Untouchable Love - Bab 25 Dibenci oleh saudara

"Tidak mudah menghasilkan uang, buat apa kamu membeli semua ini?"

Ibu Bai menggelengkan kepalanya tak berdaya. Dia berbalik dan berjalan ke arah koridor. Ibu Bai, yang sudah berusia, merasa lelah ketika menaiki tangga. Elsa Bai yang melihat itu merasa sedih, dia berjalan beberapa langkah ke depan, mengulurkan tangannya dan berkata, "Bu, biarkan aku saja."

Ibu Bai meliriknya dan tidak menolak. Dia berjalan di depan Elsa Bai sampai ke pintu tempat tinggalnya sekarang. Karena harga rumah yang sangat tinggi, mereka tidak memiliki kemampuan untuk membeli rumah.

Tempat tinggalnya adalah rumah dengan dua kamar tidur satu ruang keluarga. Meskipun tidak besar, tapi jendelanya besar dan jernih, yang membuat rumah itu sangat terang dan hangat. Di ruang keluarga, ada foto hitam dan putih ayah yang digantung di tengah.

Ibu Bai pergi ke dapur untuk meletakkan sayur dan menuangkan segelas air untuk Elsa Bai. Charles mengatakan kepadanya bahwa Elsa Bai mengalami pendarahan setelah lahir dan nyawanya terancam. Bagaimanapun, Elsa Bai adalah darah dan daging yang ia lahirkan setelah sepuluh bulan mengandung, dia tidak mungkin tidak khawatir. Tetapi kematian Ayah Bai, adalah seperti duri yang sangat tajam, yang tidak berhenti menusuk hatinya.

Dia benar-benar tidak bisa memaafkannya, lalu meyakinkan dirinya untuk melihat putrinya yang sedang sekarat. Meskipun dia tahu bahwa Charles begitu peduli pada mereka, dan sebagian besar alasannya adalah karena Elsa Bai.

Kematian Ayah Elsa telah lama meninggalkan semua orang, dan dia tidak percaya pada niat baik yang tidak beralasan.

“Tiga tahun ini ... Di mana kamu?” Ibu Bai memandang Elsa Bai.

Elsa Bai mengangkat cangkir ditangannya, dan berbisik, "Aku pergi ke Jakarta. Aku awalnya ingin mencari pekerjaan, tetapi karena aku tidak punya pengalaman, dan tidak belajar apa pun di universitas. Lalu aku pun memutuskan untuk melanjutkan kuliah, setelah ini aku akan kembali untuk menyelesaikan proyek yang diberikan oleh instruktur. "

"Apakah kamu sudah bertemu orang yang tepat?"

“Tidak, aku merasa cukup baik tinggal seorang diri.” Elsa Bai menjawab sambil menyapu lantai ruangan itu, ruangan yang dikelilingi oleh bekas jejak-jejak kehidupan saudara laki-lakinya. Terlihat sepatu dan baju olahraga yang tampaknya sudah tua, tetapi buku-buku yang masih tampak baru.

Charles pernah berkata bahwa adiknya tidak suka membaca.

"Pasca sarjana juga baik," kata Ibu Bai: "Kamu seorang gadis, baik untukmu mencari pengetahuan lebih."

"Bu ..." Elsa Bai menatap Ibu Bai dengan mata merah dan mendesah, "Aku salah."

Dia benar-benar membenci niatnya saat itu.

"Jangan menangis kepadaku! Masa lalu telah berlalu, kita harus melihat ke depan!" kata Ibu Bai. Perkataannya terdengar tegas sekaligus menghibur. Aliran air mata Elsa lebih deras. Elsa Bai berpikir dia bisa menahan dirinya, dia teringat bahwa dia begitu bertekad untuk pergi saat itu, dan sekarang ...

"Bu, apakah aku masih boleh pulang?"

“Jika tidak pulang, ke mana kamu akan pergi?” Ibu Bai lanjut berkata: “Nanti ibu akan membereskan kamar, dan kamu akan tidur bersama ibu. Ketika adikmu kembali dari sekolah, jika ada yang tidak dia mengerti saat mengerjakan pekerjaan sekolah, kamu juga dapat membantunya. "

"Bu ... terima kasih."

Ketika Ibu Bai berbalik badan, dia mengendap-endap matanya dan pergi ke dapur untuk menyiapkan piring. Elsa Bai ingin membantunya, tetapi dihentikan oleh Ibu Bai: "Kamu tidak perlu membantu, dapur sangat kecil!" ”

Elsa Bai yang tak berdaya, hanya berdiri di pintu dapur dan memandangi ibunya.

Terlepas dari apakah sang ibu benar-benar menghiraukan perasaannya dan memilih untuk membiarkannya pulang, atau menekan perasaannya untuk mengabaikan masa lalu yang menyakitkan itu. Elsa Bai tahu bahwa kematian ayahnya adalah celah antara dirinya dan ibunya yang tidak dapat ia atasi dalam hidupnya.

Ketika adik lelakinya pulang, langit sudah gelap.

Dia baru berusia dua belas atau tiga belas tahun. Tetapi tidak tahu siapa yang mempengaruhinya, telinganya penuh dengan anting-anting. Adik laki-lakinya terlihat sedikit bersemangat saat melihat Elsa Bai, tetapi matanya juga mengandung emosi yang sangat rumit.

Dia membencinya.

Elsa Bai, dibenci oleh adiknya sendiri.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu