Untouchable Love - Bab 19 Tidak Mau Sekolah

Tiga Tahun Kemudian

Di dalam ruang rapat mewah milik keluarga Lee, semua orang duduk rapi mendengar laporan kepala inspektur pasar minggu ini. Tapi baru saja inspektur bicara sepatah kata, tiba-tiba terdengar suara lembut anak kecil...

"Ayah, aku ingin pipis".

Mendengar celotehan klise manajer, Shella Lee pun mengantuk, tapi ia tak bisa tidur. Orang-orang sangat berisik seperti nyamuk berdengung di telinganya. Shella hanya bisa memasang wajah memelas, membuat John mau tak mau membawanya keluar.

John tampak begitu rapi mengenakan jas Armani, wajahnya tegas dan serius, namun ketika melihat putrinya, tatapan matanya berubah menjadi hangat dan penuh tawa.

Ia mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk putri kecilnya, dengan ringan membuka tangan mungilnya lalu membetulkan dasinya.

"Mau ditemani kakak sekretaris? "

Mendengar hal itu, Sekretaris pun langsung mendatangi mereka. "Putri Shella yang manis, kakak yang akan menemanimu ke kamar mandi, boleh kan? " kata sekretaris sambil tersenyum.

Shella menggigit ujung jarinya sambil mengangguk-anggukkan kepala.

Nona kecil yang begitu manis, dengan sepasang pipi tembam dan rambut kucir dua tampak amat lucu dan menggemaskan, apalagi ketika ia berbicara, suara lembut khas anak kecil membuatnya tampak lebih menggemaskan.

Tepat 3 tahun yang lalu, saat John dan putri keluarga Chu menikah, banyak rumor tak enak beredar yang mengatakan mereka pisah rumah, atau dijodohkan karena kepentingan bisnis.

Setelah John membawa putrinya ke kantor hampir setiap hari, rekan-rekan kerjanya pun mulai terbiasa, hanya saja masih tersisa rasa penasaran mengenai siapa ibu biologis Shella sebenarnya.

Ana Chu tak pernah terlihat mengandung atau berperut besar, apalagi melahirkan, maka tak mungkin jika ia memiliki anak sebesar ini.

Sebelumnya ada rumor bahwa John memiliki selingkuhan yang disembunyikan di suatu rumah dan tak pernah ditunjukkan kepada siapapun. Anak ini sangat mungkin dilahirkan oleh wanita itu, namun tidak ada yang pernah melihat wanita simpanan John tersebut. Rumor ini membuat Shella dianggap sebagai anak hasil hubungan gelap John dan wanita simpanannya.

Shella menatap sekilas sekretaris, bibirnya merengut, ia menarik-narik bagian bawah pakaian ayahnya. Wajah kecilnya yang hanya sebesar telapak tangan melihat ke arah John dengan tatapan memelas, "Ayah, aku... aku mau ayah yang menemaniku ke toilet. "

John selalu memanjakan Shella. Ia pun menyerah. Ditepuk-tepuknya kepala mungil Shella, lalu dilihatnya sejenak notulen rapat dan bertanya kepada kepala inspektur pasar, "Rapat masih ada berapa lama? "

Kepala inspektur melihat proyektor, "Paling lama 30 menit lagi."

John menggendong Shella dengan lembut. Ia berkata kepada sekretaris di sebelahnya, "Nanti tolong berikan laporannya padaku, lalu bawakan notulennya ke ruanganku, aku mau mengantar Shella ke toilet dulu. "

"Baik, Tuan Lee."

Shella yang baru berusia 3 tahun, tidak mengerti apa itu 'laporan', ia juga tak tahu hal apa yang telah diganggunya tadi. Shella berlari keluar dari toilet dan langsung meminta pelukan dari John. John berjongkok membetulkan pakaian Shella yang berantakan, lalu menggendongnya.

Baru beberapa langkah menuju ruang rapat, Shella kembali merengut, "Shella lapar", katanya.

Wajah John yang tanpa ekspresi tampak sedikit tersentak, dalam hati ia merasa geli. Bocah berusia 3 tahun ini rela melakukan segala cara demi membuat ayahnya menemani dia pergi. John melambai-lambaikan tangannya, jelas-jelas masih jauh dari jam makan siang.

John menyentuh hidung mungil Shella dengan gemas. Sesampainya di mall, John bukannya mengajak Shella makan, melainkan mengajaknya jalan-jalan santai. Sang anak tertarik melihat baju-baju aneka warna serta taman bermain anak sampai tak ingin keluar.

"Shella, jangan berlari, tali sepatumu hampir lepas!"

John menarik tangan Shella yang bandel, lalu dengan teliti mengikatkan tali sepatunya.

"Kamu sekarang sudah besar, besok pergi ke sekolah ya, bagaimana? "

"Tidak mau, tidak mau pergi!"

Wajah mungil Shella menegang, ia menatap serius ayahnya, wajah mereka berdua sama persis.

"Semua anak yang sudah beranjak dewasa harus pergi ke sekolah. Di sana ada banyak teman-teman, dan mainan juga, kalian bisa bermain bersama. Lalu ada ibu guru yang akan menceritakan banyak dongeng", ujar John dengan suara rendah yang kebapakan, suara yang tidak pernah ia miliki sebelumnya.

Demikian pun, beberapa tahun ini, temperamennya jauh lebih membaik daripada sebelumnya.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu