Kakak iparku Sangat menggoda - Bab 26 Direktur Komite Federasi Wanita

"Kakak Mendra ... kamu, kamu memegang tanganku ..." kata Angeline, wajahnya memerah.

"Oh ... Ya, maafkan aku ..." Sambil tersenyum, Mendra dengan cepat melepaskan tangannya.

Ketika Angeline melihat Mendra melepaskan tangannya, dia juga dengan cepat langsung menarik tangannya dari cangkir itu. Cangkir yang berisi air mint itu seketika tumpah ke arah Mendra.

Tanpa sengaja, air itu tumpah di paha Mendra, jika orang tidak tahu pasti akan mengira Mendra kencing di celana.

"Aku minta maaf, Kak Mendra, aku, aku tidak bermaksud..." Angeline tertegun sejenak dan lansung meminta maaf.

"Tidak apa-apa, Angeline, Tolong ambilkan aku tissue untuk mengelapnya ..." Sambil menahan rasa sakit karena air panas, ia segera menenangkannya.

Angeline buru-buru mengambil gulungan tisue toilet, langsung jongkok, dan dengan lembut menyeka paha Mendra yang basah karena air.

Pandangannya semakin panas, Mendra tiba-tiba menyadari, bahwa baju Angeline turun setengah ke bawah, dan dua buah daging sempurna yang mengantung di dadanya terlihat jelas dibalut ketat dengan bra berwarna hitam.

Tidak disangka, Angeline yang masih muda, sudah memiliki payudara yang indah, dia tidak tahu bagaimana bisa tumbuh sampai seindah itu.

Dengan kepala tertunduk, Angeline tampak sangat serius dan tidak memperhatikan tatapan mata Mendra saat ini.

"Kakak Mendra, aku minta maaf, aku pikir kamu masih memegang cangkirnya ..."

"Tidak apa-apa, Angeline, ini salahku, aku yang tidak memegangnnya ..." Mendra berkata dengan penuh kasih, mengelus rambut Angeline dengan lembut.

Tiba-tiba, ia tercengang, dan darah Mendra tiba-tiba terasa seperti berhenti sesaat.

Melihat ke bawah, ternyata Angeline si gadis bodoh ini, menggunakan tisu untuk menyeka bagian dalam paha Mendra dengan gerakan naik turun.

Tangan kecil yang halus itu menggosok celana jeans Mendra dengan lembut, sentuhan cerdik yang tak terlukiskan, mengejutkan tubuh Mendra, membuat “naga” di dalam celananya perlahan-lahan terbangun.

"Kakak Mendra, kenapa bagian ini mengeras? Bukankah kamu sudah tidak pernah memakai bagian itu lagi ..."

Dengan wajah memerah, Angeline menggodanya. Mendengarkan orang-orang mengatakan bahwa “barang” Mendra telah lama tidak dapat digunakan, lalu bagaimana bisa “barangnya” masih bisa merespon?

Angeline telah lama melewati masa-masa polosnya, Melihat tonjolan besar dibalik celana Mendra, hatinya pasti berdebar. Bukankah berarti Mendra bisa menikahi seorang istri .....

"Uhuk Uhuk ...," Mendra batuk dengan canggung, dan Mendra berkata: "Angeline, mungkin karena “ia” menganggapmu terlalu cantik, sehingga ia pun mengeras ..."

Terselubung keinginan di dalam ekspresinya. Angeline sudah tumbuh sebesar ini dan belum pernah melihat “barang” pria sebelumnya, wajahnya memerah, tangannya yang lembut dengan berani memegang tonjolan di celana Mendra.

"Kak Mendra, aku mendengar para wanita di desa bilang bahwa semakin besar “barang” pria, maka semakin banyak wanita yang akan menyukainya. Kak Mendra, apa punyamu besar ..." wajah Angeline memerah, melihat Mendra dan bertanya.

"Angeline, aku ... aku juga tidak tahu, seharusnya bisa dibilang lumayan ..."

"Kakak Mendra, bolekah aku memeriksanya ..." Wajah Angeline terasa panas, dan Angeline seperti sedang kerasukan saat mengatakan itu.

"Ah ... bukankah itu tidak baik, Angeline, jika ibumu tahu, maka aku akan habis ..."

