Siswi Yang Lembut - Bab 42 Jatuh
"Apa?"
Karena terkejut, tangan Kenzi tanpa sadar menjadi gemetar.
"Maksudmu ... kamu ... hamil? ..."
"Ya ... aku hamil ... dan ini adalah buah cinta kita ..."
Senyum Vania terlihat tenang karena rasa puas. Dia tidak bisa berhenti mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
...
"Nona, sudah waktunya."
Vania meletakkan cangkir kopi dan mengangguk lembut pada Mbok Inem.
"Aku bahkan tidak punya waktu untuk meminum kopi dengan tenang ..."
Dia menatap pantulan dirinya di cangkir kopi itu, lalu tersenyum.
"Halo, Nona Vania."
Dan itulah kejadian ketika Vania dan Yuna bertemu untuk pertama kali. Setelah waktu berlalu, Vania seperti menyembunyikan isi hatinya.
...
Audi A6 terus melaju di jalan. Jelas sekali saat ini waktu sangat berharga bagi Kenzi.
"Kita hanya akan memastikannya ... jadi kamu tidak perlu terlalu khawatir."
"Maaf, aku tidak sengaja hamil."
Vania memiringkan kepalanya dan menatap ke luar jendela. Tampak jelas, dia sedang menyalahkan dirinya sendiri, karena tangannya yang mengepal erat dan tampak sedikit gemetar.
"Bodoh, jangan katakan hal semacam itu." Kenzi dengan lembut memegang tangannya.
"Kehamilan adalah hal yang sangat mulia. Jangan berpikiran kalau itu cuma kesalahanmu saja, mengerti?"
"Tapi ... aku tidak mau ... ada catatan tentang aku di rumah sakit ... dan aku tidak ingin kehilangan bayiku ..." Vania bersandar pada bahu Kenzi karena merasa sangat sedih.
"Iya ... jangan khawatir ... serahkan saja padaku ... dia juga darah dan dagingku."
Rumah Sakit Pusat.
Saat menunggu Bradi, Kenzi duduk di sana dalam kebingungan. Karena dia sedang berpikir, jika Vania benar-benar mengandung anaknya, apa yang harus dilakukannya ...
"Kenzi, maaf karena terlambat, ada pasien yang sedang dalam kondisi khusus." Bradi bergegas menemuinya sambil tersenyum.
"Oh ... tidak ... tidak apa ... Bradi. Dia adalah seorang mahasiswi di akademiku dan dia memiliki masalah dengan pacarnya. Tolong bantu dia untuk memastikan apakah benar dia hamil. Aku tidak ingin banyak orang yang tahu, jadi maaf kalau aku sudah merepotkanmu. "
Kenzi menopang Vania sementara Vania dengan tenang bersandar di tangannya, sambil menundukkan kepalanya, dan tidak berkata apa-apa.
"Tidak apa - apa, kamu sudah datang untuk meminta pertolonganku. Saudaraku, aku pasti akan membantu."
"Terima kasih saudaraku."
"Muridmu yang meminta bantuan padamu seperti itu, itu menunjukkan betapa dia amat sangat mempercayaimu"
Bradi tersenyum dan mengajak Vania ke bangsal: "Ken, ini akan selesai dalam sepuluh menit, jadi tunggulah sebentar."
Kenzi mengangguk pada dirinya sendiri, dan dia merasa lega ketika dia melihat keduanya yang berjalan menjauh.
"Anakku……"
Dia terus mengulanginya. Sebagai seorang kepala keluarga, dia tahu apa arti seorang anak baginya. Kenzi, yang tidak memiliki anak tentu saja pasti ingin memiliki keturunan.
Sepuluh menit kemudian.
Dia merasa tersiksa.
"Ken ..."
Suara Bradi seperti suara Tuhan, yang membuat Kenzi langsung tersadar.
"Um ... uh ... bagaimana hasil pemeriksaannya?"
"Melalui pemeriksaan sudah bisa aku pastikan kalau gadis tersebut memang hamil."
Bradi berkata dengan tegas, tetapi ketika dia mengatakan itu, terlihat ada senyum sinis dari sudut mulutnya.
Kenzi pada saat itu merasa dunia seolah runtuh. Hal-hal yang seharusnya tidak bermasalah, malah menjadi sangat bermasalah. Anak itu seperti anak yang berlari kepada ibunya saat pertandingan olah raga. Tetapi bukan ke arah Yuna yang seharusnya menjadi ibu dari anak itu, melainkan anak itu berlari menuju …ke wanita lain ...
Jika Yuna melihat anak itu dipegang oleh Vania ...
Bagaimanakah perasaannya?
Dia khawatir dia akan kembali menaburkan garam yang tebal pada lukanya?
Yuna yang sudah kehilangan kualifikasinya sebagai seorang ibu, mungkin saja akan kembali jatuh, iya kan?
Novel Terkait
See You Next Time
Cherry BlossomCinta Di Balik Awan
KellyDon't say goodbye
Dessy PutriDoctor Stranger
Kevin WongMy Charming Wife
Diana AndrikaSiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat