Siswi Yang Lembut - Bab 10 Lembut
"Apa yang harus kulakukan? Tidak peduli bagaimanapun , hal itu tidak wajar. Berbicara tentang masalah pekerjaan rumah di tangga darurat bioskop ... Ini ... sama sekali tidak terlihat seperti kebiasaanku. Bagaimanapun, aku adalah seorang profesor psikologi yang ternama, dan aku baru saja melakukan kesalahan seperti itu ... "
Kenzi berjalan dengan cepat.
"Profesor?"
Tiba-tiba, teriakan lembut Vania datang, dan tanpa sadar dia berhenti dan menoleh untuk melihat gadis yang memberinya gairah tak terbatas.
"Huh ... huh ... kamu berjalan terlalu cepat ... sudah tidak ada masalah kan..."
Vania terhuyung untuk mengikuti. Tapi payudaranya yang bergetar dan roknya yang tidak beraturan membuat Kenzi tidak bisa mengalihkan pandangannya.
"Uhuk uhuk..."
Dia batuk dengan lembut dua kali untuk menenangkan hatinya yang gelisah.
"Menonton filmnya lain kali saja, jika kamu terus berada di sini ..."
Bagaimanapun, Vania sepertinya tidak mendengarkannya. Karena berlari sepanjang jalan, dia berjongkok dengan lemah di bawah.
"Huh ... huh ... lelah sekali ..."
Gerakan tiba-tiba itu membuat kaki ramping Vania terlihat, dan celana dalam hitam dengan hiasan renda benar-benar terlihat oleh Kenzi.
"Apa hubungannya ..."
Dia membelai rambut di depan dahinya dan tersenyum: "Andra itu bodoh dan takut padamu. Jangan terlalu gugup ..."
"Gugup?"
Kenzi mendorong kacamata di pangkal hidungnya dan menghela nafas diam-diam: "Ya ... Aku sudah lama tidak gugup, kan?"
Dalam keadaan bingung, dia teringat malam di rumah sakit tidak lama setelah bertemu dengan Yuna. Karena orang tuanya sudah meninggal, Kenzi dibesarkan oleh neneknya. Tetapi neneknya dirawat di rumah sakit karena penyakit otak.
Melihat nenek di ranjang rumah sakit, Kenzi merasa sangat sedih. Menurutnya, neneknya adalah satu-satunya orang di dunia ini yang sedarah dengannya. Bahkan jika dia dirawat di rumah sakit. Bahkan jika dia tidak sadarkan diri, neneknya mungkin hanya memikirkan dirinya.
Dia memegang erat telapak tangan neneknya yang keriput dan menyeka air mata dari sudut matanya.
Dia ingin memberi tahu neneknya bahwa dia akan menjadi profesor psikologi di akademi kepolisian, tetapi bagaimana dia bisa mendengarnya?
"Nenek, aku akan mengambil air dan akan segera kembali ..."
Dia mengambil tempat air dan keluar dari bangsal. Tetapi hatinya sangat cemas. Baginya yang tidak memiliki koneksi dan tidak memiliki uang, jabatan professor ibarat maraton tanpa akhir. Kunci untuk memperpendek jarak seperti maraton ini menjadikannya menjadi lari 100 meter adalah ...
Dia mengambil tempat airnya dan kembali ke bangsal. Tetapi pada saat itu, dia tertegun di pintu. Karena wanita yang sedang memijat kaki neneknya di samping ranjang adalah kunci untuk mengisi celah itu. Wanita yang akan menjadi istrinya kelak.
"Mengapa kamu tidak memberi tahuku kalau nenekmu sakit?"
Gerakan Yuna sangat lembut, saat memijat neneknya, dia bertanya pada Kenzi sambil tersenyum.
"Kenapa kamu sampai di sini ..."
"Heh, profesormu adalah ayahku, bagaimana mungkin aku tidak tahu?"
Yuna agak kesal: "Apa pun yang terjadi, kamu harus memberi tahuku terlebih dahulu, daripada hanya memberi tahuku bahwa kamu sibuk belajar dan ingin menjadi profesor ..."
"Juga, apakah kamu membawa airnya?"
Dia melihat ke belakang, dan melihat tempat air di tangan Kenzi, dan mengambilnya.
"Berikan padaku, nenek adalah wanita sama denganku, aku akan membantu memandikannya, dia akan lebih nyaman, kamu laki-laki, nanti canggung ..."
Pada saat itu, Kenzi diam. Yuna selalu terlihat kuat, tapi saat ini dia tampak begitu lembut.
Dia duduk di seberang Yuna dengan tenang, menatapnya dengan kosong. Melihat wajahnya yang lembut. Memperhatikan gerakan lembutnya. Dan ini juga pertama kalinya Yuna bertemu dengan nenek Kenzi. Meskipun rasanya agak canggung, Kenzi semakin menghargai kelembutannya…
Novel Terkait
Cutie Mom
AlexiaIstri Yang Sombong
JessicaVillain's Giving Up
Axe AshciellySee You Next Time
Cherry BlossomHidden Son-in-Law
Andy LeeTen Years
VivianSiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat