Siswi Yang Lembut - Bab 7 Bersemangat
Wajah yang sangat dikenalnya. Tangannya yang sangat halus dan lembut. Namun, tidak ada senyum di wajah Kenzi.
"Bahkan jika aku menyentuh istriku setiap hari, dia tetap diam ... apakah dia benar-benar bisa mendengar apa yang aku katakan?"
Dia bergumam dalam diam, dan tidak bisa menahan untuk memikirkan kembali apa yang pernah dikatakan oleh Bradi di rumah sakit.
"Kak Kenzi, meskipun kamu lelah, kamu masih harus sering menyentuh istrimu. Itu akan membantunya untuk segera sadar."
"Apakah itu akan membantu? Tapi kenapa meski tiga bulan berlalu, Yuna masih diam saja ..."
Dia tersenyum pahit. Membelai wajah Stellla dengan lembut, seperti sebelumnya. Dalam keadaan linglung, dia tiba-tiba mengangkat baju tidur Yuna, memperlihatkan payudaranya yang bulat dan pahanya yang ramping.
Saat ini, yang dia lihat adalah bayangan Vania yang sedang mengangkat roknya di kantor. Saat itu juga, penisnya berdiri dengan tegak. Penglihatannya menjadi kabur dan dia dengan lembut melepas celana dalam Yuna, dan melihat ke arah area yang dipenuhi rambut lebat, tenggorokannya terasa kering, dan dia menelan ludah.
"Kenapa aku begitu bersemangat hari ini?"
"Mungkinkah karena tadi siang?"
Dia bingung, tetapi dia melepas celananya perlahan dengan kedua tangannya.
"Hari ini, pasti bisa lah"
Dia naik ke tempat tidur, membuka kaki Yuna dan membelainya dengan lembut.
"Istriku, ini semua untuk menyembuhkanmu ... Bahkan jika itu menyakitkan, kamu harus menahannya, kamu tahu? ..."
Dia mengarahkan penisnya dan dengan lembut mengarahkannya ke dalam area kenikmatan. Ini seharusnya merupakan hubungan seksual mereka berdua, tetapi hanya dia sendiri yang merasakannya. Karena Yuna tetap tidur dari awal sampai akhir, hanya dadanya yang sedikit naik turun menandakan bahwa dia masih hidup.
Seperti sebelumnya, dia berusaha keras untuk membuat keduanya sama - sama puas. Namun wajah yang muncul di hadapannya bukanlah istrinya, melainkan tubuh muda yang memberinya kenikmatan tak terbatas, Vania.
"Profesor, cepatlah, aku sudah tidak tahan ..."
Suaranya yang terengah-engah, seperti pemicu, yang memicu Kenzi untuk bergerak semakin gila.
"Aku ... benar-benar ... bajingan? ... maafkan aku, istriku ..."
Dia menghela nafas pada dirinya sendiri, dan terus mempercepat gerakannya. Perasaan senang semacam inilah yang membuatnya tidak bisa mengendalikan diri.
"Profesor, aku menginginkannya ..."
"Profesor, bisakah aku mencintaimu? ..."
"Profesor……"
Senyuman Vania dan penampilannya yang menggoda membuat Kenzi tidak bisa mengendalikan diri. Dia bergerak lebih cepat dan lebih cepat. Bahkan Yuna yang tengah tidur, tidak akan bisa menahan gemetar dari gerakannya yang cepat.
"Aaa……"
Setelah itu, Kenzi mengerang keras, tubuhnya yang tadi bersemangatnya perlahan-lahan menjadi lelah. Dia mengambil handuk di samping dan dengan lembut menyeka tubuh bagian bawah mereka berdua, tetapi tiba-tiba, dia melihat pintu kamarnya tidur terbuka.
"Bukankah aku sudah menutup pintunya?"
Dia bingung, tetapi setelah memikirkannya matang - matang, dia merasa jika itu tidak mungkin. Dalam keputusasaan, dia merasa lega dan menutup pintu. Berbalik, Kenzi menggelengkan kepalanya, melihat Yuna yang tengah tidur di tempat tidurnya.
"Bahkan dengan posisi yang dia suka, dia tidak merespon ... Bisakah dia merasakan suhu tubuhku? ..."
Kenzi tersenyum. Mungkin rasa sakit terbesar bukanlah karena air mata, tapi senyuman kecut, betulkan?
Dengan lembut dia membetulkan kembali pakaian Yuna, dan kemudian mencium keningnya dengan penuh kasih: "Selamat malam, istriku, aku mencintaimu."
...
Pagi hari.
Kenzi berdiri di balkon, tidak tahu dengan apa yang sedang dipikirkannya.
"Profesor, korannya ada di sini, apakah anda ingin makan siang untuk hari ini?" Pembantu menyerahkan surat kabar kepada Kenzi dengan hormat.
"Terima kasih, sekolah libur, dan tidak ada apa - apa hari ini. Aku akan selalu di rumah, maaf aku merepotkanmu dengan makan siang."
"Baik……"
Kenzi membalik-balik koran. Ini sudah menjadi bagian kebiasaannya. Mungkin menurutnya, surat kabar lebih nyata dari pada internet, bukan?
"Ding dong."
Dia melirik ke telepon dan bertanya-tanya: "Siapa itu pagi-pagi?". Tanpa sadar dia membuka WeChat. Namun, setelah melihat pesan WeChat, tanpa disadari detak jantungnya berdetak kencang.
"Profesor, cuaca hari ini sangat bagus, jika anda ada waktu luang, apakah anda mau pergi ke bioskop bersama?"
Kenzi buru-buru bangun, karena WeChat tadi dikirim oleh Vania. Pada saat itu juga, dia merasa sangat bersemangat.
"Mbok Inem, aku harus pergi ke sekolah, tiba - tiba ada masalah yang mendesak. Kamu tidak perlu menyiapkan makan siang”. Kenzi kembali ke kamar. Dia bahkan tidak tahu betapa cerah senyumnya saat itu. Dia membuka lemari dan memilih pakaian. Dan tanpa sadar, dia meletakkan tangannya di atas jas…
Novel Terkait
Thick Wallet
TessaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeWaiting For Love
SnowSuami Misterius
LauraDewa Perang Greget
Budi MaMy Lady Boss
GeorgeMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraSiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat