Siswi Yang Lembut - Bab 16 Membuka Pintu
Sinar matahari masuk melalui tirai jendela. Di bawah hembusan angin musim panas, Kenzi membuka matanya.
"Uh ... kapan aku mulai tertidur?"
Dia berbalik, menatap Yuna yang meringkuk di pelukannya, dan tersenyum. Seperti tampak tidak ada perubahan apapun selama bertahun-tahun, dan dia masih tertidur.
Tiba-tiba, teleponnya bergetar. Setelah melihat kalau telepon itu berasal dari ayah mertuanya, Kenzi mengerutkan kening. Amarah macam apa yang akan dia terima jika ayah mertuanya mengetahui bahwa Yuna kini memanggilnya papah.
Hanya memikirkannya saja sudah terasa mengerikan. Jadi dia dengan segera memilih untuk menutup teleponnya, karena saat ini, bukan waktu yang tepat untuk menyampaikannya.
"Profesor, sarapan sudah siap, Anda dan Nyonya sudah bisa makan."
Kenzi datang ke ruang makan dengan Yuna dalam pelukannya.
Melihat Mbok Inem yang terlihat sangat sibuk, dia tersenyuman dan meminta maaf: "Ah, aku lupa memberitahumu Mbok Inem, aku akan pergi ke Vila bersama Yuna selama beberapa hari. Soal ayah mertua dan ibu mertua di Liangcheng, aku akan menghubungi mereka. Jadi tolong jagalah rumah. "
"Baiklah, itu mungkin bagus untuk penyakit Nona."
"Ya, aku juga berpikiran seperti itu, kalau begitu Mbok Inem, kita pergi dulu."
"Tunggu sebentar, lebih baik aku merias Nyonya Muda dulu, tidak baik jika pergi dalam keadaan seperti itu."
"Oke, maaf sudah merepotkanmu, aku akan menunggu di bawah."
Kenzi tidak banyak berpikir, dan segera menyiapkan mobil di bawah. Gerakan Mbok Inem juga sangat cepat, dia segera membawa Yuna yang sudah berpakaian rapi ke bawah dalam waktu sepuluh menit.
"Maaf, saya sudah membuat Profesor menunggu ."
"Tidak ... tidak, terima kasih Mbok Inem."
Melihat Yuna yang berpakaian bagus, detak jantung Kenzi menjadi sangat cepat. Rasanya seperti saat keduanya bertemu untuk pertama kalinya. Dia tidak tahu, apakah itu karena sudah sejak lama dia tidak melihat istrinya penuh riasan wajah, dan dia merasa bahagia, atau malah merasa aneh?
"Perjalanannya cukup jauh, Nyonya Hatta, akan lebih nyaman jika Anda duduk di belakang." Mbok Inem membantu Yuna dan duduk di kursi belakang. Kenzi bergegas maju dan membantu Yuna mengencangkan sabuk pengamannya. Tetapi saat dia hendak memasang sabuk pengamannya, Yuna memeluk Kenzi. Dalam sekejap, aroma kosmetik datang. Dan aromanya sangat merangsang Kenzi.
"Aku akan duduk di depan ..." Ini adalah kata pertama yang dikatakan Yuna secara aktif hari ini.
Setelah mempertimbangkannya sejenak, Kenzi menyetujui permintaannya.
"Kalau begitu, kita berangkat Yuna ..."
Setelah dia memasang sabuk pengamannya, Kenzi berkata dengan lembut. Yuna juga tersenyum dan meraih tangannya, dan enggan berpisah untuk waktu yang lama.
Audi A6 melaju dengan mulus di jalanan pinggiran kota. Dan selama setengah jam perjalanan ini, Yuna telah tertidur nyenyak. Perasaan damai dan tenang membuat Kenzi merasa lebih rileks.
Akhirnya kendaraan berhenti dengan tepat di samping Vila. Kenzi membukakan pintu mobil untuk Yuna dan membantunya membuka sabuk pengaman.
"Yuna, kita sudah sampai ..."
Yuna terbangun dari tidur nyenyaknya dan keluar dari mobil sambil memegang tangan Kenzi. Keduanya berdiri berdampingan, menatap Vila yang tidak jauh dari sana, menampakkan senyum yang lembut.
Di sini juga merupakan tempat favorit Yuna. Kenzi sangat yakin bahwa dengan membawanya ke sini pasti akan mendamaikan hatinya. Ini adalah metode terapi mental yang paling praktis dan efektif. Yuna berdiri di teras,dan menyentuh pagar yang berdebu. Kenzi jongkok di samping, dan mencari kunci cadangan.
"Yuna, sudah lama sekali kamu tidak ke sinikan? Apakah kamu teringat akan sesuatu?" Dia bertanya.
Tetapi ketika tangannya menyentuh bagian bawah pot bunga, dia menemukan bahwa kunci cadangannya hilang. Tiba-tiba, terbayang masalah besar yang akan terjadi. Mungkinkah Vania ada di sini?. Saat ini, tidak banyak waktu tersisa bagi Kenzi untuk membuat penjelasan yang masuk akal. Dengan situasi saat ini, dia seharusnya mencari alasan untuk tidak masuk ke dalam.
Tetapi ketika dia memikirkan Vania di dalam, dia memiliki keinginan yang tidak dapat dijelaskan untuk tetap membuka pintu. Jadi, di bawah kendali keinginan itu, dia membuka pintu yang seharusnya tidak dibuka.
Novel Terkait
The Gravity between Us
Vella PinkySederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaCinta Yang Terlarang
MinnieEverything i know about love
Shinta CharityLove at First Sight
Laura VanessaI'm Rich Man
HartantoMy Enchanting Guy
Bryan WuMr. Ceo's Woman
Rebecca WangSiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat