Siswi Yang Lembut - Bab 14 Hancur
"Yuna."
Kenzi melangkah perlahan dan dengan lembut membelai wajah kurus Yuna karena koma. Melihat istrinya yang berada di hadapannya, penglihatannya menjadi sedikit kabur.
"Kenapa kamu makan dengan tangan? Kamu seharusnya makan dengan sumpit ..."
Dia dengan lembut membersihkan butiran beras dari tubuh Yuna, dan menggunakan tisu untuk menyeka noda minyak di mulut dan tangannya. Melihat Yuna bangun, Kenzi sangat bahagia.
Tetapi……
Sebagai seorang profesor psikologi, dia bertanya-tanya mengapa dia begitu tenang hari ini? Tampaknya yang disebut dengan kebetulan di dunia ini bukanlah benar - benar kebetulan, iyakan?. Yuna tetaplah Yuna seperti dulu. Karena dia masih melihat Kenzi dengan mata penuh cinta.
"Pak……"
Dia baru saja mengucapkan kata ‘Tua’ dan berhenti. Meski begitu, Kenzi dengan anehnya justru merasa lega.
"Ya, ini aku, suamimu ..." Kenzi tersenyum.
Tetapi Yuna tidak mengikuti perkataan yang Kenzi katakan, tetapi dengan bersemangat justru berkata: "Pa...papah?"
Pada saat itu, Kenzi tidak bisa mempercayai telinganya, dia menatap kosong pada istrinya yang telah menikah dengannya selama hampir sepuluh tahun.
"Kamu ... Yuna ..."
Dapat dikatakan bahwa situasi istrinya saat ini membuat Kenzi sedih dan bahagia. Yang menyedihkan adalah dia tidak mungkin dapat kembali menjalani kehidupan seperti sebelumnya. Kabar baiknya adalah dia dapat terus menjalani hubungan dengan Vania.
"Nyonya, dia sepertinya tidak ingat apa-apa ... bahkan perilakunya seperti anak kecil ..." kata Mbok Inem dengan bingung.
Sebagai seorang pembantu yang telah menjaga Yuna setiap hari, bagi Mbok Inem jelas itu sangat menyakitkan.
"Mbok Inem, kamu belum memberi tahu keluarga Tokyo, kan?"
"Benar, sesuai perintah anda, aku belum memberi tahu mereka ..."
"Profesor, kenapa Nyonya seperti ini, apakah karena koma yang terlalu lama? Haruskah kita memberi tahu orang tuanya dulu?"
"Lupakan, untuk saat ini, aku tidak ingin kedua orang tuanya khawatir tentang hal ini, jadi aku ingin merahasiakannya dulu untuk saat ini."
"Baik Profesor, aku mengerti ..."
"Baiklah, kalau begitu Mbok Inem, kamu istirahatlah dulu. Kamu pasti kelelahan seharian ini, jadi biar aku yang mengurus Yuna."
Kenzi dengan lembut membelai rambut Yuna. Meskipun dia terbaring di tempat tidur terlalu lama, rambutnya tidak berantakan.
"Baik Profesor, aku mengerti ..."
Mbok Inem berbalik dan bersiap untuk pergi, tetapi dia tidak begerak dan justru berkata, "Ngomong-ngomong ... Profesor."
"Ya? Mbok Inem, apakah ada yang lain?"
"Supaya anda tahu, Ibu mertua baru saja menelepon beberapa waktu yang lalu. Bapak dan Ibu mertua tampaknya sangat marah ..." Setelah mengatakan itu, Mbok Inem memilih untuk pergi dengan perasaan lega.
Tapi kata-kata itu membuat Kenzi berkeringat di dahinya.
"Dalam situasi ini, bagaimana caraku memberi tahu mereka?"
Ketika memikirkan pertanyaan ini, Kenzi seperti melihat wajah mengerikan dan nada ancaman ayah mertuanya. Sebaliknya, Yuna tampak tenang. Karena dia tidak tahu situasi yang sedang terjadi saat ini, apalagi megetahui hal yang telah dilakukan oleh suaminya.
"Papah……"
Yuna menggenggam lengan Kenzi dengan erat, dan Kenzi merasa senang dengan rasa ketergantungan yang diterimanya.
"Istriku, ayo kita mandi dan berganti pakaian. Lihat dirimu, kamu telah mengubah dirimu menjadi seekor kucing kecil."
Kenzi memegang bahu Yuna dan membujuknya seperti anak kecil. Tetapi gambaran sebenarnya dari hatinya mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia tidak boleh membiarkan mereka melihat istrinya untuk saat ini.
Benar-benar tidak. Jika tidak, dia tidak hanya harus menghadapi tekanan dari ayah mertuanya. Terlebih lagi, semua keinginan yang akhirnya didapatnya akan dihancurkan oleh ayah mertuanya.
Pada saat itu, semua yang tersisa dalam dirinya hanyalah penghujatan tanpa akhir. Kejahatan seperti itu. Kehidupan seperti itu tanpa akhir. Dia tidak ingin mengalami untuk yang kedua kalinya …
Novel Terkait
Menantu Hebat
Alwi GoAdore You
ElinaBeautiful Lady
ElsaLelaki Greget
Rudy GoldJalan Kembali Hidupku
Devan HardiTakdir Raja Perang
Brama aditioSiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat