Siswi Yang Lembut - Bab 39
Malam yang gelap menyinari koridor, membuat koridor yang sudah suram tampak semakin dingin. Namun meski begitu, ada seseorang yang pulang larut dan memanfaatkan malam untuk berjalan naik ke atas.
'Tap ... Tap ... "
Sepatu hak tingginya menyentuh tangga dan mengeluarkan suara dingin. Dia tidak berhenti sampai dia tiba di depan pintu. Dia mengangkat tangannya, ingin membuka pintu, tetapi ragu-ragu karena suatu hal. Namun pada akhirnya, dia memutar kunci dan membuka pintu.
Ruangannya tidak terlalu besar. Meski memiliki dua ruangan dan satu ruang tamu, luasnya hanya 50 meter persegi. Dia langsung bergegas ke kamar tidur di sebelah timur. Di tempat tidur di dalam kamar itu, ada seorang wanita yang tengah telanjang sedang terbaring.
Wanita itu meletakkan tangan di dahinya, tampak kelelahan. Yang paling mengejutkan adalah ada beberapa lebam selebar dua jari di tubuhnya, tetapi semua orang dapat melihat bahwa itu adalah tanda pukulan. Untungnya, bekas luka itu tidak akan terlihat sehingga tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
"Kamu sudah pulang?"
Wanita itu berkata dengan malas, jelas dia sangat mengenali wanita yang baru saja datang sehingga dia tidak perlu waspada.
"Nora, kamu akan masuk angin jika terus seperti itu, pakailah bajumu."
"Oke, oke, aku akan mendengarkanmu Vania, tapi biarkan aku menarik napas dulu, oke?"
"Aku tahu ... jadi bagaimana?" Vania bertanya.
Nora tidak berbicara, tetapi setelah menjentikkan jarinya, dia memberinya jempol.
"Kerja bagus ... semuanya akhirnya akan berakhir ..." Mata Vania dingin dan dia menunjukkan senyum jahat. Namun meski begitu, mengapa tatapan di matanya tidak sesuai dengan senyumannya?
...
"Vania, kamu akan segera terlambat ..."
"Iya, Mah, sebentar lagi ..."
Desakan ibunya membuat Vania segera melompat dari tempat tidur. Dia berpakaian rapi dengan seragam sekolah seperti biasa, meskipun itu hanya kehidupan sehari-hari yang tidak berubah, tetapi kehidupan ini adalah kehidupan yang berharga yang dia habiskan bersama orang-orang yang disayanginya.
"Anak perempuanku yang cantik, kamu akan membuat ayah terlambat lagi." Senyuman sang ayah begitu manis, meski dia sedikit mengeluh.
"Bukannya kamu ada ujian akhir hari ini? Jadi, makanlah yang banyak agar kamu bisa berpikir dan segera kesini ..."
"Iya Mah, karena mamah sangat baik, jadi aku akan makan dua mangkuk nasi."
"Oh, anakku, kalau kamu makan terlalu banyak seperti itu kamu akan tambah gemuk ..." Sang ibu menutup mulutnya dan tersenyum, tetapi senyumnya begitu hangat.
Ayahnya adalah seorang insinyur konstruksi, ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Hati Vania selalu merindukan senyuman kedua orang itu, karena kedua adalah ayah dan ibu yang dia sayangi.
"Kalau begitu aku berangkat ..."
"Baiklah, aku doakan supaya kamu berhasil dalam ujian, ibu akan memasak steak untukmu nanti malam ini."
"Hehe, tentu saja anak siapa dulu, akukan mewarisi kepintaran ayah..."
Dia tersenyum dan mengacungkan jempol. Semua rasa percaya diri itu berasal dari kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Hidupnya sangat bahagia. Tidak ada tekanan dari rumah ataupun sekolah.
Karena orang tuanya lebih mementingkan kebahagiaannya daripada prestasi akademisnya. Tapi dia tidak tahu, apakah keluarganya yang bahagia membuat Tuhan sampai cemburu?
Karena pada hari itu, menjadi bayangan kelam dalam hidupnya, bayangan itu menjeratnya seperti mimpi buruk. Bahkan setelah bertahun-tahun, kejadian itu akan selalu muncul dalam mimpinya.
Didalam nafasnya dia ditemani oleh bayang - bayang itu. Seperti burung gagak waktu pulang dari sekolah di malam itu, yang melayang di atas kepalanya dan membuat orang - orang takut …
Novel Terkait
Adore You
ElinaIstri ke-7
Sweety GirlLove at First Sight
Laura VanessaKembali Dari Kematian
Yeon KyeongMy Perfect Lady
AliciaIstri Yang Sombong
JessicaSiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat