Siswi Yang Lembut - Bab 40
Senja malam di jalan.
Di atas kepalanya, burung gagak lewat dari waktu ke waktu. Tanpa disadari membuat Vania merasa takut. Dikatakan bahwa indra keenam wanita sangat tepat.
Setelah melihat gagak yang sepertinya tidak lazim ini, intuisi Vania memberi tahunya bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi, sehingga dia bergegas pulang.
Tapi saat dia di jalan, seekor burung gagak terbang ke arahnya seperti burung gila. Dan yang membuatnya semakin ketakutan adalah gagak yang menukik serta menjatuhkan bulu hitam yang tak terhitung jumlahnya, mendekapnya dengan erat dan membuatnya tercekik.
...
"Ha ... ah ... tidak ... tidak ..."
Vania, yang sedang berbaring di tempat tidur, mengerutkan kening, tangannya dengan erat menggenggam piyama di dadanya, karena kesakitan.
"Vania, kamu kenapa?"
Mendengar teriakan Vania, Nora bergegas menghampirinya dan membangunkan Vania yang telah jatuh ke dalam mimpi buruk.
"Jarang sekali... sudah lama aku tidak bermimpi melihat mereka..."
Vania terengah-engah setelah bangun dari tidurnya. Dalam sekejap saja, dia sudah berkeringat.
"Apakah kamu bermimpi itu lagi?" Nora membelai wajah Vania , merasakan tubuhnya yang dingin.
"Iya……"
"Terima kasih, Nora, aku dulu benci memimpikan mimpi yang sama setiap hari ... Tapi belakangan ini aku tidak bisa bermimpi meski aku benar-benar ingin bermimpi, kenapa?"
Dia menangis. Di depan orang-orang, dia selalu tersenyum, tetapi saat ini dia merasa malu karena menangis .
"Nora, kamu tahukan? Meski aku cuma melihat mereka dari dalam mimpiku, aku sangat senang ... karena aku benar-benar ingin melihat mereka ... aku benar-benar ingin ... aku benar-benar ingin ..."
"Vania, bertahanlah, kita hampir berhasil, bertahanlah."
"Apa kamu ingin secangkir teh panas? Aku akan membuatkannya untukmu."
"Um ... maaf merepotkanmu, Nora."
Vania bangkit, melihat sekeliling kamar yang sudah dikenalnya, menghela napas. Dia mengambil karet dan mengikat rambut panjang yang terurai.
Masih ada delapan hari tersisa sebelum meninggalkan sekolah. Setelah bertahan sekian lama, bagaimana dia bisa menyerah ketika waktunya panen telah tiba?
Dan untuk itu, meski dia sudah memberikan semua, hal itu setimpal.
...
" Yuna , ngomong ya kalau sakit ..."
"Iya……"
Kenzi dan Yuna bercumbu, bercumbu dengan cara yang kasar seperti kata Kenzi. Ini bukan hanya karena Kenzi merasa bersalah, karena hal itu juga untuk memuaskan hati Yuna dan memberinya harapan untuk memiliki anak.
"Sayang ... semakin lama kamu semakin lihai sekarang..."
Kata-kata Yuna menusuk dada Kenzi seperti pisau tajam.
"Apakah aku semakin lihai?" Kenzi bertanya pada dirinya sendiri.
Dia tidak menjawab. Jika dia benar-benar ingin memberi tahu jawabannya ... Maka semua itu karena Vania?
Namun, hanya Kenzi yang tahu tentang itu. Sekarang dia berusaha sebaik - baiknya, itu karena ada alasan lain. Itu karena, dia selalu membayangkan bahwa orang yang di bawahnya adalah gadis yang membuatnya sangat bergairah, yaitu Vania.
Dia, yang membangkitkan gairahnya yang tertahankan. Dia juga, yang membangkitkan hasratnya yang telah lama hilang. Hanya dengan memikirkan tubuh Vania membuat kekuatannya terus mengalir. Kekuatan itulah yang memberinya motivasi untuk bertahan dan memungkinkan dia untuk bekerja keras demi impian istrinya.
Tetapi saat ini, bukanlah perasaan senang yang menyelimutinya melainkan rasa bersalah. Rasa bersalah itu, seperti cambuk, yang mencambuk hatinya yang mudah terguncang.
Jadi dia berusaha lebih keras, dia juga merasa tertekan. Namun, bagaimana mungkin istrinya yang sudah terbiasa dengannya tidak menyadarinya adanya suatu perubahan dari dirinya ?. Tepat disaat dia akan mencapai puncaknya.
Dia dipegang erat oleh Yuna .
"Sayang."
"Iya?"
"Apakah kamu selingkuh? ..."
Novel Terkait
Loving Handsome
Glen ValoraMy Only One
Alice SongLove And War
JaneI'm Rich Man
HartantoThe Revival of the King
ShintaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaIstri Pengkhianat
SubardiNikah Tanpa Cinta
Laura WangSiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat