Siswi Yang Lembut - Bab 5 Gemetar
"Profesor, cepatlah,... aku sudah tidak tahan ..." Tubuh Vania sedikit gemetar. Bahkah suaranya sampai terengah - engah. Kenzi, yang dikendalikan oleh nafsunya, apakah masih memiliki kemampuan untuk berpikir setelah mendengar kata-kata itu?
Tangannya memegang erat kedua buah payudara montok dan meremasnya dengan kuat. Remaja usia 20 tahun dengan kulit yang mulus. Sentuhannya lembut dan hangat.
Kenzi kehilangan nalarnya. "Maaf, istriku, maafkan aku, tapi tolong percayalah bahwa kamu adalah satu-satunya yang aku cintai ..."
Dia menutup matanya lagi. Lengannya memeluk erat tubuh yang montok dan lembut itu. Lidahnya berenang dan menyusuri payudara yang montok, hingga ke perutnya yang rata.
Dia tidak punya alasan untuk melepaskan hal yang indah seperti ini, dan tidak memiliki alasan untuk melewatkan setiap jengkal tubuhnya. Tetapi saat melakukan hal itu, pandangannya teralihkan pada sesuatu. Yaitu adalah foto dirinya dengan istrinya yang sedang tersenyum lembut tergeletak di atas mejanya. Senyuman Yuna seperti bayonet, yang menembus dada Kenzi sangat dalam.
Meskipun itu hanyalah ilusi yang diciptakan oleh rasa bersalahnya. Tapi perasaan itu tidak bisa dihapus. "Istriku, aku pasti tidak akan mengkhianatimu, ini hanyalah naluri laki-laki ..." Kenzi menjatuhkan foto itu, dan rasa bersalahnya menghilang seketika setelah tidak melihat senyum lembut itu.
Kemudian, dalam pengaruh nafsu, serta dengan inisiatif dari Vania. Keduanya berciuman.
"Ding dong..."
Di saat yang sama, suara itu mengganggu Kenzi yang sedang mabuk. Suara yang sangat dikenalnya, ya itu adalah suara pesan WeChat miliknya.
"Dik Vania, tunggu sebentar ..." Kenzi mengendurkan lengannya yang tengah memeluk Vania. Karena kehilangan topangan, tubuh Vania bergoyang maju mundur, dan payudaranya yang montok bergerak naik turun.
"Ada apa, Profesor?"
"Maaf, aku harus memastikan sesuatu."
Kenzi menyalakan teleponnya, dan melihat kalau itu adalah pesan dari pembantunya: "Saya telah memandikan nyonya di pagi hari, dan masih belum ada gerakan."
"Panggilan……"
Kenzi menghela nafas lega, dan alisnya yang mengerut mulai mengendur. "Mengapa aku merasa lega ketika dia mengatakan bahwa istriku tidak bergerak? Pria sepertiku ..." Kenzi menghela nafas dalam hati.
Dia tersenyum pahit dan membetulkan pakaian Vania.
"Maaf Vania, kita berhenti di sini ..."
"..."
Meskipun Vania bingung, dia memilih untuk merasa lega.
"Baiklah, aku mengerti ……"
Karena saat ini, Kenzi telah mendapatkan kembali ketenangan yang dimiliknyai saat mengajar. Tetapi dia tidak segera pergi dari sana. Sebagai gantinya, dia duduk di meja Kenzi, membuka kakinya, memperlihatkan kaki indahnya yang ramping dan proporsional serta vaginanya yang ditutupi oleh celana dalam berenda.
"Hari ini, aku telah menemukan apa yang anda inginkan, profesor, dan aku puas ...", Setelah berbicara begitu, Vania berdiri dengan senyum yang menawan, dan meninggalkan kantor dengan penuh aroma hormon.
"Keinginanku? Dalam waktu sesingkat itu, kamu sudah memahami keinginanku?"
Kenzi bergumam tanpa suara, tetapi kemudian dia melihat noda cair di meja tempat Vania duduk. Dia menyentuhnya perlahan dan menggosoknya dengan hati-hati. Kenzi, yang sudah menikahpun, tidak tahu noda apa itu.
Dia menggelengkan kepalanya, mengambil foto yang tadi jatuh, dan melihat istrinya di foto itu lagi. Tapi tanpa sadar tangannya gemetar. Dia tiba-tiba teringat kejadian tiga bulan lalu, yaitu hari dimana awal istrinya Yuna mengalami koma…
Novel Terkait
Cutie Mom
AlexiaAku bukan menantu sampah
Stiw boyHei Gadis jangan Lari
SandrakoCinta Di Balik Awan
KellyCinta Tak Biasa
SusantiSi Menantu Buta
DeddyPergilah Suamiku
DanisSiswi Yang Lembut×
- Bab 1 Akademi Kepolisian
- Bab 2 Aku Menyukaimu
- Bab 3 Pertama Kali
- Bab 4 Kegairahan
- Bab 5 Gemetar
- Bab 6 Hangat
- Bab 7 Bersemangat
- Bab 8 Basah Kuyup
- Bab 9 Senyuman Jahat
- Bab 10 Lembut
- Bab 11 Sekarang Saatnya
- Bab 12 Lesu
- Bab 13 Dimanakah Dirinya?
- Bab 14 Hancur
- Bab 15 Kamar
- Bab 16 Membuka Pintu
- Bab 17 Bertemu
- Bab 18 Di Mobil
- Bab 19 Dibawa Pergi
- Bab 20 Denyut Muda
- Bab 21 Perasaan
- Bab 22 Sederhana
- Bab 23 Tanpa Masalah
- Bab 24 Memilih
- Bab 25 Konspirasi
- Bab 26 Kematian
- Bab 27 Bunga Dan Kupu
- Bab 28 Sisi Lain
- Bab 29 Opini Publik
- Bab 30 Pemeriksaan
- Bab 31 Janjian
- Bab 32 Sadar
- Bab 33 Karena Itu Dia Sangat Tidak Peduli Lagi
- Bab 34 Di Sebuah Toko Kopi
- Bab 35 Di Jalan Yang Sepi Ini
- Bab 36 Little Riding Hood
- Bab 37 Bayangan
- Bab 38
- Bab 39
- Bab 40
- Bab 41 Indra Keenam
- Bab 42 Jatuh
- Bab 43 Tertarik
- Bab 44 Baik
- Bab 45 Karena Dia
- Bab 46
- Bab 47
- Bab 48
- Bab 49 Kejam
- Bab 50 Cinta
- Bab 51 Orang Yang Kucintai Adalah Dirimu, Vania
- Bab 52 Kamu Benar-Benar Pendosa
- Bab 53 Dia Adalah Wanita Yang Paling Dia Cintai
- Bab 54 Ya, Aku Juga Sangat Merindukanmu
- Bab 55 Rasa Cinta Yang Memudar
- Bab 56 Kebenaran
- Bab 57 Hujan
- Bab 58 Benar
- Bab 59 Kebencian
- Bab 60 Kebenaran
- Bab 61 Tidak Tahu Bagaimana Caranya Menghadapi Situasi
- Bab 62 Pertarungan Malam Yang Panjang
- Bab 63 Kamu Berbohong
- Bab 64 Fakta
- Bab 65 Fakta Lain
- Bab 66 Akhir Kisah
- Bab 67 Tamat