ada apa datang kesini?”

Pertanyaan Steven membuat Max ingat tujuannya datang ke villa Steven, Max tidak lagi memperdulikan luka di wajah Steven, dan dengan tegas berkata: “Aku menemukan makam Novita...”

Kedua mata Steven sontak terbuka, bola matanya begitu gelap, dia dari sofa duduk tegap, menatap Max: “Dimana?”

“Kamu jangan heboh dulu, pemakamannya sepertinya Yohanes juga yang memilihkannya, pemakamannya berada di pinggiran kota pemakaman umum, kamu...hm, mau pergi sekarang?”

Max melihat Steven yang sudah berjalan hingga ke depan pintu utama villa.

Steven berhenti, tangannya memegang kunci mobil, mungkin karena terlalu lelah, bahkan suaranya berubah terdengar begitu lemah: “Bawa aku pergi.”

Max menghembuskan nafas, “Ikut aku.”

Steven, aku rela kamu menjadi kamu yang dulu yang tidak punya hati seperti sekarang.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu