Air Mata Cinta - Bab 26 Penipuan

Pada akhirnya Steven hanya menjawab: “Oh.”

Alis Max mulai terangkat.

Steven tampaknya setelah menetap di Inggris selama setahun benar-benar telah mengubah sifatnya menjadi kaku dan dingin, setenang ini…… di detik selanjutnya Max menghela napas sejenak.

“Beritahu Yohanes, ia menginginkan perusahaan ayah Novita. Asalkan aku telah tiada, tidak peduli perusahaannya ataupun Novita, ia pun mau, ambilah. Entah saat malam hari ia bermimpi atau entah menunggu di kehidupan yang akan datang!

Max: “……”

Steven merasa dirinya tak cukup, sehingga menambahkan sepatah dua patah kata lagi: “dan lagi, beritahu dia, aku dengan Novita tidak bercerai, surat keterangan perceraian telah kurobek, tak pernah pergi ke biro urusan sipil untuk mengurusnya, Novita dari awal hingga akhir akan tetap menjadi istriku.”

“……”

Max diam-diam telah mengagumi, tidak mengkhawatirkan Steven, tertawa: “sudah tahu, namun, kamu sebenarnya berencana kapan untuk pulang? Benar-benar berencana untuk menetap di Inggris selamanya?”

Steven terdiam sejenak, lalu menjawab: “lihat nanti, aku telah bersiap-siap untuk meninggalkan London.”

Max tidak berkata-kata lagi, ia tahu Steven berkata seperti ini berarti dalam beberapa tahun ini tidak ada rencana untuk kembali.

Ia menghela napas, membangkitkan semangat lalu berkata: “baiklah, kamu menetaplah di Inggris dengan tenang, biarkan aku yang menggantikanmu untuk menjaga perusahaan ini”

Senyuman Steven terlepas begitu saja, sebenarnya dia sangat berterimakasih kepada Max.

“Max, terimakasih.”

Terdengar sebuah suara terkejut “wow”, “Steven, kamu hanya menetap di Inggris selama setahun namun kenapa berubah menjadi semenjijikkan ini?”

Lalu nada bicaranya tiba-tiba berubah menjadi tinggi, bertanya dengan riang: “ya juga, namun pada akhirnya tetap Inggris, Steven, setelah kamu kembali aku harus menjagamu baik-baik, aku adalah seorang laki-laki yang kuat!”

Steven berhenti tersenyum. Dia dengan Max hanya bisa bertahan tidak lebih dari tiga menit untuk serius.

Kota C.

Pukul sembilan malam, di acara pesta meriah besar, Max duduk di pojok, tangannya membawa gelas sulang tinggi yang rusak, di dalamnya terisi oleh arak merah, dengan rasa sedih memandang sekitar.

Sepasang mata memandangi tubuh setiap wanita, saat malam hari berbisik, “pesta yang hancur apa, kualitas wanita cantik dari hari ke hari semakin menurun.”

Lalu meletakkan gelas arak yang digenggam di tangannya, memutarkan badan lalu pergi meninggalkan.

“Kamu bertindak seenak hati seperti ini, apakah pernah menanyakan pendapatku?” sebuah suara perempuan yang mengamuk.

Ujung koridor adalah sudut yang tersembunyi dan cocok untuk berdiskusi.

Di depan wanita tersebut berdirilah seorang pria yang berpostur badan tinggi dan gagah. Meskipun sang wanita tampak marah, namun sang pria tersebut malah tidak membujuknya: “aku hanya mengerjakan apa yang ku anggap benar.”

“Apa yang kamu anggap benar apakah pasti benar? Kamu bertindak seperti ini, sama saja dengan menipu. Ini sangat menyakitkan, kamu dengannya memiliki perbedaan apa!”

Kata-kata yang dilontarkan wanita tersebut agak terdengar menyakitkan, ternyata, sang pria setelah mendengarnya, sorot matanya langsung begitu saja berubah menjadi penuh dengan amarah, “jangan bandingkan aku dengannya.”

Max baru saja keluar. Ini adalah baru pertama kalinya dia datang ke tempat ini. Dia mencari-cari toilet namun tidak menemukannya.

Tedengar suara kaki sedang berjalan di koridor yang agak sedikit familiar, dia berjalan dengan pelan-pelan. Sekali berbalik arah, tatapannya kebetulan melihat dua orang di depannya.

"Clara ... Yohanes? Apa yang kalian lakukan disini?”

Melihat Max, ekspresi Yohanes langsung berubah menjadi lebih diam, dan Clara pun tidak jauh lebih baik, bahkan di mata, juga tersirat perasaan bersalah. Yohanes berkata “tidak ada masalah”, sembari mengisyaratkan Clara untuk jalan terlebih dahulu. Setelah Clara memahaminya, dia segera menghindari tatapan Max dan meninggalkan koridor.

Max tampak curiga pada keduanya. "Apa yang baru saja kamu katakan, penipuan apa?”

Lebih jelasnya telah membicarakan apa, Max juga tidak mendengarkan dengan jelas, tetapi ketika dia mengatakan kata "penipuan", mata Yohanes sedikit berkedip, dan kemudian dia memegangi wajah,

"Kamu salah mendengar."

Max telah minum banyak arak, sebenarnya dia merasa agak sedikit pusing, tetapi ketika dia melihat reaksi bersalah Clara dan Yohanes, tiba-tiba terlintas beberapa pemikiran di otaknya.

Kemudian dengan keras berkata: "Yohanes adalah seseorang yang aneh!"

Aksinya yang penuh dengan amarah membuat Yohanes merasa tidak tenang, matanya tersirat penuh dendam.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu