Siswi Yang Lembut - Bab 17 Bertemu
"Profesor? Apakah itu kamu?"
Vania berdiri di ambang pintu dengan mengenakan jubah mandi longgar, menatap Kenzi yang membuka pintu. Matanya penuh dengan harapan. Dan mengapa Kenzi tidak begitu?. Sebelum membuka pintu, Kenzi memikirkan bermacam alasan.
Semua alasan itu untuk menutupinya dari istrinya. Namun, saat dia melihat wajah Vania yang tersenyum, semua alasan itu menghilang tanpa jejak dalam waktu kurang dari sepuluh detik. Dia bahkan bertanya-tanya mengapa dia harus menyiapkan alasan.
Dan di saat yang bersamaan, Yuna kebetulan berada di samping Kenzi.
Vania terkejut dan meminta maaf: "Maaf, aku akan segera pergi berpakaian ..."
"Um ... Oke, istriku juga ada di sini, jadi cepatlah berpakaian."
Meski itu hanya kalimat sederhana, Kenzi mengerti apa yang ingin diungkapkan Vania. Karena pada saat itu Vania berbicara dengan tenang, seolah mereka sudah saling berdiskusi tentang kejadian ini.
"Yuna, ayo masuk."
Kenzi menggendong istrinya dan berjalan masuk ke Vila. Setelah membantunya duduk di sofa, Kenzi bertanya padanya seperti biasa: "Yuna, kamu mau minum apa? Kopi?"
Alasan menanyakan hal ini karena minuman favorit Yuna adalah kopi, bukan yang lain.
"Aku ingin susu panas." Jawab Yuna.
"Susu?"
Kenzi menelan ludah.
"Yuna, kamu mau minum susu ... butuh sepuluh menit untuk mendapatkannya di Toserba."
"Aku yang akan membelinya?"
Saat ini, Vania telah berganti pakaian dan muncul di depannya. Hari ini dia memakai pakaian santai. Kaos putih besar dan rok kotak-kotak biru dan putih yang sangat lucu dan imut.
"Ah ~ kamu kemarilah untuk menyapa istriku dulu." Kenzi berkata dengan malu-malu.
"Dek Vania, ini istriku Yuna."
"Yuna, ini muridku Vania. Aku memintanya untuk membantuku menyiapkan materi video yang dibutuhkan polisi. Ayo sapa dia."
"Halo, saya Vania, istri Professor memang sangat cantik, seperti yang sudah saya dengar."
Vania dengan hormat membungkuk pada Yuna sembilan puluh derajat, sikapnya terlihat sangat tenang. Yuna menatapnya, meskipun dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi tangannya mengepal tanpa sadar.
"Ah ~ ini ... Vania, istriku sedang tidak sehat sekarang, aku harap kamu bisa mengerti." Kenzi menjelaskan.
Tapi kemudian, Yuna tersenyum lembut dan menatap Vania dan berkata dengan akrab: "Kakak."
"Kakak, kamu sangat cantik ..."
“kakak?"
Vania tertegun. Pada saat itu, ekspresinya dipenuhi dengan rasa terkejut dan takut secara bersamaan.
“Haha… Terima kasih atas pujiannya, Nyonya…” Dia tersenyum dan memperbaiki rambutnya, berusaha membuat senyumnya sealami mungkin.
"Istriku, bisakah kamu di sini sendirian sebentar? Aku akan membelikanmu susu sekarang." Kenzi menyentuh wajah samping Yuna dan berkata dengan lembut.
Setelah mendapat jawaban positif dari istrinya, Kenzi dan Vania memutuskan untuk pergi ke toko swalayan bersama.
"Apakah tidak apa - apa meninggalkan istrimu sendirian seperti itu? Aku bisa pergi ke toko sendiri." Vania berkata dengan bijaksana.
"Kita ada di pinggiran kota, jalanan sepi sekali. Terlalu sulit bagimu untuk pergi sendiri, ayo kita naik mobil ke sana. Ayo kesana bersama, sekaligus menyiapkan bahan makanan untuk makan siang, jadi ayo cepat."
"Oke, Profesor ..."
Dengan begitu, keduanya berjalan berdampingan ke luar Vila. Tapi Vania secara tidak sengaja kembali menatap Yuna di sofa, wajahnya tampak bingung.
"Apa yang tengah terjadi saat ini?"
Novel Terkait
My Secret Love
Fang FangThick Wallet
TessaCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyDewa Perang Greget
Budi MaHalf a Heart
Romansa UniverseBehind The Lie
Fiona LeePejuang Hati
Marry SuCinta Tapi Diam-Diam
RossieSiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat