Air Mata Cinta - Bab 23 Dari Awal Sudah Jatuh Cinta

Tangan Steven membeku, "Apa maksudmu?"

Max tersenyum tipis: "Steven, apakah begitu sulit untuk mengakui bahwa kau menyukai Novita?"

"Sial, jangan bicara omong kosong!" Tiba-tiba dia mengangkat kepalanya, tetapi tidak melihat ke arah Max, kembali menuang alkohol untuk dirinya. Rasa pahit yang ditelannya membuat Steven tiba-tiba mengernyitkan alisnya. Alkohol ini benar-benar pahit.

Max tidak memaksanya untuk mengaku, "Steven, kau tahu? Ketika aku melihatmu duduk di samping makamnya, aku pikir kamu ingin menangis."

"Aku tidak pernah melihat ekspresimu yang seperti itu. Seperti sewaktu kecil ketika kehilangan mainan kesayanganmu, seperti perasaan kehilangan dan tidak tertemukan. Apakah kau berani mengatakan kalau kau benar-benar tidak menyukai Novita?"

"Dia bersamamu 5 tahun penuh. Dia mencurahkan segalanya demi dirimu. Di mata kami, sepertinya dirimu selamanya akan bersikap tak peduli. Tapi sebenarnya kamu tidak seperti itu, semuanya telah kamu lihat, maka dari itu, Steven, dari awal kamu sudah jatuh cinta padanya."

Kalimat terakhir adalah kalimat penegasan. Tidak ada bagian yang harus dipertanyakan.

Seluruh tubuh Steven kaku, dalam waktu yang lama dia tidak bicara.

Walaupun Max merasa Steven sudah mabuk, tetapi Steven memaksa untuk pulang sendiri.

Max melihatnya dengan khawatir, "Kamu yakin?"

Steven mengganguk pelan, "Yakin."

Max tidak punya pilihan, terpaksa hanya bisa melihat Steven masuk ke dalam mobil. Setelah mobil berjalan, Max beralih pergi.

Steven benar-benar mabuk. Dia mengendarai mobil sangat cepat, lalu membuka jendela mobil. Angin malam masih menyegarkan, bertiup cukup lama sampai membuatnya sedikit sadar.

Tanpa disadari, Steven menyetir sampai ke depan villa.

Mobilnya berhenti di gerbang villa. Dia menarik kunci mobil lalu menekan kata sandi untuk masuk ke dalam.

Dia menggeleng-gelengkan kepalanya pusing, agak limbung ketika melangkah. Begitu masuk dia langsung ke dalam kamar Novita.

Begitu Steven memencet stop kontak, ruangan menjadi terang.

Dia berjalan ke kamar bagian tengah dengan pikiran kosong. Mengangkat kepalanya sambil melihat seluruh ruangan. Setiap sudut ruangan tak lepas dari pandangannya.

Kamar ini sangat sederhana. Novita bukanlah orang yang suka akan kemewahan. Di luar barang wajib seperti tempat tidur, dan rak buku, hampir tidak ada hiasan lainnya .

Steven berjalan perlahan-lahan ke samping ranjang Novita. Dia ragu untuk duduk, sekilas merasa sangat dingin.

Steven mengambil selimut putih milik Novita lalu menyentuhnya. Benda ini adalah selimut yang menutupinya ketika tidur.....

Steven seperti gila. Dia melepas sepatunya, lalu langsung tidur di atas ranjang milik Novita. Selimut putih dengan ketat menutupi seluruh tubuhnya. Steven tidak menyalakan pendingin ruangan, ruangan ini awalnya memang sudah terasa sangat panas.

Tak lama kemudian, tubuh Steven dipenuhi oleh keringat, tetapi dia tetap tidak melepaskan selimut itu.

Steven menutup matanya sambil bernapas dengan kuat. Mungkin seperti menyerap napas Novita yang pernah ada di kamar ini.

Ketika membuka mata, tiba-tiba Steven menyadari ada benda berkilauan di atas kepala tempat tidur.

Mata Steven bersinar. Lalu dia mengambil benda tersebut. Ketika benda itu sudah di tangannya, perasaannya semakin bertambah rumit.

Kedua jari tangannya menyentuh dengan lembut cincin kecil tersebut. Benda ini adalah cincin pernikahan mereka.....

Steven tidak pernah memakainya bahkan setelah pesta pernikahan selesai, dia tidak tahu dibuang kemana cincin pernikahannya tersebut. Tetapi Novita selalu seperti menganggap cincin itu kesayangannya, setiap hari selalu dia pakai.

Novita beberapa kali bertanya secara langsung maupun tidak langsung mengapa Steven tidak membawa cincin pernikahan mereka, semuanya dijawab oleh Steven dengan asal-asalan atau dengan menipunya.

Kemudian, Novita tidak bertanya lagi. Tetapi Novita masih memakainya setiap hari.

Cincin pun dilepaskannya. Novita, kelihatannya semuanya benar-benar kamu lepaskan....

Steven mengambil cincin kecil sederhana itu lalu diletakkannya di telapak tangannya yang kosong, kemudian menatapnya.

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu