Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 5 Memohon ampun!
"Markus, aku akan menemui pamanmu, omong kosong apa yang kamu katakan ini, sejak kapan wanita tua ini bergaul bersamanya!" Mendengar perkataan Markus, Jessica tidak bisa menahannya, dengan segera dia berteriak.
Meskipun dirinya mengatakan relasinya dengan Markus, tapi itu hanyalah untuk dijadikan hiburan saja, hari ini di depan banyak orang, Markus mencoreng nama baiknya, dan juga Mendra orang tidak berguna itu, membuat siapapun tidak senang.
"Kepala desa, bagaimana bisa kamu mengatakan hal seperti itu pada Jessica, meskipun dia adalah seorang janda, tapi kamu juga tidak boleh menghina orang lain seperti ini." Dalam hati Mendra sedikit geli, melihat pertikaian ribut dua orang itu, segera berkata selayaknya orang baik.
"Benar, kepala desa, Jessica sendiri juga tidak mudah..."
"Ya benar, Jessica adalah seorang janda, bagaimana kamu bisa menghinannya."
"Lupakan saja masalah ini, kepala desa...."
Para wanita di samping, melihat keributan meMarkus dan Jessica, juga segera mendesaknya.
Mendra yang berdiri di samping itu, melihat ekspresinya yang beranjak marah, hatinya merasakan sebuah kenyamanan tersendiri, kelihatannya nanti dia bisa menggoda-goda anjing tua ini lagi.
Melihat kerumunan orang sedang berusaha untuk menenangkan suasana, Markus juga tahu dirinya menjadi seorang kepala desa, tidak bisa melanjutkan pertengkaran ini, menatap sengit Mendra dan Jessica, menghempaskan orang-orang dan berjalan pulang.
Melihat Markus yang beranjak pergi, kerumunan orang itu menghibur Jessica, kemudian mereka perlahan bubar.
"Kak Jessica, kamu tidak apa-apa kan." Mendra tertawa dalam hati, bertanya dengan hati-hati kepada Jessica.
"Huh!" Dia menggeram dingin, Jessica memelototi Mendra dengan malu, katanya lembut: "Bocah sepertimu kenapa berpura-pura menjadi baik di hadapanku, aku tanya padamu, kapan aku pernah mengatakan padamu ada anjing gila?"
"Hehe... Jangan marah dulu kak Jessica, aku sedang tidak bergurau!" Mendra terkekeh, katanya ringan.
"Baiklah bocah, bukankah kamu sengaja membuatku malu..." Melihat wajah Mendra yang teresenyum nakal, Jessica penuh dengan amarah, marah dan menunjuk-nunjuk Mendra dengan jarinya yang panjang dan kurus.
"Kamu..... Kenapa kamu bisa tahu aku ada disana...."
Dia terkejut, wajah menawan Jessica tiba-tiba gugup, dahinya seketika penuh dengan keringat dingin, wajahnya memerah, menatap Mendra dengan tergagap-gagap.
"Haha, aku tidak hanya tahu kamu ada disana, tapi aku juga tahu dengan siapa kamu ada disana."
Tanpa menunggu Mendra selesai berbicara, Jessica segera mengulurkan tangan lembutnya dan menutupi mulut Mendra, dia melihat sekitar dengan gugup, melihat bahwa tidak ada orang yang memerhatikannya disini, barulah dia tenang.
Merasakan keterkejutan Jessica, lidah Mendra secara tidak sengaja menjilat tangannya.
"Ah!" Merasakan telapak tangannya basah, Jessica kaget dan berteriak.
"Kak Jessica, buat apa kamu menutupi mulutku, aku juga tidak akan membocorkan ke luar masalah dengan siapa kamu berselingkuh." Mendra menatap Jessica dengan senyuman namun bukan senyuman juga, katanya dengan ringan.
"Kamu...." Ekspresi Jessica gugup, wajahnya sangat malu, tidak heran, ketika dirinya sedang bercinta dengan Markus di luar, terdengar seperti ada orang sedang berteriak, ternyata adalah Mendra si bocah ini.
Alisnya mengerut, Jessica juga mengetahui hal ini, kalau tidak dibocorkan keluar oleh Mendra, maka dia pasti tidak bisa tinggal di desa ini lagi, tidak perlu dikatakan lagi, bahkan hanya dengan air liur orang-orang desa saja bisa menenggelamkannya.
Jessica tampak seperti memohon-mohon pada Mendra, dia menarik lengan Mendra, dadanya yang tinggi menekan erat lengannya, katanya: "Mendra, masalah ini, kamu sama sekali tidak boleh memberitahukannya pada orang lain, kalau tidak, aku akan menghancurkan kakak iparmu."
Merasakan rasa takjub di lengan kecilnya itu, Mendra segera gemetaran.
Sial, Jessica si pelacur ini ternyata tidak memakai pakaian dalam, rasa gesekan dua buah dada pada pakaiannya itu membuat Mendra perlahan terangsang.
Sorotan matanya menggila, Mendra pernah merasakan situasi semacam ini, tidak bisa menahan untuk fokus menatap Jessica.
Barulah dia tahu, Jessica mengenakan rok panjang biru muda bermotif pecahan bunga, buah dada di depannya itu sama seperti dua buah bakpao besar, tergantung di depan dada, lekukan dalam itu tampak seperti hampir merobek pakaiannya.
"Mendra, anggaplah seperti kakak ipar yang memohon padamu, bisakah kamu menguburnya dalam-dalam pada dirimu?"
Melihat Mendra yang fokus menatap dadanya itu, Jessica tersipu malu, dalam hatinya dia marah, katanya mainan kecilmu itu sudah tidak berfungsi, bagaimana bisa dia sangat bergairah seperti ini.
Bola matanya beralih, tiba-tiba Jessica menghempaskan dirinya ke pelukan Mendra, wajahnya tersipu malu, dua buah dadanya menempel erat di dada Mendra, mengeluarkan aroma vanila, berpura-pura berkata dengan malu-malu: "Mendraku yang baik, lihatlah kakak ipar aku juga tidak mudah hidup sendiri, berbaik hatilah padaku dan lepaskan aku saja......"
Hatinya berdebar, bagaimana mungkin Mendra pria muda ini bisa tahan dengan godaan Jessica wanita matang yang menawan, menatapnya kosong, bahkan tidak ada omongan sedikit pun.
Wajah menawan Jessica merona merah, seperti sedang membuat keputusan besar, meletakkan tangan besar Mendra keatas buah dada montok miliknya, merayu dan berkata: "Boleh tidak, Mendra?"
"Besar! Sangat besar...." Hati Mendra berdebar, bentuk dadanya terasa seperti dua buah roti mantau yang baru keluar dari pemanggangan, sangat lembut dan halus, tangan besarnya yang kasar tidak bisa menahan untuk memijatnya ringan.
"Ya...."
Dadanya terasa sakit, Jessica tidak tahan untuk mengerang, wajahnya memerah, menatap Mendra dengan imut, katanya lembut: "Mendra yang baik, apakah kamu ingin melihat Jessica disana, bagaimana bentuk tubuhku."
'glek'! Mendengar perkataan Jessica, Mendra menelan liur dalam-dalam, dengan segera mengangguk-anggukkan kepala.
"Ka.. Kalau begitu nanti kamu tidak boleh mengatakannya pada orang lain, bahwa kamu melihatku diatas gunung, bisa?"
Wajah Jessica merona merah, diam-diam dalam hatinya puas, hanya bocah laki-laki saja, aku masih tidak percaya wanita tua tidak bisa mengatasinya, ah sungguh mengecewakan, milik bocah ini tidak berfungsi, kalau tidak aku sangat ingin menjajal bocah ini.
"Begini, Jessica, aku khawatir tidak bisa...." Mendra menatap Jessica yang tersipu malu di depannya, mengatakannya dengan perasaan sulit.
"Mengapa tidak bisa, Mendra......" Wajahnya muram, tanya Jessica.
Dadanya sudah diberikan padanya untuk diraba, sekarang dia mendadak berbalik dari omongannya, mungkinkah, Mendra masih menginginkan rangsangan lainnya?
Wajahnya merona merah, Jessica menggenggam kedua tangan Mendra, sama seperti menggambar lingkaran, meraba-raba buah dadanya.
"Ya...." Dia mengerang, Jessica menghembuskan udara panas pada telingan Mendra, katanya dengan lembut: "Mendra yang baik, nanti datanglah ke rumah kak Jessica, kakak ipar akan memperlihatkanmu sesuatu yang bagus......"
Novel Terkait
Mata Superman
BrickCinta Yang Terlarang
MinnieWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiIstri kontrakku
RasudinKembali Dari Kematian
Yeon KyeongHabis Cerai Nikah Lagi
GibranKakak iparku Sangat menggoda×
- Bab 1 Kejutan!
- Bab 2 Ada Orang Datang!
- Bab 3 Ternyata Dia!
- Bab 4 Pertikaian!
- Bab 5 Memohon ampun!
- Bab 6 Kamu Akan Tahu Ketika Kamu Datang!
- Bab 7 Terkejut!
- Bab 8 Alasan Lain!
- Bab 9 Tak Terduga!
- Bab 10 Gambaran Wajah Memerah!
- Bab 11 suasana yang canggung
- Bab 12 Mendra....Bangun!
- Bab 13 Dia Wanita kepala desa
- Bab 14 Mendra yang sudah dewasa
- Bab 15 Kakak Sudah Datang?
- Bab 16 Perceraian!
- Bab 17 Suara Tangisan!
- Bab 18 Senyuman Lestari!
- Bab 19 Disengaja!
- Bab 20 Salon!
- Bab 21 Vanessa!
- Bab 22 Kalian bercerailah!
- Bab 23 Surat Perceraian!
- Bab 24 Mengoleskan Vanishing Cream!
- Bab 25 Lestari yang sedang sedih
- Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita
- Bab 27 Rasa Nikmat
- Bab 28 Panjat Gunung
- Bab 29 Naik Gunung Untuk Memetik Jamur!
- Bab 30 Selamatkan Orang!
- Bab 31 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik!
- Bab 32 Biaya sekolah sudah ada jalan keluar!
- Bab 33 Cemburu!
- Bab 34 Sangat Berharga!
- Bab 35 Untuk apa memperdulikan orang lain?
- Bab 36 Kedatangan Jessica!
- Bab 37 Membicarakan Sesuatu!
- Bab 38 Air Mata Jessica
- Bab 39 Dia tidak setuju
- Bab 40 Tamparlah dengan Kejam !
- Bab 41 Bantuan!
- Bab 42 Lengket!
- Bab 43 Bawa aku!
- Bab 44 Aku akan mencubitmu kembali!
- Bab 45 Bekerja di Pegunungan!
- Bab 46 Cobalah!
- Bab 47 Bertaruh!
- Bab 48 Babak Terakhir (1)
- Bab 49 Babak Terakhir (2)
- Bab 50 Babak Terakhir (3)
- Bab 51 Akhir Cerita (4)
- Bab 52 Akhir Cerita (5)
- Bab 53 Akhir Cerita (6)