Siswi Yang Lembut - Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania

Malam ini, di Vila yang sama, di kamar tidur yang sama. Kenzi dan Vania bercumbu sepanjang malam. Bagi Kenzi, nafas dan pelukan Vania seperti pelukan ibunya yang selalu memeluknya erat, dan kehangatan pelukan itu menenangkan dirinya yang gemetar karena marah.

Waktu seolah berhenti saat ini, dan dia juga berharap seperti itu ... untuk selamanya bersama dengan Vania ...

Bahkan jika dia sudah kehilangan semuanya, tetapi selama Vania dan darah dagingnya masih ada. Dia akan terus hidup. Mereka berdua terus bercumbu untuk waktu yang lama, sampai mereka berdua kehabisan tenaga dan terkulai di tempat tidur. Kenzi berbalik ke samping dan menatap Vania yang sedang tidur, dengan senyum yang puas.

"Ya ... aku bisa menyerahkan segalanya … tetapi satu - satunya yang tidak bisa aku serahkan adalah dirimu."

Dia berbisik pelan dan perlahan ikut tertidur.

"Orang yang kucintai adalah dirimu, Vania ..."

Dalam tidurnya, dia terus menyebut namanya, seolah-olah itu adalah sumpahnya yang tak akan terhapuskan. Tangan Vania dengan lembut mengusap wajah Kenzi. Dia tersenyum, tetapi kenapa senyuman itu terasa begitu menyakitkan?

Dia seperti lebah jantan yang mati karena menghabiskan semua energinya untuk berhubungan badan dengan ratu lebah untuk terakhir kalinya.

"Hehe, jadi semuanya sudah berakhir?"

Dia tersenyum pahit dan mulai berpakaian. Tetapi kenapa setelah semua hal ini terjadi, dia tidak merasa senang ?. Dia bahkan merasa kosong yang terasa sampai menusuk ke dalam tulang dan itu membuatny bingung.

Dia terus bertanya pada dirinya sendiri, apakah ini benar-benar akhir yang dia inginkan?, atau apakah ini benar-benar balas dendam yang ingin dia berikan padanya?. Meskipun dia tidak merasa iba pada Kenzi, tetapi dia tidak merasakan kepuasan sedikitpun.

Pernah suatu waktu kemarahan telah membuatnya kehilangan dirinya. Dia bersumpah bahwa keinginan terbesar dalam hidupnya adalah membuat pria itu membayar berapapun yang diperlukan . Tetapi saat hasilnya sudah terlihat di depannya, dia tidak bisa merasa bahagia.

"Apakah aku melakukan semuanya dengan benar?" dia bertanya pada dirinya sendiri. Tanpa sadar, dia kembali mengingat kejadian di hari itu, kejadian yang membuatnya menderita.

...

Polisi tengah melakukan penjagaan dan mengepung area itu. Semua polisi membawa senjata, jadi bisa dipastikan telah terjadi kasus yang mengerikan disana.

"Tolong lepaskan aku, itu rumahku, tolong ... tolong ..."

Vania berteriak seperti orang gila, tetapi dia dihentikan oleh polisi.

"Nona, aku mengerti persaaanmu, tetapi tolong tenanglah, sebaiknya kamu tidak masuk sekarang."

Polisi mencoba menghentikannya, tetapi bagaimana mungkin dia tidak mengerti rasa sakit dari gadis di depannya? Tetapi semuanya terlalu mengerikan, dia harus menghentikannya, ya kan? Air matanya mengalir deras seperti bendungan yang roboh.

Vania tidak bisa melepaskan pandangannya dari kejadian di depannya, dan dia hanya bisa melihat tak berdaya melalui pintu sambil melihat ibunya yang telanjang dan terbaring di lantai penuh dengan darah.

"Ibu…., ibu ……"

Dia berteriak sangat keras, karena mungkin hanya itu satu-satunya hal yang bisa dia lakukan?. Di dalam rumah, polisi menutupi Ibunya dengan kain putih. Melihat ibunya perlahan menghilang dari pandangannya, Vania pingsan.

Dia tidak mengerti, kenapa ibunya yang baru saja tersenyum padanya beberapa waktu yang lalu itu meninggal dalam sekejap?. Mengapa dia harus pergi ketika dia masih berada di sekolah menengah, ketika dia belum bisa berbuat apa - apa?. Yang bisa dia lakukan di usia muda hanya mengeluh, iya kan?. Pada saat itulah rasa sakit memenuhi hatinya.

Tiba-tiba, ada polisi lain mendekat.

"Petugas Wu, posisi pria itu telah ditemukan, dia di atap perusahaan ..."

Petugas Wu yang telah menghentikan Vania awalnya ingin menghentikannya, tetapi dia sudah terlanjur mendengarnya. Wajah Vania tampak berat, karena dia mulai memahami arti dari kata - kata polisi itu.

Kemudian.

Dia melangkah dengan berat menuju ke atap perusahaan dan melihat ayahnya yang sudah jatuh di lantai. Dia akhirnya mengerti bahwa ketika seseorang tertekan terlalu berat, maka mereka akan tertawa seperti orang gila …

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu