Siswi Yang Lembut - Bab 41 Indra Keenam
Hari ini adalah hari yang cerah, tetapi Kenzi malah menyeret tubuhnya yang terasa berat dan ketika berjalan di koridor akademi kepolisian.
"Indra keenam seorang wanita memang benar-benar hebat ..."
Kenzi menghela nafas bersamaan dengan keringatnya yang dingin.
...
"Sayang, apa kamu selingkuh?"
"Apa? Kenapa kamu bertanya seperti itu? Katamu aku selingkuh?"
"Ya, karena secara psikologis maupun fisik, kamu terlalu banyak berubah. Aku rasa pasti ada seseorang yang telah mengubahmu ."
"Tidak ada seperti itu." Kenzi tersenyum panik.
Dia tidak berani melihat mata Yuna karena dia sangat takut untuk melihatnya. Kemudian, dia dengan lembut memeluk Yuna dan berkata dengan lembut: "Kamulah satu-satunya orang di hatiku dari dulu, dan akan terus seperti itu sampai kapanpun, jadi jangan katakan hal-hal aneh seperti itu lagi."
...
Kenzi mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya dengan lembut.
"Hmm, apa karena kurang tidur ...sehingga kepalaku terasa sakit ..."
"Profesor."
Tiba-tiba suara yang sangat dinantikannya kembali.
Dia kemudian berbalik dan tersenyum: "Vania."
"Ya, ini aku."
Dia membuka tangannya lebar - lebar , dan memeluk Kenzi dengan erat dari belakang.
"Aku sangat merindukanmu..."
Senyumannya masih terasa manis. Hal itu membuat jantung Kenzi berdetak sangat cepat.
"Ternyata kepalaku tidak sakit setelah melihat senyumanmu?" Alis Kenzi akhirnya mengendur.
Di Kantor Profesor Psikologi.
Kenzi dan Vania berpelukan dengan erat dan berciuman dengan mesra, untuk melepas kerinduan. Mungkin karena memikirkan Vania sepanjang malam, gerakan Kenzi jadi sedikit kasar.
"Pelan - pelan ... nanti didengar yang lain."
"Maaf ... Aku merindukanmu sepanjang malam, jadi aku hanya ... Maaf, aku jadi tidak mempertimbangkan perasaanmu."
"Yah, aku tahu kamu merindukanku, makanya aku datang menemuimu pagi - pagi?"
"Vania ... ayo keluar ... ada hal yang ingin kubicarakan denganmu ..."
Kenzi memandang Vania. Kata-katanya mungkin terdengar aneh.
"Sekarang bukanlah waktunya untuk membahas tentang hal itu, kamu tahu, kamu telah membangkitkan gairahku." Vania bersandar di dada Kenzi dan menggunakkan jarinya untuk menutup mulut Kenzi. Melihatnya seperti itu, Kenzi benar-benar ingin menarik kembali apa yang baru saja dikatakannya. Tetapi dia sadar bahwa hal itu tidak mungkin, karena rangkaian kejadian yang telah terjadi beberapa waktu ini membuatnya harus mengambil keputusan untuk mengakhirinya.
"Vania ... maafkan aku ... kita harus mengakhiri hubungan kita … kita tidak mungkin bertemu lagi ..."
Itulah yang ingin dia katakan kepada Vania, tetapi dia tidak tega mengatakannya ketika melihat ekspresi kerinduannya.
"Apa ada yang salah dengan hubungan kita?"
Vania berteriak. Pada saat yang sama, tangannya perlahan menyelinap di antara kaki Kenzi.
"Kita?"
Kenzi mengulangi. Tetapi dalam hatinya, dia terus berkata pada dirinya sendiri bahwa dia harus mengatakannya, jika tidak semuanya akan terus berputar tanpa akhir.
"Apa kamu ingin mengatakan bahwa kita tidak bisa bertemu lagi?"
Vania menatap Kenzi dan mengatakan apa yang tidak bisa dia katakan. Pada saat itu hati Kenzi terasa sangat sakit, seperti berdarah.
"Tidak usah terlalu berbelit? Sebenarnya aku sudah lama memendamnya di dalam hati, dan aku pun juga mulai menyadarinya, kalau kamu ingin mengakhiri hubungan kita ..."
"Iya..."
Kenzi menghela nafas dalam-dalam.
"Maafkan aku, Vania ... tapi tolong percayalah bahwa sebenarnya aku sangat mencintaimu ... bahkan sampai sekarang, aku masih mencintaimu."
"Maaf Vania."
Dia meminta maaf lagi, dan tangannya dengan lembut membelai bahu Vania.
"Profesor……"
Vania tidak melihat ke belakang, tapi kata-katanya penuh dengan kesedihan.
"Iya?"
"Semua sudah terlambat ... Profesor."
Vania mengelus perutnya sambil berlinang air mata, "Di dalam perutku telah terisi buah cinta kita ..."
Novel Terkait
My Goddes
Riski saputroTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelAdore You
ElinaSang Pendosa
DoniUnlimited Love
Ester GohAnak Sultan Super
Tristan XuHis Second Chance
Derick HoWahai Hati
JavAliusSiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat