Siswi Yang Lembut - Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang

Matahari pagi bersinar melalui jendela ruangan. Di luar rumah, burung - burung berkicau dan cuacanya terasa sangat indah.

Yuna sedang duduk di kursi teras sambil meminum kopi dengan mengenakan gaun berwarna coklat muda yang justru semakin membuatnya tampak lebih menawan.

"Nyonya, sekarang sudah waktunya menyuntik profesor dengan obat, apakah dosisnya akan sedikit lebih rendah?"

"Sebaiknya tidak, Kenzi adalah orang dengan kemauan yang kuat, dosis yang tidak cukup akan membuatnya cepat tersadar, jadi Mbok Inem sebaiknya kamu memberinya 50cc setiap delapan jam, dan tolong siapkan suntikan nutrisi untuknya, aku tidak ingin dia turun berat badan karena itu. "

"Baik, saya mengerti."

Mbok Inem kembali ke kamar dan menyiapkan takaran yang perlu disuntikkan lalu pergi ke kamar tidur Kenzi. Dia memasukkan cairan itu ke dalam suntikan, membuang udaranya, dan bersiap untuk menyuntik Kenzi.

Namun, pena di saku dada Kenzi menarik perhatiannya. Dia ingat dengan jelas bahwa seharusnya tidak ada pena di situ tadi malam, lalu dia mengambil pena itu dan menyisihkannya. Tetapi tindakan sesaat ituah yang membuat semua persiapannya jadi sia-sia, karena Kenzi bangun saat dia berbalik.

Mbok Inem panik dan tanpa sadar segera mengambil suntikannya, tetapi tidak peduli apa pun yang akan dilakukannya, bagaimana mungkin dia yang sudah setua itu, bisa menandingi Kenzi?. Setelah melalui pertengkaran singkat, sebagai gantinya Kenzi berhasil menyuntiknya.

"Disuruh ... Profesor ... Aku hanya melakukan apa yang Nyonya perintahkan padaku ..."

Kenzi membawa Mbok Inem ke tempat tidur dan mengambil pulpen yang telah disisihkannya. Karena koma semalaman dan kesadarannya yang belum sepenuhnya pulih membuat dirinya seperti kelelahan.

Dia menekan pena di tangannya dan memutar rekaman tadi malam dan mendengar semua hal yang Yuna katakan.

"Aku tidak menduga kalau alat perekam berbentuk pulpen yang aku beli saat perjalanan bisnis beberapa waktu yang lalu di Amerika Serikat akan sangat berguna ..."

Dia mendengarkan dengan tenang rekaman itu.

"Apa kau tahu apa yang dia katakan? Dia bilang dia mencintaimu ..."

Kata-kata itu sekali lagi membuat hati Kenzi sedih. Dia menggenggam alat perekam itu dengan erat dan air matanya mengalir tanpa henti.

"Vania ... ada apa denganmu?"

........

Apartemen Nora.

Setelah pertarungan malam yang panjang, dia dan Bradi tidur nyenyak di tempat tidur. Setelah sekian lama, Nora menjadi orang pertama yang membuka matanya. Tetapi kenapa, matanya dipenuhi dengan kebencian dan ketidakpedulian?. Dia bangkit perlahan, agar tidak membangunkan Bradi yang ada di sebelahnya.

"Meskipun terkadang kamu sangat menyebalkan, tetapi ketika aku memikirkannya, aku mungkin agak mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang veteran seperti dirimu."

Dia berjongkok dan mendorong perlahan kopernya yang tertutup seprai.

"Maafkan aku, aku merasa kasihan padamu, tetapi setidaknya aku mendapatkan apa yang kuinginkan, dan uang ini akan menjadi landasan bagiku untuk memulai hidup baru, dan untukmu Bradi, kamu akan mengalami penyeselan yang dalam selama seumur hidupmu, karena aku sudah memberi tahukan semuanya pada saudaramu yang kamu permainkan itu."

Dia mengenakan pakain favoritnya dan keluar dari rumah dengan membawa koper. Dia berbalik dan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, ketika dia melihat kembali ke apartemen tempat yang penuh dengan banyak cerita yang telah terjadi.

"Nora, cepatlah, jika kamu tidak cepat, kita akan ketinggalan pesawat."

Saat tengah melamun, dia mendengar suara Vania. Ternyata Vania sudah memanggil taksi dan menunggu di luar apartemen.

"Selamat tinggal, paman impoten, kamu telah membangun rasa sakitmu pada Kenzi, tahukah kamu bahwa kamu akan membayar harga untuk itu? Tetapi apa hubungannya denganku? Karena aku berbeda dari dirimu, termasuk temanku, Vania. "

"Yah, aku datang."

Dia tersenyum dan melambaikan tangannya pada Vania. Senyuman yang terpancar dari bibirnya begitu menawan, tetapi hanya dia yang tahu bahwa senyuman yang tampak menawan itu lebih berbahaya daripada ular berbisa.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu