Air Mata Cinta - Bab 5 Benci Hingga Ingin Kamu Meninggal
Novita terkejut, tanpa sadar dia ingin memuntahkannya, akan tetapi setelah Steven menyumpalkan obat itu, tangannya menutup erat-erat bibir Novita.
Dia berjuang mati-matian, air matanya tersimpan dalam matanya. Dia ingin menyingkirkan tangan Steven, akan tetapi sia-sia.
Sampai Steven melihat dengan mata kepalanya sendiri Novita menelan obat itu, dia akhirnya melepaskannya. Dengan rasa jijik, dia menarik beberapa lembar tisu dan mengelap tangannya, seperti baru saja menyentuh barang yang kotor, sama sekali tidak peduli Novita yang saat itu sangat kecewa.
Novita menundukkan kepalanya dan dengan tersengal-sengal menghembuskan nafas, detak jantungnya terus menerus berdetak, air matanya tak tertahankan mengalir keluar, “Obat kontrasepsi?”
Melihat ekspresi Novita yang tidak percaya, Steven sepertinya sangat senang : “Kenapa? Benar-benar mengira aku akan memberikan kesempatan hamil untukmu? Tidak usah mimpi kamu, Novita, aku kasih tau kamu, di dalam kamarku ini selalu terletak sekardus obat kontrasepsi, hanya untuk mencegahku suatu hari nanti aku berbuat suatu hal yang membuatku menyesal.”
Air mata Novita mengalir hingga ke lehernya, disana terdapat luka bekas gigitan Steven, seperti garam yang ditaburkan ke atas luka, sakit sampai membuat dia menutup matanya.
Suara yang awalnya manja semuanya berubah menjadi suara yang sangat tertekan, “Ternyata kamu jijik denganku, sampai sedalam ini kah?”
Perkataan Steven tidak terdapat sedikitpun perasaan : “Apa itu jijik? Novita, aku benci kamu, benci sampai ingin kamu cepat meninggal!”
Setelah itu, Steven memutar badannya dan menuju ke kamar mandi.
Dengan tubuh yang menggigil dia beranjak dari atas kasur, mencari sepotong pakaian yang dapat dikenakan tubuhnya di lantai. Dia tergila-gila menatap kardus obat kontrasepsi yang diletakkan di lemari kecil samping bantal, tangannya membelai perutnya yang kecil.
Dia benar-benar bodoh, Steven begitu membencinya, bagaimana mungkin Steven membiarkannya hamil.
Akan tetapi, kenapa Steven begitu membencinya? Apakah karena dulu ayahnya mengancam ibu Steven, sehingga membuatnya terpaksa menikahinya?
Steven, kamu ingin aku katakan berapa kali baru kamu akan percaya, itu bukan maksudku, ibumu, mau bagaimanapun, aku pasti akan menolongnya lah.
Setelah selesai mandi, Steven keluar dan langsung pergi, peraturannya adalah dia tidak akan datang ke villa dalam keadaan yang sadar.
Saat dia pergi, Novita menatap jam dinding.
Jam 3 dini hari.
Dia pergi dengan keadaan yang bersih dan rapi, tanpa ada keraguan sedikitpun, bahkan tidak ada menolehkan kepalanya untuk menatap Novita sekilas, malah membanting pintu dan keluar.
Sedangkan Novita masih tetap pada posisi yang sama sampai hari mulai terang, kakinya kesemutan sampai tidak dapat berjalan, seluruh badannya nyeri, matanya bengkak, dalam otaknya sudah sejak dari awal berantakan.
Sampai sinar matahari masuk melewati tirai jendela, menusuk ke tubuhnya.
Tangan Novita akhirnya mulai bergerak, kemudian tidak tau dari mana asalnya sebuah telepon berdering, tidak berhenti untuk waktu yang lama.
Dia memegang ranjang dan bangkit, dia mengeluarkan tangannya dan mencari-cari di tumpukan selimut yang berantakan, tidak lama dia menyentuh hp yang masih bergetar.
Tanpa melihat tampilan yang ada di layar hp, Novita tanpa ekspresi langsung mengangkat telepon itu.
Dia tidak mengeluarkan suara, di seberang sana suara seorang perempuan yang tak dikenal, tanpa sengaja terdengar menyenangkan dan terasa ringan.
Tidak tau selang berapa lama, wajah Novita berubah menjadi pucat sampai tidak tau bagaimana menjelaskannya, dia seperti seseorang yang telah diambil nyawanya.
“Plak!” Hp terjatuh dari tangannya, dengan keras jatuh ke atas lantai.
Dia seperti orang gila berlari menuju keluar.
Sekretaris Steven tidak mengerti seorang istri direktur ini mengapa hari ini begitu mendesak ingin bertemu Steven.
Tapi dia hanya bisa dengan seberkas senyuman meminta maaf : “Nyonya, Direktur Steven hari ini benar-benar sudah pergi ke Melbourne, dia setiap 2-3 bulan sekali pasti pergi ke Melbourne, apakah anda tidak tau?”
Novita merasakan seperti terkena sambaran petir, bahkan untuk bergerak pun dia tidak dapat bergerak, Melbourne.....
Dia pergi ke Melbourne!
Setiap tahun pergi, apakah pergi menengoknya?
Kenapa, kenapa, Steven, kenapa kamu tidak memberitahuku?
Membiarkanku seperti orang gila yang terpana pada perasaannku sendiri, kamu begitu sadar, kenapa kamu tidak menarikku? Kenapa kamu tidak memberitahuku kebenaran tentang masalah ini? Kenapa kamu membiarkanku merasa suatu hari nanti aku bisa membuatmu mencintaiku!
Novel Terkait
Hidden Son-in-Law
Andy LeeMy Charming Lady Boss
AndikaBeautiful Lady
ElsaDewa Perang Greget
Budi MaCinta Yang Dalam
Kim YongyiMy Cold Wedding
MevitaAir Mata Cinta×
- Bab 1 Seberapa Pantaskah Dirimu?
- Bab 2 Beri Aku Seorang Anak
- Bab 3 Cium Dia
- Bab 4 Pembalasan
- Bab 5 Benci Hingga Ingin Kamu Meninggal
- Bab 6 Bunuh Diri Dengan Mengemudi
- Bab 7 SURAT PERCERAIAN
- Bab 8 Mengikuti
- Bab 9 Telah Menghilang
- Bab 10 Orang Jahat Berumur Panjang
- Bab 11 Di Dalam Hatinya Sudah Ada Orang Lain
- Bab 12 Kamu Lagi-Lagi Dibohonginya
- Bab 13 Buku Harian
- Bab 14 Tidak Mencintainya Lagi!
- Bab 15 Mengejar Orang
- Bab 16 Krisis Perusahaan Novita
- Bab 17 Steven Telah Gila
- Bab 18 Novita Telah Mati
- Bab 19 Bantu Aku Selidiki
- Bab 20 Kamu Menyesal?
- Bab 21 Pemakaman
- Bab 22 Kamu Lebih Kejam Dariku
- Bab 23 Dari Awal Sudah Jatuh Cinta
- Bab 24 Pergi ke Inggris
- Bab 25 Menebus Kesalahan
- Bab 26 Penipuan
- Bab 27 Rasa Yang Familier
- Bab 28 Kalau masih hidup…….
- Bab 29 Mengontrol Seseorang
- Bab 30 Telah Kembali
- Bab 31 Jangan Melepaskannya
- Bab 32 Melunasi Dengan Hidupnya
- Bab 33 Menyalakan Kembali Harapan
- Bab 34 Susah Untuk Menghindari Pencuri Yang Ada Di Rumah
- Bab 35 Menculiknya di Tengah Jalan
- Bab 36 Lelucon Terbesar
- Bab 37 Dia Tidak Pantas Mendapatkannya!
- Bab 38 Membawa Gelar Seorang Istri
- Bab 39 Membuatnya Mati Lagi
- Bab 40 Merasa Dia Adalah Miliknya
- Bab 41 Tujuan
- Bab 42 Keluarkan Amarah
- Bab 43 Dikunci Selamanya
- Bab 44 Strategi Yohanes
- Bab 45 Pukul Dia Sampai Mati
- Bab 46 Nyonya Besar
- Bab 47 Syarat
- Bab 48 Aku Merasa Kamu Menjijikkan
- Bab 49 Tidak Akan Bertemu Lagi
- Bab 50 Yang Dia Tunggu Bukanlah Aku
- Bab 51 Kebeneran
- Bab 52 Bertemu Lagi Dengan “GADIS”
- Bab 53 Melawati Begitu Saja
- Bab 54 Mengakui Kesalahan Didepan Umum
- Bab 55 Kembali Bersamaku
- Bab 56 Diculik
- Bab 57 Mengungkap Identitas
- Bab 58 Menghalang Tembakan
- Bab 59 Cintaku
- Bab 60 Puncak Akhir