Mendra diam-diam berpikir dalam hatinya: ibumu telah melihat barangku, dan jika ia tahu aku masih bermain denganmu, ia pasti akan cemburu, tetapi Mendra menatap mata Angeline yang dipenuhi dengan keinginan membuatnya tidak tahu harus bagaimana menolaknya,

“Tidak apa-apa, Kak Mendra, aku tidak akan memberi tahu ibuku!” saat ini, Angeline seperti preman wanita, tangan kecilnya yang halus menarik celana Mendra.

"Huh ..." Napasnya menjadi semakin cepat, Angeline melihat celana dalam Mendra semakin membesar, dan tangan lembutnya tidak sabar untuk melepas pakaian dalamnya.

Tiba-tiba, ada suara langkah kaki di luar pintu, yang membuat Mendra buru-buru mengenakan celananya.

"Puspita, kamu di rumah? Buka pintunya ..." terdengar suara keras dari seorang wanita paruh baya yang datang ke rumah Puspita.

"Tunggu, aku akan segera membuka pintu."

Puspita, yang baru saja mengganti pakaiannya, dengan cepat berjalan keluar dari ruangan, wajahnya sedikit memerah, seolah-olah gairah nya barusan belum habis.

"Kamu datang, Kakak Wendy ..." Puspita bertanya pelan sambil menatap Wendy yang sedikit gemuk di depan pintu.

Wanita ini suka mampir ke rumah orang untuk bergosip. Hari ini mungkin ia datang untuk memberitahunya beberapa gosip.

"Oh, bukan. Beberapa hari ini, desa kita akan memilih Direktur Komite Federasi Wanita. Aku datang kemari untuk ..." Wendy tersenyum, jelas ia memiliki sesuatu yang ingin ia katakan.

"Oh, terserah, siapa pun yang mendapat lebih banyak suara maka ia pemenangnya, lagipula, siapapun itu, aku tidak peduli..." Puspita jelas tidak ingin berbicara dengannya, orang seperti dia mulut seperti sebuah terompet. ia benar-benar tidak ingin bicara banyak padanya.

"Oh, Baiklah ... ey? Puspita, kenapa wajahmu begitu merah? Apa yang baru kamu lakuan tadi di dalam, haha ..." Kakak Wendy tertawa, dengan nada bercanda.

"Kepalamu, di rumahku masih ada orang lain ..." kata Puspita marah dengan wajahnya yang merah.

"Siapa? Apakah kamu membawa anggota keluarga mu yang berbakat , hehe ..." Setelah mendengar ini, Wendy dengan cepat bertanya dengan semangat.

"Kakak ipar, apa yang kamu bicarakan?"

Saat ini, Mendra dan Angeline, yang daritadi menguping, dengan cepat melompat keluar dari samping.

Ia terdiam sesaat, Wendy melihat Mendra keluar dari rumah Puspita, tiba-tiba kehilangan minat, siapa suruh “barang” Mendra tidak bisa digunakan? Bahkan jika Puspita membuka kedua pahanya, dia pun tidak bisa main masuk ke dalamnya.

"Oh, aku tidak sedang bergosip dengan kakak Puspita, kenapa kamu berada di dalam rumah orang ..." kata Wendy.

Dia tertawa, Mendra berkata, "Oh, aku ada sedikit urusan dengan Angeline ... Ngomong-ngomong, kak Puspita, kalian lanjutkan mengobrolnya. Aku pulang dulu. Adik ipar saya sedang menunggu ku untuk makan siang. .... "

Setelah berbicara, Mendra melambai ke Angeline dan dengan cepat berjalan pulang.

"Puspita, kamu bilang Mendra itu lumayan, mengapa “barang” nya tidak dapat digunakan lagi, sayang sekali ..." Wendy bergumam sambil melihat punggung Mendra.

"Tidak bisa digunakan? ..." Wajahnya memerah, “barang” Mendra muncul di pikiran Puspita tanpa sadar.

.............

"Kakak ipar, kamu di rumah, aku kembali ..." Mendra berjalan sampai di halaman dan memanggil, Hah? Tidak ada orang di rumah?

Ia perlahan berjalan ke ruang tamu, Mendra mendengar suara dengkuran kecil dan ia mengikuti arah suara itu, ternyata berasal dari kamar kakak ipar nya.

Dengan hati yang berdebar, Mendra jongkok di celah pintu, diam-diam mengintip ke dalam.

Hati nya terus berdebar, oh my god, bagaimana bisa kakak ipar tidur tidak menggunakan selimut, dan terdapat timun mengkilap di samping ranjangnya, apa yang terjadi!

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu