Siswi Yang Lembut - Bab 8 Basah Kuyup
"Ini adalah……"
Kenzi terdiam, dia tidak bisa tidak menahan untuk memikirkan kejadian waktu musim gugur sepuluh tahun yang lalu ...
Di Swalayan Superindo, Kenzi mengenakan setelan itu dan berdiri di depan Yuna: "Oke ... apakah ini terlihat bagus?"
Dengan hati-hati Yuna merapikan lengan bajunya dan tersenyum.
"Seperti kata pepatah, orang bergantung pada pakaian, dan Agama bergantung pada persembahan, sangat tampan ..."
Kenzi secara alami senang dipuji, tetapi ketika dia melihat label harga jas itu, dia terkejut.
"Enam ... Enam puluh juta?"
"Ini ... ini terlalu mahal ... Yuna, aku bisa membeli online ..." Kenzi panik dan mulai melepas pakaiannya.
Tapi tanpa diketahuinya, Yuna datang ke kasir, menggesek kartunya untuk membayarnya.
"Ngomong-ngomong, tolong bantu aku untuk mencocokkan kemeja dan dasi yang cocok dengan setelan itu. Lima set gaya ..." kata Yuna kepada pramuniaga.
Kenzi ingin menghentikannya, tetapi percuma. Dan Yuna secara langsung membelikannya setelan formal senilai 60 juta, belum termasuk lima kemeja dan dasinya. Bagi Kenzi saat ini. Yuna bukan hanya seorang dewi, tetapi juga mesin uang yang harus dia miliki.
Dengannya, dia tidak perlu lagi menjalani kehidupan yang sederhana, dan pada saat yang sama, dia dapat menggunakan koneksi ayahnya untuk naik ke posisi professor. Kenzi berganti pakaian dan kembali dari lamunannya.
Tepat ketika dia membuka pintu untuk pergi, Mbok Inem bergegas.
"Profesor, mereka bilang akan datang dari Tokyo pada malam hari ... Bagaimana aku harus memberitahunya?"
Kenzi berhenti dan berbalik untuk melihat Mbok Inem: "Nanti malam?"
"Ya, mereka bilang ingin makan malam denganmu dan mereka ingin aku yang menyiapkannya."
"Baiklah, Mbok Inem, katakan saja pada ayah mertua dan ibu mertuaku bahwa ada sesuatu yang terjadi di sekolah, dan aku mungkin akan kembali lagi nanti, dan maaf kalau merepotkanmu karena harus membantuku untuk memberitahu mereka. "
Kenzi membuka pintu dan memikirkan sesuatu dalam kebingungan: "Oh, ya, Mbok Inem, jangan lupa kabari aku tentang istriku."
"Baik, jangan khawatir, Profesor."
Kenzi membuka pintu. Dia pergi mengendarai Audi A6 yang dibeli oleh Yuna untuknya dan menuju jalan Okuda. Setelah lampu lalu lintas terakhir, dia tanpa sadar meremas setir. Untuk beberapa alasan, Kenzi merasa gugup saat itu.
Untuk mengurangi rasa cemas, dan sekaligus untuk menghilangkan bau mulut yang mungkin timbul, dia mengunyah permen karet. Saat melewati lampu lalu lintas, dia tiba-tiba melihat Vania. Dia mengenakan gaun warna lavender hingga kebawah lutut yang menutupi tubuhnya yang montok, tetapi karena itulah dia tampak lebih menawan.
Kenzi menepi ke pinggir jalan, Vania tersenyum dan melambaikan tangan padanya, dan membuka pintu.
"Profesor, bolehkah aku masuk ke mobil?"
Senyumannya sungguh manis. Bahkan dari pintu mobil, Kenzi sudah bisa mencium aroma tubuhnya, yang membuatnya terpesona.
...
Dia menghidupkan kendaraan dan menuju ke bioskop. Vania duduk di samping dengan tenang, dan dengan lembut mengangkat rambut hitamnya. Gerakannya yang tidak terduga itu sangat menarik perhatian Kenzi.
Mobilnyapun dipenuhi oleh aroma parfum sabun mandi, yang rasanya lebih menggoda bila dibandingkan dengan parfum mahal manapun.
"Profesor?"
Suara Vania yang tidak terduga membuat Kenzi yang sedang melamun, kembali ke sadar.
"Iya?"
"Apa yang anda pikirkan?"
Kenzi menoleh. Meskipun Vania mengenakan rok panjang, tetapi dada besarnya terlihat jelas karena memakai sabuk pengaman. Untuk sesaat, nalurinya mencoba menguasai kembali otaknya. Dan jawabannya menjadi tidak jelas.
"Aku ... uh ... itu ... itu ..."
"Profesor, film itu berjudul ‘Romantic Love in a Sunny Day’. Itu adalah film romantis yang sangat populer, apakah anda ingin menontonnya?" Vania melipat tangannya dan menunggu.
"Oh ... ok ... ok ..."
Kenzi menanggapinya dengan sedikit canggung. Tapi dia tidak melihat senyuman yang terlintas di wajah Vania. Meski film ini tergolong panjang, masih banyak orang yang senang menontonnya.
Di antara keduanya, ada seember popcorn. Dia tidak mengerti apakah itu karena mereka merasa lapar, atau karena keduanya tertarik dengan film tersebut. Keduanya mengulurkan tangan untuk mengambil popcorn, dan secara kebetulan tangan keduanya tidak sengaja bersentuhan .
Tiba-tiba, bagai tersengat arus listrik, keduanya menjadi gemetar, dan tanpa sadar mereka menarik tangannya. Tetapi sebelum Kenzi menarik tangannya kembali, tangannya digenggam oleh tangan lembut Vania.
"Profesor……"
Matanya bening, seperti gelombang air yang mengalir. Pesona dari alis dan bibirnya yang merah, mengingatkan Kenzi dengan kejadian di kantor kemarin.
"Oh?! ……"
Vania tersenyum dan mencondongkan dirinya ke telinga Kenzi, dan berkata, "Kamu benar-benar seksi ..."
Pada saat itu, pipi Kenzi memerah. Baginya, itu merupakan pujian terbaik, karena dikatakan pria berusia empat puluhan itu seksi ...
"Apa?"
Meski bersemangat, Kenzi tetap berpura-pura tenang.
"Aku benci, sekarang lihat ini ..." Vania berkata dengan lembut, dan di saat yang sama pipinya juga memerah, dimana hal itu sangat menawan.
Dia meraih tangan kiri Kenzi dan meletakkannya di antara kedua kakinya, di bawah gaun ungu, dan tertutup oleh celana dalam.
Celana dalamnya basah kuyup.
"Sekarang, apakah kamu merasakannya? Karena keseksian anda, membuat orang tidak bisa mengendalikan diri ..."
Novel Terkait
Anak Sultan Super
Tristan XuDewa Perang Greget
Budi MaPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Istri Yang Sombong
JessicaCinta Yang Berpaling
NajokurataGet Back To You
LexySiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat