Air Mata Cinta - Bab 3 Cium Dia
“Ada apa? Presiden direktur kita Steven begitu gelisah.” Di dalam kantornya didekor dengan model kerajaan Inggris, Max menyilangkan kakinya dan duduk di sofa kulit warna cokelat tempat para tamu duduk, sudut bibirnya tergantung sebuah senyuman menggoda.
Steven duduk di depan meja kantor tidak mempedulikannya, memijat mijat dahinya, tangannya masih di atas keyboard melanjutkan mengetik.
Max terus menerus menggodanya, dia berjalan mendekatinya dan bersandar di meja kantornya, kedua bola matanya membawa sebuah kegenitan.
“Kenapa sekali pulang ekspresimu seperti orang yang kehilangan nyawa, kenapa? Kemarin di atas ranjang terlalu mengeluarkan tenaga ya?”
Max dengan bercanda memandang Steven, mereka berdua dari kecil selalu bersama, beberapa waktu yang lalu karena Max ada masalah dengan ayahnya sehingga membuat hubungan keduanya menjadi retak, mulai dari awal tahun dia menumpang di tempat Steven, Steven pun memberikannya sebuah pekerjaan yang lumayan santai di perusahaannya.
Dia mengucapkan kata-kata ini hanya untuk membuat jengkel Steven, mereka beberapa orang yang dekat dengan Steven siapa yang tidak tau bahwa Steven menikahi Novita karena terpaksa.
Steven mengangkat kepalanya dan dengan tatapan yang dingin menatapnya.
Max dengan penuh kesadaran langsung melambaikan tangannya, kembali berbaring di atas sofa, “Tapi, istrimu itu sebenarnya lumayan baik, tidak peduli bagaimana kamu memperlakukannya, dia tetap menyukaimu.”
Steven menggerakkan tangannya, tiba-tiba dia teringat perkataan wanita itu pagi tadi, dalam hatinya tetap saja senyuman sinis.
Betul, wanita itu menyukainya bahkan sangat menyukainya, sekarang dia bilang asalkan punya anak untuknya, dia akan meninggalkannya.
Apabila anak ini lahir, seumur hidupnya tidak mungkin bisa lepas dari Novita.
Setelah selesai kerja pulang ke rumah, Steven berpikir-pikir, tidak langsung mengemudi pulang ke villa, akan tetapi memanggil Max dan juga beberapa teman pergi ke bar tempat mereka biasa pergi, Bar 88.
Setelah minum beer tiga kali, dia sudah sedikit-sedikit mabuk, tangannya memegang segelas vodka untuk waktu yang lama tanpa meminumnya.
Max tingkat alkoholnya tidak terlalu bagus, dia sudah mabuk dari awal, dengan sekuat tenaga dia menepuk pundak Steven.
“Minum, lanjutkan minum!”
Beberapa orang yang lain juga sudah tidak sadarkan diri lagi, sehingga mulai berbicara dengan sembarangan.
“Dengar-dengar Wendy pergi kuliah ke Italia dan mulai genit dengan beberapa gadis, dia akhirnya bisa merasakan kesenangan.”
“Jangan sembarang berkata, dia pergi ke Italia untuk siapa kamu tidak tau kah, wanita itu di Melbourne.”
“Steven telah menikah 5 tahun, Wendy tidak akan takut.”
...................
Steven tidak tau sedang memikirkan apa, tatapannya sangat dalam, dia mengambil segelas beer dan meminumnya habis.
Saat dia pulang ke villa, hari sudah sangat larut.
Di luar angin berhembus dengan kencang, akan tetapi villa penuh dengan cahaya, Novita duduk di sofa menunggu kepulangan Steven. Selalu seperti itu, asalkan Steven pulang ke kota C, tidak peduli seberapa malam, Novita selalu menunggu kepulangan Steven.
Steven dengan tubuh yang kedinginan mendorong pintu dan masuk ke dalam, wajahnya merah, orang sekali melihatnya sudah tau bahwa dia minum banyak beer.
Apalagi hari ini sepertinya dia mabuk lebih berat dibandingkan kemarin, karena saat Novita medekatinya dan memapahnya, dia tidak mendorongnya.
Novita menggunakan sekuat tenaganya memapah Steven kembali ke dalam kamarnya.
“Setiap kali kalau belum mabuk pasti tidak mau pulang, benar-benar menganggap tempatku ini sebagai hotel, iyakan?”
Novita berdiri di pinggir tempat tidur, matanya menyimpan air mata, dia menatap pria yang tidak sadar sedang terbaring di atas kasur itu, Steven tidak pernah dalam keadaan sadar masuk ke dalam villa ini.
Akan tetapi Novita tidak pernah berkata apapun, Steven mabuk, Novita hanya diam-diam membuatkannya sup penawar alkohol, memapahnya untuk istirahat. Pagi harinya, Steven diam-diam pergi meninggalkannya, seperti tidak pernah datang ke tempat ini.
5 tahun, selalu seperti itu.
Akan tetapi hari ini......
Novita dengan tatapan terkulai menatap Steven yang sedang tertidur, dia tau Steven belum tertidur, hanya saja sudah mabuk tapi Steven sama sekali tidak mau memandangnya sekilas.
Dia berlutut, tangannya memegang ujung tempat tidur, wajah kecilnya memandang lebih dekat mata Steven yang tertutup rapat dan juga bulu matanya yang agak melengkung.
Tatapan matanya seperti terobsesi, dia tanpa sadar mengulurkan tangannya, pelan-pelan memegang wajah Steven, kemungkinan besar karena minum terlau banyak beer, sehingga membuatnya sedikit hangat.
Ketika dia mencium bibir Steven yang tipis, Novita ingin mengurungkan niatnya akan tetapi sudah terlambat, dua bibir yang sedikit dingin telah menempel menjadi satu.
Akan tetapi Steven, tiba-tiba dalam sekejap membuka matanya, saat dia membuka matanya dan melihat, tatapan matanya adalah tatapan menolak Novita.
Novel Terkait
Get Back To You
LexyTen Years
VivianUnlimited Love
Ester GohThe Richest man
AfradenLove In Sunset
ElinaAsisten Bos Cantik
Boris DreyAir Mata Cinta×
- Bab 1 Seberapa Pantaskah Dirimu?
- Bab 2 Beri Aku Seorang Anak
- Bab 3 Cium Dia
- Bab 4 Pembalasan
- Bab 5 Benci Hingga Ingin Kamu Meninggal
- Bab 6 Bunuh Diri Dengan Mengemudi
- Bab 7 SURAT PERCERAIAN
- Bab 8 Mengikuti
- Bab 9 Telah Menghilang
- Bab 10 Orang Jahat Berumur Panjang
- Bab 11 Di Dalam Hatinya Sudah Ada Orang Lain
- Bab 12 Kamu Lagi-Lagi Dibohonginya
- Bab 13 Buku Harian
- Bab 14 Tidak Mencintainya Lagi!
- Bab 15 Mengejar Orang
- Bab 16 Krisis Perusahaan Novita
- Bab 17 Steven Telah Gila
- Bab 18 Novita Telah Mati
- Bab 19 Bantu Aku Selidiki
- Bab 20 Kamu Menyesal?
- Bab 21 Pemakaman
- Bab 22 Kamu Lebih Kejam Dariku
- Bab 23 Dari Awal Sudah Jatuh Cinta
- Bab 24 Pergi ke Inggris
- Bab 25 Menebus Kesalahan
- Bab 26 Penipuan
- Bab 27 Rasa Yang Familier
- Bab 28 Kalau masih hidup…….
- Bab 29 Mengontrol Seseorang
- Bab 30 Telah Kembali
- Bab 31 Jangan Melepaskannya
- Bab 32 Melunasi Dengan Hidupnya
- Bab 33 Menyalakan Kembali Harapan
- Bab 34 Susah Untuk Menghindari Pencuri Yang Ada Di Rumah
- Bab 35 Menculiknya di Tengah Jalan
- Bab 36 Lelucon Terbesar
- Bab 37 Dia Tidak Pantas Mendapatkannya!
- Bab 38 Membawa Gelar Seorang Istri
- Bab 39 Membuatnya Mati Lagi
- Bab 40 Merasa Dia Adalah Miliknya
- Bab 41 Tujuan
- Bab 42 Keluarkan Amarah
- Bab 43 Dikunci Selamanya
- Bab 44 Strategi Yohanes
- Bab 45 Pukul Dia Sampai Mati
- Bab 46 Nyonya Besar
- Bab 47 Syarat
- Bab 48 Aku Merasa Kamu Menjijikkan
- Bab 49 Tidak Akan Bertemu Lagi
- Bab 50 Yang Dia Tunggu Bukanlah Aku
- Bab 51 Kebeneran
- Bab 52 Bertemu Lagi Dengan “GADIS”
- Bab 53 Melawati Begitu Saja
- Bab 54 Mengakui Kesalahan Didepan Umum
- Bab 55 Kembali Bersamaku
- Bab 56 Diculik
- Bab 57 Mengungkap Identitas
- Bab 58 Menghalang Tembakan
- Bab 59 Cintaku
- Bab 60 Puncak Akhir