Siswi Yang Lembut - Bab 20 Denyut Muda
"Kalau begitu, Yuna akan diurus oleh keluarganya untuk sementara waktu."
ayah mertua membawa Yuna pergi, dan ketidakpeduliannya tampaknya telah sedikit mengurangi suhu di sekitarnya.
"Ya ... aku tahu ... papah."
Kenzi tidak mengatakan apa-apa. Meskipun dia tahu ini tidak akan berhasil, masalah Yuna pasti akan ditemukan. Tapi jantungnya berdegup kencang seperti seorang anak laki-laki sebelum pergi jalan-jalan. Karena dia akhirnya bisa tenang, sebab waktu yang singkat ini hanya akan menjadi miliknya dan Vania.
Di luar Vila.
Kenzi berdiri di depan mobil ayah mertuanya, menundukkan kepalanya dengan hormat, dan tidak berani bernapas.
"Pergilah lakukan tugasmu, aku akan meminta dokter datang ke rumah untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Yuna, dan kamu tidak boleh datang sampai aku menghubungimu."
"Ya, aku mengerti papah, berhati-hatilah di jalan."
"Kamu juga, Kenzi ..."
ayah mertua menunjuk ke arah Vania di pintu masuk Vila, dan berkata dengan dingin: "Seperti kata pepatah, tidak ada asap kalau tidak ada api ... sebaiknya jangan melakukan apa pun yang akan membuat orang salah paham. Kamu mengenalku, aku harap kamu bisa menjaga sikapmu. "
Kata-kata ayah mertua itu seperti palu, memukuli Kenzi dengan keras. Matanya yang acuh tak acuh dan penuh dengan rasa jijik, menunjukkan bahwa seolah apa yang disebut kata pepatah, ada asap pasti ada api telah menjadi kenyataan.
"Kalau begitu, kamu juga pulanglah, aku akan memberi tahumu jika terjadi sesuatu."
"Ya aku mengerti."
Keduanya saling mengucapkan selamat tinggal dengan ketidakpedulian seperti itu.
Yuna, yang duduk di samping, mengerutkan keningnya dan menatap Kenzi meskipun dia tidak berbicara. Matanya yang jernih, entah kenapa, sedikit berfluktuasi pada saat itu. Mobil ayah mertua berjalan pergi. Bahkan lampu belakang merah dari jauh, tampak seperti sepasang mata, yang menatap Kenzi.
...
"Maaf ... itu semua karenaku ..."
Vania meminta maaf, rambutnya yang sehalus sutra tampak sedikit berantakan.
"Tidak apa-apa! Sebaliknya, aku harus berterima kasih. Jika bukan karenamu, aku tidak akan bisa melewatinya."
Kenzi berjalan ke sisi Vania dan dengan lembut memeluk pinggangnya yang ramping seperti ular air.
"Tidak ada yang akan mengganggu kita besok. Ayo kita pergi makan siang. Hari ini adalah waktu bagi kita. Aku akan mengantarmu pulang nanti malam."
"Yah, semuanya terserah padamu, Profesor ..."
Vania bersandar di lengan Kenzi, dan kehangatannya membuatnya menarik napas lega.
"Profesor……"
Tiba-tiba, Vania meraih lengan baju Kenzi.
"Iya?"
"Bisakah aku tidak pulang nanti malam? Aku ingin tinggal bersamamu."
Melihat mata rindu Vania, Kenzi kembali tersentuh. Karena di mata itu, terpancar rasa cinta.
Dengan erat dia menggengam telapak tangan Vania yang halus, dan berkata dengan lembut: "Vania, terima kasih atas pengertianmu. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu kita, tetapi masih ada hal yang harus aku lakukan. Aku harus pergi ke sekolah besok, aku harap kamu mau mengerti."
"Ya ... itu sesuatu yang tidak bisa dihindari."
Vania cemberut, seperti wanita kecil yang dianiaya. Melihat penampilannya seperti itu, Kenzi jadi tidak bisa menahan diri.
Tangannya dengan lembut mengangkat wajah lembut Vania: "Gadis bodoh, semua itu setelah nanti malam, dan sekarang masih siang."
"Kalau begitu kau harus lebih mencintaiku ... tahu kan? ..."
Mereka saling berhadapan sambil tersenyum. Lalu keduanya saling berpelukan dan berciuman. Pada saat ini, Kenzi, tidak terganggu soal Yuna, dan dia hanya melihat kelembutan dari orang di depannya. Denyutnya saat seperti dia masih muda, berkobar seperti api karena bibir manis Vania, .
Novel Terkait
More Than Words
HannySomeday Unexpected Love
AlexanderVillain's Giving Up
Axe AshciellyHis Second Chance
Derick HoYou're My Savior
Shella NaviMy Tough Bodyguard
Crystal SongSiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat