Air Mata Cinta - Bab 22 Kamu Lebih Kejam Dariku

Matahari di bulan agustus sangat kejam, panasnya udara membuat orang tidak mampu untuk mengabaikannya. Di pemakaman umum pinggiran kota, sejauh mata memandang, hanya terlihat kegelapan. Tak peduli berapa banyak matahari menyinari tidak bisa membuat tempat ini berubah menjadi lebih terang.

Di sini sangat sunyi, hampir tidak ada orang yang datang. Dari beberapa batu nisan yang ada di sini, hanya ada 1 orang yang berdiri di depan nisan seseorang.

Sejak berdiri di sini, kedua pupil mata hitam Steven menatap foto hitam putih di atas batu nisan itu.

Di dalamnya terdapat foto gadis muda yang cantik, senyumnya lebih gembira dari biasanya.

Sambil melihat-lihat, tanpa alasan dari hatinya tumbuh perasaan asing. Sudah berapa lama tidak bertemu?

Hanya 1 bulan lebih. Rekor tertingginya adalah 6 bulan tidak kembali ke villa. Waktu yang pendek, hanya 1 bulan, tidak cukup untuk membuatnya menjadi asing.

Jadi kenapa?

Ekspresi senyum bersinar gadis itu bahkan di foto hitam putih, tidak bisa menutupi cantik gadis itu. Foto ini pasti diambil saat dibangku perkuliahan, kan?

Steven terpikir, benar, senyum!

Ketika Novita sedang bersamanya, sudah berapa lama dia tidak tersenyum?

Steven melihatnya sama seperti orang yang terobsesi. Dari kejauhan di bawah pohon tua Max menunggunya. Max melihatnya naik ke atas, langsung duduk berjongkok di sebelah batu nisan dengan tatapan kosong.

Max berpikir, setelah Steven melihat nisan Novita, Steven akan lebih ceria dari sebelumnya. Anggap saja Steven membongkar makam Novita untuk melihat apakah benar Novita dimakamkan di sini. Max percaya, hal tersebut bisa Steven lakukan.

Bagaimanapun kegilaan Steven, tidak pernah dipedulikannya.

Tetapi Steven tidak, diamnya tidak seperti biasanya. Seperti ketika datang ke tempat ini, dia sudah bisa menerima kenyataan.

Steven duduk di pemakaman umum sangat lama, seperti selamanya akan duduk di sana. Mulai matahari terbit dari timur lalu terbenam di barat, mulai dari langit yang dari kejauhan tidak ada awan sampai dipenuhi dengan cahaya senja sore, dari awal sampai akhir Steven tetap duduk di samping batu nisan Novita.

Max pikir Steven selalu duduk dalam diam. Sampai hari mulai gelap, ketika Max menghampirinya, Max mendengar suara bisikan Steven.

"Novita, jika membandingkan tentang kejam, aku masih tidak bisa dibandingkan denganmu.   "

Max yang selalu menyombongkan diri, bahkan perasaannya juga ikut menjadi berat, "Steven, hari sudah mau gelap. Cepat kita pergi."

"Pergi?" Steven mendongakkan kepalanya sambil menolak. Ujung bibirnya tertarik membentuk senyum keputus-asaan. "Benar, akhirnya wanita egois dan kejam ini pergi. Aku menantikannya 5 tahun, akhirnya dia pergi!"

Suaranya agak terisak ketika bicara sampai akhir.

Max menghampiri Steven, memegang bahunya membantu pria itu berdiri: "Steven! Kamu harus semangat sedikit! Dia itu Novita, bukan Gadis. Dia itu Novita yang kamu benci selama 5 tahun!"

Tak apa jika ingin berkata dirinya kejam atau tak punya hati. Novita sudah mati. Max tidak ingin melihat penampilan Steven memburuk lagi.

Steven bangkit sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak tahu kepada siapa dia menganggukan kepalanya: "Benar, benar sekali! Dia adalah Novita, Dia adalah Novita! Novita akhirnya mati, akhirnya dia mati!"

Steven bicara sambil menarik baju Max, pergi meninggalkan tempat ini, "Ayo pergi. Temani aku minum."

……

Kami masih sama seperti yang dulu, berpesta dan bersuka ria. Musik rock yang gaduh sangat menyakiti telinga.

"Tegukan ini, untuk merayakan kebebasanku."

Steven menyodorkan gelas wine miliknya, lalu menatap Max.

Melihat wajah Max yang tanpa ekspresi, lalu Steven mengambil gelas wine nya sendiri dan menabrakan gelasnya ke gelas milik Max, "Satu bulan sebelumnya kamu sudah kembali menjadi lajang."

Steven seperti tidak mendengar. Dia mengangkat kepalanya dan meminum wine nya dalam satu tegukan lalu kembali mengambil segelas, "Tegukan ini, untuk mengucapkan selamat pada diriku karena tidak akan bertemu wanita itu lagi!"

Gelas sebelumnya milik Max sama sekali belum diminum, Max menatap Steven dengan dingin: "Steven, apa kau tahu apa yang sekarang kau lakukan?"

Steven tidak mengacuhkannya, minum seteguk lagi, lalu kembali mengambil gelas wine lainnya.

"Tegukan ini, aku berharap di hidupku tidak ada Novita dan berjalan dengan lancar!"

Kali ini dia tidak menunggu Max untuk bicara. Steven mengangkat kepalanya lagi lalu meminum wine sampai habis.

Berulang-ulang seperti ini, sampai sepuluh kali lebih. Akhirnya Steven mendirikan tangannya dan berpegangan pada meja bar. Merayakannya hampir seharian. Tetapi Max merasa tidak ada sedikitpun kebahagiaan yang muncul di wajah Steven.

Dari kecil sampai besar, Steven selamanya adalah temannya yang paling diam, paling sabar, paling tenang. Dirinya paling mudah merasa gembira, perasaannya terbuka. Sekarang mereka berdua bagaimana bisa saling bertukar?

"Kenapa tidak minum? Kamu masih ada hal penting yang belum kamu rayakan."

Steven menempelkan wajahnya di atas meja bar, rasa dingin membuatnya nyaman. Dia sedikit mabuk. Mendengar Max bicara seperti itu, Steven tidak tahan untuk tidak bertanya: "Apa?"

Max berkata: "Merayakan karena kamu telah memahami isi hatimu."

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu