Untouchable Love - Bab 8 Mempertahankan atau Melepas

——KONTRAK——

Teringat ibu dan adiknya, dan orang-orang penagih hutang yang sangat bengis itu, Elsa pun menahan rasa malu yang kuat dalam dadanya, iapun membaca kontrak itu.

Isi di dalamnya, tak disangka semuanya mengekangnya, bahkan jika John telah berkeluarga dan memiliki anak, bahkan jika ia punya sebanyak apapun wanita di luar sana, dirinya hanya bisa memohon di sebelahnya dan meminta belas kasihan darinya seperti seekor anjing.

Setiap poin, setiap baris, berkumpul menjadi satu jilid, pasti bukanlah pemikiran tiba-tiba John.

Pria itu telah memperhitungkannya dari awal.

Hati Elsa hancur berkeping-keping, ia menghempaskan kontrak itu ke tubuh John.

"Ini semua adalah rencanamu kan? Kamu akan menikahi seorang wanita, dan setelah aku mengetahui semuanya, aku tidak mungkin meninggalkanmu, karena itu kau membuat keluarga Bai bangkrut, sejak awal kamu sudah yakin aku akan memohon padamu?!"

"Asalkan kamu tanda tangan, 400 juta akan segera kutransfer."

Elsa sangat marah, ia membalikkan tangan hendak menampar John, namun saat masih berada di udara tangannya dicengkram oleh John, John tertawa dingin dan berkata, "Tamparlah aku, tapi apakah kamu pernah berpikir akibatnya terhadap ibu dan adikmu?"

Bagaimana bisa ia... setega ini!

Mata Elsa sakit sekali, tetapi air matanya justru tak lagi mengalir.

Air matanya telah kering, pria ini, telah menghabiskan seluruh kesedihannya.

John, adalah seorang pembantai.

Elsa mencintainya dengan tulus tanpa pamrih, namun apa yang ia dapatkan malah penderitaan bagaikan ngengat yang melemparkan tubuhnya ke dalam api.

"Pergi, pergi kamu!" Tangan Elsa gemetar karena murka, penampilannya sekarang sangat tak enak dilihat, rambutnya yang panjang, terurai menjadi lembaran yang kusut, tenggorokannya yang serak membuatnya nampak lebih kacau, ia berteriak seperti orang gila, "John, kamu membuatku muak, lebih muak daripada menelan belatung."

"Sebelum aku kembali, tanda tanganilah kontrak ini." Ujar John, ia lalu mengenakan jasnya, membenarkan ikatan dasinya, kata-katanya dingin bagaikan es. "Kamu boleh menolak, tapi jangan lupa, keluargamu tidak bisa bertahan sampai besok."

"Pergi!"

John berjalan tanpa menoleh.

Elsa tetap berdiri di tempat asalnya, ia mengambil kontrak itu dari lantai, sekuat tenaga meremasnya menjadi segumpal bola, kemudian membantingnya keras-keras ke lantai.

Ia tertawa bagai orang gila, ia tertawa hingga air mata memenuhi kelopak matanya, ia merasa seluruh tulang di tubuhnya hancur, kebanggaanya, harga dirinya, semuanya seperti kontrak ini, telah dibuang tanpa perasaan.

John mendengar suara tawa Elsa, langkah kakinya sedikit terhenti.

Saat itu juga, ia seperti tak ada perasaan apapun, lanjut berjalan ke depan.

DI tengah kesakitan dan kesedihannya, Elsa merasakan hangat di antara kedua kakinya, saat ia menundukkan kepala, ia melihat warna merah yang menusuk mata, darah mengalir di sepanjang kakinya, mengalir berliku-liku di lantai.

Senyum di bibir Elsa semakin cerah, dengan ini, akhirnya ada satu hal yang membuatnya bisa melawan John.

Dengan susah payah ia melangkah, menunggu dokter memberinya keputusan terakhir. Ia sampai di rumah sakit sangat larut, setelah berbagai pemeriksaan selesai, hari sudah kembali terang.

Elsa yang terbaring di atas ranjang pasien wajahnya sepucat kertas putih.

"Untunglah, sangat beruntung, kalau kau terlambat ke rumah sakit setengah jam saja, anak ini bisa-bisa tidak terselamatkan." Dokter memberikan hasil pemeriksaan kepada Elsa. "Kau harus selalu memperhatikan tubuhmu yang dari awal memang sedikit lemah, kalau memungkinkan, periksalah di rumah sakit, pendarahan adalah tanda-tanda keguguran."

Elsa meletakkan tangannya secara perlahan di atas perut, pikirannya kacau.

"Bayinya... mengapa bisa selamat?"

"Apa yang Anda katakan? Orang lain berharap anaknya bisa selamat, tapi Anda...!" Dokter menceramahinya, "Lalu suami Anda, anak hampir saja tidak selamat, ia harusnya menemani Anda!"

Elsa menggigit bibir, matanya menggantung, ia berbicara dengan terbata-bata, "Aku tak punya suami... ia... ia sudah meninggal, selamanya tak akan menikah denganku."

Dokter melihat sorot mata Elsa, ia pun dipenuhi rasa iba.

"Pasangan Anda baru saja meninggal? Sungguh malang, tak heran Anda tidak menginginkan anak ini, tapi bagaimanapun anak ini selamat, jika Anda tak ingin mempertahankannya, anggap saja sebagai kenang-kenangan, memiliki anak itu tidak gampang!"

"Yah, terima kasih, dok"

Kalau bisa, Elsa ingin selamanya berada di rumah sakit, dengan begini ia tak perlu menghadapi segala kenyataan di luar sana.

Namun, ibu dan adiknya tak bisa menunggu.

Orang-orang yang setiap hari datang menagih hutang itu, lebih tak bisa menunggu lagi.

Setelah berbaring sejenak, Elsa menegakkan tubuh dan kembali ke apartemen.

Tak terpikir olehnya, saat dia naik, beberapa orang dengan hormat berdiri di depan pintu.

Asisten John berlaku sopan padanya, menunjuk satu orang pria dan satu orang wanita, dan berkata, "Nona Elsa, Tuan John merasa Nona hamil sangat tak mudah, secara khusus meminta kami merawat Anda, ini pembantu, Bibi Liu, dan ini penjaga keamanan, Paman Wong."

Wajah Elsa menunjukkan senyum sinis. "Kalian diperintahkan mengawasiku kan, tak usah bicara manis."

"Itu..." Asisten menjadi bingung, tidak berani berkata-kata.

Hati Elsa mendingin, ia masuk dan melemparkan kontrak kusut di atas meja kepada asisten.

"Sudah kutanda tangani, berikan pada John, minta dia secepatnya berikan uangnya kepadaku."

Asisten menggosok perlahan kontrak itu untuk mengurangi kekusutannya. "Akan saya sampaikan ke tuan, dan kalau sudah ia mengurusnya, asalkan ada waktu ia pasti akan datang."

Asisten bersama Bibi Liu dan Paman Wong, meninggalkan apartemen setelah menerima tugas-tugas sederhananya.

Elsa tetap dingin, ia tak mengatakan apapun pada mereka, hanya membalikkan badan dan masuk ke kamar.

Bibi Liu dan Paman Wong saling berpandangan, keduanya membagi tugas. Paman Wong pergi membeli sayur, Bibi Liu membersihkan apartemen.

Aroma antiseptik agak menusuk hidung.

Elsa menghirupnya sedikit, langsung menutup pintu.

Tok, tok, tok....

Pintu diketuk pelan, Elsa segera memasukkan obatnya ke dalam laci.

"Ada apa?"

Bibi Liu berdiri di depan pintu, dengan sedikit ragu bertanya, "Nona Elsa, sayurnya sudah dibeli, apa yang ingin Anda makan?"

"Apa saja boleh, kamu saja yang mengaturnya."

"Baik."

Rasa tegang Bibi Liu mereda, ternyata melayaninya tidak sesulit yang dipikirkan.

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu